Jumat, 20 Oktober 2017

Suddenly I Found You (Remake) Part 1


Aku Lightly Magnolia si polos, tomboy, kurang cekatan dan cerewet. Aku bangga pada diriku sendiri  yg minim prestasi, kenapa? Karena aku bisa menjadi diri sendiri, percaya diri dan kadang-kadang suka narsis. Hobiku? Aku suka berenang walaupun gaya dalam berenang yg aku kuasai hanyalah gaya batu. Hihihi. Aku bisa berenang, gaya punggung yg sangat aku kuasai, aku bisa berenang karena jasa ibuku, ia atlet renang di sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandung. ibuku bernama Mega Kartika, beliau Selain jago berenang ia juga pandai menari. Bakat menari juga turun kepadaku, Aku menguasai tarian Jaipong khas Jawa Barat, selain itu aku juga bisa menari tari Kecak khas Bali. Tapi sayang, otak yg di miliki oleh ibuku tak menurun padaku, ibuku sangat jago matematika bahkan menghitung cepat tanpa kalkulator. Ibuku juga pernah mengikuti lomba matematika yg di ikuti oleh peserta Sekolah Menengah Atas dari berbagai penjuru Indonesia. Ibuku meraih juara 3 dari ratusan peserta yang ikut dalam lomba tersebut. Sementara aku, tak pernah meraih prestasi membanggakan dari sekolah-sekolahku. Saat Sekolah Dasar aku mendapat Rangking 15 dari 25 murid, Sekolah Menengah Pertama aku mendapat Rangking 12 dari 38 murid dan Sekolah Menengah  Atas aku mendapat Rangking 20 dari 42 murid.

Menurut ibuku walau aku hanya menguasai berenang dan berbagai jenis tarian, itu sudah membanggakan baginya. Sayangnya ibuku meninggal dunia saat aku masih kuliah semester 2 di Universitas Padjadjaran Bandung, Jurusan Ilmu Psikologi, saat itu usiaku baru 19 tahun. Setelah ibuku meninggal. Aku hanya tinggal seorang diri, sebatang kara. Ayahku? Beliau meninggal saat usiaku 3 tahun. Dan sejak saat itu, aku tumbuh besar dengan ibuku. Saat ibuku meninggal, aku bingung bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpanya. Aku hanya ingin ibuku kembali, wanita itu,  dia mengajarkan berbagai macam hal. Mengajarkan aku hidup mandiri, aku harus hidup tanpa bantuan orang lain. Tapi saat ini aku tak mau orang lain, aku mau ibuku. Sosok ibu yg membanggakan bagiku.
Ibu adalah wanita tegar penuh prestasi dan dedikasi. Tanpa ayah, ibu bisa menghidupiku, anak semata wayangnya. Ia membesarkan aku dari usia 3 tahun sampai usia 19 tahun seorang diri.
Toko Roti Coklat yg ia bangun bersama ayah, ia lanjutkan sendiri bersama 2 orang karyawan asli negeri ginseng Korea, Paman Lee Jae Joon dan Tante Park Jae Ha. Mereka adalah warga Negara korea ASLI. Mereka berhijrah ke Indonesia, karena Paman Lee Jae Joon di fitnah telah memberitakan kabar bohong soal pemerintahan Korea Selatan. Akhirnya mereka bermigrasi dari Busan, Korea Selatan  ke Indonesia, Mereka pindah ke Indonesia tahun1990, saat itu aku belum lahir. Paman Lee Jae Joon dan Tante Park Jae Ha membawa 2 anak mereka ke Indonesia, 2 anak Laki-Laki itu bernama Lee Jun-Gi, usainya saat itu masih 6 tahun dan Lee Chi Hoon yg usianya 5 bulan. Sepasang suami istri asal Korea itu membantu berdirinya toko Roti milik orang tuaku. Karena mereka membantu proses pendirian Toko Roti tersebut maka ibuku memberikan penghargaan pada mereka dengan cara menambahkan nama depan Paman Lee Jae Joon di toko Roti milik ibu,
jadi Toko Roti itu bernama CHOCOLEE Bakery.

5 tahun kemudian
Saat itu, Aku, Lee Jun-Gi dan Lee Chi Hoon tumbuh bersama, hingga remaja. Aku sudah jatuh cinta pada Lee Chi Hoon sejak duduk di bangku SMP kelas 3. Bertahun-tahun memendam rasa suka, sayang dan Cinta, sedikitpun aku tak pernah berharap Lee Chi Hoon menaruh hati padaku. Sampai akhirnya Lee Chi Hoon mengungkapkan rasa sayangnya padaku yg ia pendam juga sejak kecil. Aku terbang ke atas awan, ternyata cintaku tak bertepuk sebelah tangan, kita sama-sama memendam rasa yg sama.

 Sejak duduk di bangku SMA kelas 2, aku resmi berpacaran dengan Lee Chi Hoon, hampir setiap hari aku bertemu dengannya, tapi pertemuan setiap hari itu berhenti ketika Lee Chi Hoon di terima di Fakultas Seni Rupa Jurusan Design Interior, Institut Teknologi Bandung(ITB).

Sejak kuliah di ITB Lee Chi Hoon lebih banyak menghabiskan waktunya di kos-kosan teman-temannya untuk mengerjakan tugas, persiapan ujian dan persiapan skripsi.

Tapi itu tak berpengaruh pada hubungan kami, Lee Chi Hoon setiap 1 minggu sekali pulang untuk menemuiku, bertemu Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon.   Jae Joon sekeluarga sebetulnya sudah menjadi warga Negara  Indonesia sejak 5 tahun terakhir. Nyaman tinggal di kota  Bandung menjadi salah satu alasan mereka memilih menjadi WNI.

Lalu kemana Lee Jun-Gi? Lee Jun-Gi sejak Sekolah Menengah Pertama menjadi pendiam, ia lebih memilih menggambar di kamar dari pada harus mengobrol dengan aku, Chi Hoon, Tante dan Paman. Lee Jun-Gi sangat pintar menggambar, apalagi menggambar sebuah baju, ia ahli dalam bidang itu. Aku dan ibuku pernah di buatkan baju model sarimbit batik oleh Lee Jun Gi sebagai hadiah ulang tahun ibuku. Dengan ibuku, Lee Jun-Gi cukup dekat, ia bisa menceritakan hal apapun pada ibuku. Dan saat ibuku meninggal,         Lee Jun Gi pun merasakan kehilangan yg sama denganku.

Setelah ibuku meninggal, 3 bulan kemudian aku pindah rumah, aku jadi satu rumah dengan Lee Chi Hoon. Antara senang dan sedih, senang karena aku bisa satu rumah dengan kekasihku dan sedih karena aku tak bisa melihat ibuku lagi. Berhari-hari aku mengurung diri di kamar, aku merindukan ibuku. Tapi untung aku punya Lee Chi Hoon, yg selalu menemaniku kemana pun aku pergi. Dan kemana Lee Jun-Gi? Tak mau berlarut-larut dalam kesedihan,Jun-Gi pindah ke Jakarta pada tahun 2011, disana ia membuka butik dan menyewakan baju-baju untuk artis-artis ternama Indonesia. Karier Lee Jun-Gi meningkat pesat, ia berhasil memperkenalkan brandnya ke seluruh dunia termasuk Negara asalnya Korea. Brand tersebut bertajuk “STAR MULTY FASHION”. Lee Jun-Gi berhasil membanggakan nama orang tuanya juga keluarga lainnya.

 Usahanya yg di mulai saat Sekolah Menengah Pertama membuahkan hasil. Di usianya yg ke 31 tahun, ia berhasil menuju puncak tertinggi dunia. Jebolan ASIAN FASHION DESIGN AND MODEL UNIVERCITY Singapore ini sanggup membanggakan nama Indonesia dan Korea Selatan sebagai Fashion Designer ternama dunia. Si Sombong, AROGAN dan Perfectionist ini, berhasil menaklukan Dunia di genggaman tanganya.

STAR MULTY FASHION, berhasil membuka cabang di 5 negara Asia. Indonesia, Korea, China, Jepang dan Singapore.

Lalu Lee Chi Hoon? Kekasihku ini berhasil lulus dari Fakultas Seni Rupa jurusan Design Interior ITB  Bandung dengan nilai Cumlaude. IPK nya 4,00. Si Jenius, Ramah dan Humoris  ini berhasil menaklukan ITB yg aku tahu, masuk ke sana saja perjuangannya minta ampun. Ah. Aku lupa menceritakan adik bungsu dari Lee Chi Hoon dan Lee Jun-Gi, ialah Lee Ji Hoon. Lee Ji Hoon sangat senang dance, kiblatnya adalah boy band asal korea selatan SUPER JUNIOR. Tak seperti kedua kakaknya yg lahir di Korea, Lee Ji Hoon lahir di Indonesia tepatnya di Rumah Sakit Advent Bandung.

Lee Ji Hoon seorang pria yg periang, petakilan tapi perhatian . Usianya hanya 2 tahun berbeda denganku. Jadi jika tahun 2012 ini aku berusia 21 tahun, Lee Ji Hoon berarti usianya 19 tahun. Saat ini Ia adalah anggota resmi dari Wonder Group Entertaiment, Label terkenal di Korea yg sudah menelurkan banyak Boyband dan GirlBand. Saat ini Lee Ji Hoon sedang menjalani trainee untuk debut bersama 3 kawannya yg tergabung dalam B*STAR.  Lee Ji Hoon tinggal di Korea Selatan saat ini untuk Trainee menjadi artis dan Leader B*STAR. Sepeninggal ibuku, Wali Resmiku berpindah tangan menjadi Paman Lee Jae Joon. Namaku, ada dalam kartu keluarga mereka. Dan jika Lee Chi Hoon menikahiku nanti, wali resmiku akan berpindah tangan lagi kepada Lee Chi Hoon. Hampir 1 tahun aku tinggal di rumah Tante Jae Ha yg juga rumah kekasihku, aku sudah sangat akrab dengan mereka termasuk Lee Ji-Hoon yg sedang Trainee di Korea dan Terkecuali, ya kecuali laki-laki sombong nan arogan itu, Lee Jun-Gi. Aku sempat berpikir,apakah Jun-Gi anak kandung Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha? Jawabannya adalah iya, Lee Jun-Gi anak kandung Paman dan Tante angkatku, bukan anak pungut. Sifatnya yg berbeda dari 2 saudaranya pasti membuat orang lain bertanya-tanya, anak siapakah Lee Jun-Gi?  Lee Chi Hoon dan Lee Ji Hoon sangat mudah bergaul, mereka juga ramah dan humoris. Lee Chi Hoon khususnya, ia sangat romantis padaku, ia juga hangat dan tak mudah tersinggung. Tapi Lee Jun-Gi berbeda dengan 2 saudara kandungnya, Jun-Gi terkenal dengan sifat arogansinya.

Bahkan Jun-Gi sanggup bertengkar dengan Clientnya yg tak sengaja menumpahkan kopi di bajunya. Di balik sikapnya yg menjengkelkan, ada saja yg berani mengejar cinta dia, contohnya model cantik asal Korea Selatan Susanne Kim. Dia adalah model ternama dunia, mantan trainee American Top Model Season satu ini tergila-gila pada Lee Jun-Gi, aku tahu dari mana? Dari situs internet dan berita gossip yg sering aku tonton di rumah.

Mungkin jika teman-teman kampusku tahu, aku adalah adik angkat Lee Jun-Gi, mereka pasti memohon-mohon kepadaku untuk mempertemukan  mereka dengan Lee Jun-Gi, karena tak mau repot, aku rahasiakan identitas asliku dari mereka. Bukan apa-apa, aku tak terlalu akrab dengan Lee Jun-Gi, meski kita teman sepermainan waktu kecil, meski aku pernah di selamatkan olehnya dari kejaran anjing gila, itu tak membuat aku berani bertegur sapa padanya. Apalagi saat Lee Jun-Gi masuk Sekolah Menengah Pertama, Lee Jun-Gi lebih sibuk di sekolah, dia kursus bahasa inggris, belajar menjahit dan sibuk menggambar di kamarnya. Lee Jun Gi saat ini sedang menjalin hubungan dengan Manisha Sharma, model asal India, mereka bertemu saat Lee Jun-Gi menjadi juri di acara New York Fashion Week, Paman dan Tante sebetulnya kaget mendengar kabar itu. Mereka tak menyangka jika Lee Jun Gi menjalin kasih dengan model yg terkenal binal itu. Berita megenai Manisha dan Lee Jun Gi berpacaran, sontak mematahkan gossip yg menyebutkan Lee Jun Gi menyukai sesama jenis.

“Lee Jun-Gi sedang di permainkan oleh model india itu, model india itu sedang hamil, tapi laki-lakinya tak mau bertanggung jawab, sekarang Jun-Gi sedang di manfaatkan oleh Manisha untuk menjadi ayah dari bayi yg di kandungnya” Paman Jae Joon terlihat sangat sedih ketika  menerangkan tentang Lee Jun-Gi. Aku dan Lee Chi Hoon bukan tak mau mengingatkan Lee Jun-Gi, tapi dia keras kepala. Tak mau mendengarkan orang lain. Ketika keras kepalanya keluar, aku lebih memilih menghindarinya karena jujur, aku benci dia, benci sekali.

Aku dan Lee Chi Hoon sedang merencanakan pernikahan kita, aku di lamar Lee Chi Hoon dan diminta untuk menjadi istrinya. Karena banyak orang yang nyinyir sama hubungan kita dan status kita “serumah tapi tak Menikah”  aku sudah kenyang mendengar gossip-gossip, aku bukan selebritis memang, tapi keadaan Lee Chi Hoon yg sudah mapan dan kekayaan berlebih membuat perempuan-perempuan lain iri padaku. Teman sekampus Chi Hoon yg bernama Alicia terang-terangan menyatakan cinta pada Chi Hoon di hadapanku, tapi Chi Hoon menolaknya baik-baik. Lalu apa reaksi Alicia? Alicia menyebarkan gossip tentang aku, dia bilang aku menggunakan pelet untuk membuat Lee Chi Hoon jatuh hati padaku. Semua orang memandangku sebelah mata, mereka mengira jika gossip yg Alicia sebarkan adalah benar adanya.

Berita pernikahanku sampai di telinga Paman dan Tante. Paman Jae Joon sangat mendukung aku untuk segera menikah dengan Lee Chi Hoon. Begitu pun dengan Tante Jae Ha, air matanya mengalir saat tahu aku akan di lamar oleh Lee Chi Hoon.

“Lightly, anakku. Ini kabar bahagia yg pernah tante dengar setelah kematian ibumu. Ayah dan ibumu pasti bahagia mendengar kabar ini. kedua orang tuamu telah memberikan kamu dalam hidup Tante dan Paman, tante sangat bahagia nak.”



Tante dan Paman menangis pertanda mereka bahagia. Akhirnya setelah berpacaran kurang lebih 5 tahun dengan Lee Chi Hoon, aku yg berusia 22 tahun pada akhir 2013 nanti akan menjadi pengantin yg paling bahagia di dunia. Aku akan menjadi istri syah dari Lee Chi Hoon. Lee Chi Hoon sudah menentukan Wedding Orginaizer yg akan menghandle semua keperluan pernikahan kita nanti. Pernikahan akan di gelar bulan Februari 2013, dan saat ini sudah menginjak bulan desember 2012, berarti kita hanya punya waktu kurang lebih 2 bulan lagi.


Lee Jun-Gi pulang ke Bandung setelah mendengar kabar pernikahanku yg akan di gelar bulan Februari nanti. Ia juga harus menyediakan baju untuk Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha. Meskipun Wedding Orginaizernya mempunyai koleksi baju untuk orang tua pengantin, tapi mereka lebih memilih baju buatan Lee Jun-Gi


Fitting baju pun di mulai, aku memilih gaun berwarna merah maroon yg panjangnya menutupi kakiku dengan batu swarowski yg bertebaran di bagian dada sebagai gaun untuk resepsi, sementara untuk akad nikah, aku memakai kebaya berwarna putih bersih dengan sentuhan kain brookat warna senada di bagian tangan, bawahannya aku memakai kain samping yg sudah di jahit menjadi sebuah rok panjang. Sedangkan Lee Chi Hoon memakai setelan Jas berwarna hitam dengan dalaman kemeja berwarna putih, celana bahan hitam dan sepatu untuk acara akad nikah dan Resepsi.


Paman dan Tante melakukan fitting baju di rumah karena pakaian yg mereka pakai adalah hasil jerih payah anaknya, Lee Jun Gi. begitu juga dengan Lee Jun-Gi dan Lee Ji Hoon mereka memakai setelan jas berwarna biru navy dengan dalaman kemeja warna hitam. Semua tampak sempurna untuk pernikahanku.Aku bukan tak senang di temani Lee Jun Gi, tapi sangat aneh rasanya jika Pria yg tak pernah menyapaku dan menanyakan kabarku tiba-tiba selalu ada  setiap malam di sampingku, membawakanku makanan, minuman bahkan menyuruhku untuk beristirahat di rumah.

2 minggu kemudian di akhir bulan Januari 2013

Aku sedang menunggu Lee Chi Hoon yg berjanji akan menjemputku di ruko wedding orginaizer, kawasan jalan Lengkong Kecil Bandung. Saat itu kota Bandung hujan sangat deras, aku mulai lelah menunggu Lee Chi Hoon, andaikan tak hujan. Aku bisa pulang sendiri menggunakan angkot atau biskota. Aku mulai kesal pada Lee Chi Hoon, aku sudah menunggu Lee Chi Hoon 2 jam di ruko tersebut. Ketika aku telefon Handphone Lee Chi Hoon mati, ada suara operator yg menjawab panggilanku. Kesabaranku habis sudah, Lee Chi Hoon tak menunjukan batang hidungnya, dia menguji batas kesabaranku.


Tak lama, muncul mobil sedan mewah merk BMW i8hybrid berwarna silver, Aku awalnya tak mengenal mobil itu tapi setelah aku melihat plat nomornya    B 2210 LJG, aku yakin itu mobil Lee Jun-Gi. “Lee Jun-Gi? ngapain dia kesini?” gumamku dalam hati. Si songong itu kemudian membuka pintu mobil, keluar dan menghampiriku “Lightly,ayo ikut oppa” oppa? Kata yg tak lagi kudengar setelah Lee Jun-Gi mengenal gambar dan menjahit. For Your Information Oppa adalah panggilan kakak dariku untuk Lee Jun Gi, Oppa adalah panggilan adik perempuan/perempuan lain yg usianya lebih muda dari laki-laki tersebut. Aku dan Lee Jun-Gi mempunyai usia yg cukup jauh yaitu 10 tahun, sedangkan dengan Lee Chi Hoon, usiaku hanya terpaut 2 tahun, aku terbiasa memanggil Lee Jun-Gi dengan sebutan oppa dari usiaku 3 tahun sampai usiaku 8 tahun, setelah itu aku tak lagi menyapanya dengan panggilan Oppa, karena ia sering menghindariku, entah apa dosaku?

Di dalam mobil, Lee Jun-Gi hanya diam seribu bahasa. Ia fokus menyetir, sampai aku bertanya “ oppa kita mau kemana? dan dimana Lee Chi Hoon?” Lee Jun-Gi hanya tetap diam, aku makin curiga ketika Lee Jun-Gi menyetir mobilnya melewati kawasan rumah tempat aku dan keluarga Lee tinggal. “oppa, kita mau kemana?” tanyaku penasaran tapi Lee Jun-Gi hanya diam, tak menjawab pertanyaanku. Perasaanku makin tak menentu ketika Lee Jun-Gi menyetir mobilnya ke arah Rumah Sakit Advent Bandung.

Aku dan Lee Jun-Gi turun dari mobil setelah Lee Jun-Gi memarkirkan mobil mewahnya.

“oppa, siapa yang sakit?”

 tanyaku lagi

 “Lightly, ikut aku”

Lee Jun-Gi memegang tanganku, ia membawaku sambil setengah berlari, kita melewati lorong demi lorong Rumah Sakit, sampai akhirnya aku dan Lee Jun-Gi sampai di depan ruang ICU di lantai 5 gedung Rumah Sakit Advent. Aku berjalan mendekati pintu ICU dan Yang aku lihat saat itu adalah Tante dan Paman, mereka menangis setengah menjerit-jerit. Dari belakang ,Lee Ji Hoon muncul. “oppa siapa yg ada di dalam ruang ICU?” tanyaku pada Lee Jun-Gi, aku sangat penasaran karena yang tak aku lihat hanya Lee Chi Hoon, calon suamiku.  

“Lightly ,sabar ya Lee Chi Hoon di rawat di ICU, dia tabrakan”

perkataan Lee Ji Hoon, membuat aku lemas, lunglai tak berdaya. Bagaimana tidak, laki-laki yg harusnya menikahiku sekitar 10 hari lagi, sekarang terbaring lemah di ruangan itu. Aku sudah tak berharap lagi pernikahan itu di gelar, aku hanya ingin Lee Chi Hoon kembali padaku. Badanku lemas, tiba-tiba kepalaku terasa pusing sekali. Aku meminta Lee Ji Hoon untuk memegang tanganku agar aku tak jatuh.

Tapi akhirnya aku tumbang juga, aku tak kuat menahan beban yang begitu beratnya. Pernikahanku sudah pasti batal di gelar. aku hanya ingin Lee Chi Hoon, kekasihku sekaligus sahabatku sadar kembali. Aku membuka mataku pelan-pelan, aku melihat ke atas dan yg aku lihat adalah lampu berwarna putih terang, kemudian aku melihat ke sekeliling, ternyata aku ada di ruang UGD lantai 1 gedung Rumah Sakit dan di sampingku ada Lee Jun-Gi, pria berusia 31 tahun yang sangat sombong ini menemaniku sejak aku pingsan di depan ruang ICU.

Lee Jun-Gi beranjak dari kursi yang bersebelahan dengan tempat tidurku, ia memelukku, badan Lee Jun Gi yg tingi semampai mampu menutupi badanku, sehingga jika dilihat dari arah belakang badan Lee Jun Gi, aku tak akan Nampak ada disana.

“oppa, mana Lee Chi Hoon?”

 “Lightly, Lee Chi Hoon ada tapi dia koma”

mendengar pernyataan Lee Jun-Gi, aku menangis sejadi-jadinya. Calon pengantinku, kekasih pujaan hatiku, sahabat yg selalu ada untukku,            Lee Chi Hoon pria berdarah korea yg sudah aku kenal sejak usiaku masih 2 tahun dan usianya 4 tahun, pria yg di pasangkan Allah untukku, ia Lee Chi Hoon ,terbaring koma di ruang ICU. Entah sampai kapan?

Aku menemani Lee Chi Hoon di ruang tunggu ICU Rumah Sakit Advent.  Aku tak bisa pulang begitu saja meninggalkan Lee Chi Hoon seorang diri disana walaupun ia sedang dalam kondisi tak sadar. Lee Ji Hoon kadang menemaniku bergantian dengan paman Jae Joon, Ji Hoon membawakan pakaianku, makanan dan buku-buku juga majalah agar aku tak bosan berada disana. Tapi yg lebih sering menemaniku di sana adalah Lee Jun Gi, apalagi saat malam hari, Lee Jun Gi pasti menemaniku disana, karena saat siang hari, ia harus bekerja, profesinya sebagai Fashion Designer, mengharuskannya untuk membuat pakaian para artis-artis dan model papan atas dunia tepat pada waktunya.


Lee Jun Gi, Si Songong dan Sombong plus Arogan juga Si Perfectionis tingkat dewa ini tiba-tiba mencurahkan seluruh perhatiannya padaku, saat aku tidur misalnya, ia menyelimutiku dan saat aku bilang “duh laper” ia segera bertanya padaku “mau makan apa? “ dan langsung menelepon restoran yg aku sebutkan untuk memesan makanan menggunakan jasa Delivery Order. Aku pikir mungkin Lee Jun Gi lagi kesambet Setan.

Berhari-hari aku menunggu Lee Chi Hoon sadar, tapi tak ada perubahan yg berarti, ia masih menutup mata dan terbaring di atas tempat tidur ICU. Aku hampir putus asa, pernikahanku memang sudah batal di gelar tapi aku hanya ingin Lee Chi Hoon kembali dalam keadaan apapun. Hari berganti hari tanpa ada kejelasan akankah Lee Chi Hoon  sadar kembali atau tidak?

Aku terus tekatung-katung dalam kondisi berharap banyak agar Lee Chi Hoon sadar kembali, tapi Allah berkata lain, setelah koma yg cukup panjang, 15 hari Lee Chi Hoon menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menangis menjerit-jerit agar ia kembali hidup tapi Allah sudah menentukan jalan hidupnya. Lee Chi Hoon dipanggil ke haribaan nya tepat 2 hari sebelum pernikahan kita di gelar.

Aku yakin, pasti bukan aku saja yg mengalami ini, di tinggal selama-lamanya oleh calon suami di beberapa hari sebelum pernikahan, tapi apa yg aku rasakan saat ini sangatlah pedih, aku tak bisa sekuat perempuan lain yg mengalami hal yg sama denganku. Rasa sakit yg lebih sakit dari kehilangan ibuku. Sampai proses penguburan selesai, aku masih histeris, seterusnya aku mengurung diri di kamar, meski Tante, Paman, Lee Ji Hoon dan Lee Jun Gi, bergantian mengetuk pintu kamarku, menawariku makan dan minum hingga mengajakku jalan-jalan, aku tetap tak perduli. Hidupku berubah dari ceria menjadi hampa tanpa tujuan.

 Sebulan setelah kematian Lee Chi Hoon, Lee Ji Hoon pulang ke Korea untuk Debut bersama B*Star yg di naungi oleh Wonder Group. Tapi tidak denga Lee Jun-Gi, ia tak pernah meninggalkanku. Ia masih terus giat membujuku untuk makan, giat membujuku untuk keluar kamar dan giat mengajakku jalan-jalan. Akhirnya karena rasa kasihan, aku mengiyakan ajakannya.

Aku di bawa jalan-jalan ke mall Paris Van Java yg baru di buka di kawasan  Jalan SetiaBudi Bandung, karena Mall itu belum pernah aku kunjungi dengan Lee  Chi Hoon, aku setuju untuk jalan-jalan kesana.

Lee Jun-Gi menghilangkan seluruh sifat buruknya di hadapanku, setiap hari, Jun Gi selalu menyapaku, mengajak aku pergi kemanapun aku mau. Mungkin dia merasa kasihan padaku, karena setelah Lee Chi Hoon meninggal, Jun Gi merasa bertanggung jawab denganku menggantikan adik kandungnya. Di Mall itu aku memesan ice cream rujak, ice cream yg di campur buah-buahan segar khas rujak dan di lumuri saus gula merah, Lee Jun Gi pun memesan cemilan yg sama. Saat kita sedang menikmati segarnya ice cream rujak, handphone Lee Jun-Gi berdering, aku pikir ini pasti Manisha Sharma, perempuan binal yg sedang hamil hasil anak orang lain, tapi meminta pertanggung jawaban pada Lee Jun-Gi. “hallo, ya selamat siang. Oh Baiklah aku akan segera pulang ke rumah” Lee Jun Gi terburu-buru mengajakku pulang ke rumah. Padahal kita baru sampai mall.

Setelah sampai di rumah, terdengar suara seorang pria sedang mengobrol dengan Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha. Aku masuk ke ruang tamu dengan Lee Jun-Gi, lalu Paman mengenalkan pria paruh baya itu yg suaranya terdengar dari luar rumah.

“Lee Jun-Gi, ini pak Gunawan Syamsi, pengacaranya Lee Chi Hoon”

pengacara Lee Chi Hoon? Lee Chi Hoon punya pengacara? Ada apa ini? Hatiku mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yg tak masuk di akal.

“pak Gunawan, ini calon istri anak saya, Lightly Magnolia”

 aku hanya tersenyum-senyum saat Paman mengenalkan Tuan Gunawan. Aku duduk mendengarkan mereka berbicara.

 “begini, sejak 5 tahun yang lalu Lee Chi Hoon sudah menemui saya, dia mewariskan property seperti rumah yg ada di daerah dago dan rumah yang ada di kawasan jalan Pasundan. Juga mobil dan sejumlah uang untuk ibu dan ayahnya. Lightly tak mendapat hak waris ini karena dia belum secara syah menjadi istri dari Lee Chi Hoon. Lalu masalah wali resmi Lightly, Lee Chi Hoon sudah menandatangani surat pernyataan jika ia menyetujui menjadi wali resmi Lightly, tapi Lee Chi Hoon juga menulis wali penganti Lightly jika ia sudah tiada, Lee Chi Hoon menunjuk Lee Jun-Gi kakak kandungnya untuk menjadi wali resmi Lightly dengan pertimbangan kemampuan ekonomi Jun-Gi bisa menggantikan dirinya sebagai walinya Lightly”

Bagiku, bukan masalah warisan Lee Chi Hoon yg  tak menjadi hakku, masalahku wali resmiku adalah Lee Jun-Gi, aku tahu, Lee Jun-Gi punya kemampuan tak terbatas dalam hal financial, perusahaan Star Multy Fashion yang ada di 5 negara, tentu saja membuat Lee Jun-Gi kaya raya, tapi aku menolak wali ku diganti oleh Lee Jun-Gi.

“pak Gunawan, maaf dengan hormat aku menolak wali resmi ku di ganti oleh Lee Jun-Gi”

 tak berselang lama Lee Jun-Gi mengeluarkan pernyataannya

 “Pak Gunawan, aku setuju untuk menjadi wali resmi Lightly menggantikan adikku”

oh my God. Hal ini tak aku harapkan, bayangkan jika Lee Jun-Gi jadi waliku? Dia terkenal galak seperti monster dinosaurus, mungkin aku yg akan jadi sasarannya nanti.

“maaf Lightly, jika wali pengganti bersedia, maka ia akan sah menjadi wali resmi kamu, Lee Jun Gi tinggal mengurusnya ke pengadilan.”

Ya Allah, musibah apa lagi yg aku alami saat ini?

Aku baru saja di tinggalkan oleh Lee Chi Hoon, dan sekarang wali resmiku berganti dari Lee Chi Hoon kepada Monster Dinosaurus ini? Aku tak percaya, jika aku sudah mampu dan mapan dalam hal keuangan aku pasti akan lari dari sini, aku tak mungkin meminta Toko Roti CHOCOLEE kepada Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon, mereka sudah membesarkan toko roti legendaries itu, rasanya kurang sopan meminta hak ku yg sudah besar namanya oleh mereka.

Memang sejak ibuku meninggal, Tante Jae Ha lah yg mengurusi kebutuhanku. Dari hasil berdagang roti coklat yg legendaris itu, Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon menafkahiku. Lalu, mulai hari ini semua urusanku, kebutuhanku bahkan izin untuk menikah berpindah tangan ke tangan Lee Jun Gi. Aku tak pernah percaya jika ia mempunya sifat tanggung jawab dan bisa berbaik hati padaku, sungguh jika Lee Jun Gi sudah menjadi wali resmiku, aku pasti akan mati di marahi olehnya. Aku masih ingat kejadian Lee Jun Gi memarahi model yg tak sengaja merobekan baju buatan Jun Gi, sakit hati, model itu membalaskan dendamnya pada Jun Gi dengan cara mengacak-ngacak isi kantor cabang Singapore yg berlantai 5 tersebut. Hal ini Jun Gi laporkan ke pihak berwajib karena si Model telah melanggar pasal pengrusakan barang berharga yg bukan hak milik dan perbuatan tidak menyenangkan pada Lee Jun Gi.

Sekarang pasti aku yg kena getahnya, berbuat salah sedikit saja sudah pasti aku akan menjadi sasaran amukan Lee Jun Gi. Satu bulan kemudian, Lee Jun Gi sudah sah menjadi wali resmiku. Jujur saja aku paling tak ingin ini terjadi tapi ya sudahlah mungkin ini takdir yg harus aku telan bulat-bulat.

Sore itu di rumah, aku sedang mencuci piring membantu Tante Jae Ha yg sedang memasak, Lee Jun Gi sedang asik menonton tv chanel Fashion, aku tak sengaja memecahkan gelas Lee Jun Gi, gelas yg cukup besar berwarna hitam, terbuat dari kramik dan bertuliskan nama “Lee Jun Gi” dalam bahasa Korea dan gelas itu sudah Jun Gi pakai sejak 12 tahun yg lalu.

Aku benar-benar ketakutan, Lee Jun Gi menghampiriku

“Lightly, kamu gak apa-apa?”

 matilah aku kali ini, si Monster Dinosaurus ini pasti mencak-mencak padaku.

“oppa, maaf gelasnya pecah”

 Lee Jun Gi berlari ke arahku lalu ia mengambil sapu tangan dan kantong plastic.

“Lightly, biar ini oppa yg bereskan ya”

 wow apakah ini hari malam Jum’at Kliwon? Ataukah Lee Jun Gi kerasukan setan lagi? Entahlah, yg aku lihat sore ini benar-benar ajaib, ia tak meninggikan suaranya, Jun Gi berkata lembut sekali. Aku melihat Lee Jun Gi mengambil pecahan-pecahan gelas yg tak sengaja aku pecahkan, kemudian dia menyapukan pecahan-pecahan kecil di lantai.

Sikap Jun Gi saat ini membuatku berfikir sangat keras, ada apa dengan Lee Jun Gi? hmm.. mungkin dia sedang sakit jadi ingatannya kadang-kadang menjadi buruk. Lee Jun Gi, di hadapanku menjadi sangat manis, humoris dan perhatian, berbeda dengan berita gossip yg di siarkan saban hari di televisi dan internet, mereka mengatakan bahwa mantan kakak iparku ini sosok yg menyeramkan untuk artis dan model yg bekerja sama dengannya.

Lee Jun Gi sangat perhatian padaku, ketika aku mengajukan izin untuk bekerja, ia mengizinkannya asalkan masih di kota Bandung dan tidak menyewa kamar kost, aku harus kembali ke rumah dan aku juga harus setuju jika Lee Jun Gi mengantar jemputku setiap hari. Sifatnya hampir sama dengan Lee Chi Hoon, setiap aku dekat dengannya aku selalu meneteskan air mata, aku ingat akan mendiang Lee Chi Hoon, calon suamiku. Berkali-kali aku menangis, berkali-kali pula Lee Jun Gi menenangkanku.

“Lightly, jangan nangis lagi ya, kamu boleh menganggap aku Lee Chi Hoon kalau kamu mau”

 kata-kata itu tak pernah hilang saat aku menangis mengingat Lee Chi Hoon, jika aku masih menangis, Lee Jun Gi akan memelukku hingga aku tertidur pulas.

Aku senang akhirnya aku bisa melewatkan fase-fase kesedihan dan terpuruk habis-habisan setelah ditinggalkan Lee Chi Hoon, ini berkat malaikat tanpa sayapku, Lee Jun Gi. si songong yg berubah wujud menjadi malaikat hanya di hadapanku dan berkat dokter Rendi Gunadi, dokter ganteng keturunan India, yg berprofesi sebagai dokter spesialis anak. Aku sangat mengidolakannya dan tak pernah melewatkan acara yg di pandu olehnya “Lets Health and Be Healthy” yang di tayangkan LIVE di salah satu stasiun Televisi Indonesia. Sejak aku melihatnya pertama kali di televisi, hatiku berdegup kencang. Wajahnya yang rupawan menjadi daya tarik utama dokter berusia 32 tahun itu. Selain itu, otaknya yg sangat encer bisa membuat pundi-pundi uang melimpah ke rekeningnya.

Siapa yg tak suka dengan dokter Rendi? pria kelahiran 29 Mei 1982 ini  banyak di gandrungi wanita-wanita cantik, terlebih jika ia menjadi dosen di Universitas Kedokteran Indonesia di Bandung, pasti banyak mahasiswi yg menunggunya di kelas. Selain berprofesi sebagai dokter dan dosen, ia juga seorang model majalah bulanan ibu kota J-Magazine, fotonya terpampang nyata di beberapa edisi untuk cover majalah tersebut. Ia juga host dari acara Lets Health and Be Healthy bersama dokter Amanda Ghonson, rekan sejawatnya yg juga berprofesi sebagai dokter anak, kabarnya Amanda Ghonson adalah sepupu dari Rendi. Ibu dari Amanda Jhonson adalah adik Ayahnya Rendi. Ibu Amanda berarti Tantenya Rendi, Ibu Amanda bernama Sarah Husain Khan ia menikah dengan seorang dokter asal Australia, bernama Frederick Verenial Ghonshon, seorang dokter ahli bedah yg sangat terkenal di Australia.

Rendi itu seorang yatim piatu, Ayah dan Ibunya meninggal saat Rendi masih berusia 12 tahun, karena kecelakaan mobil. Rendi akhirnya di urus dan di biayai oleh seorang Paman dari pihak ibunya yg juga seorang dokter bernama dokter Riyandi Yusuf. Riyandi Yusuf itu dokter anak paling terkenal di Indonesia, ia mementingkan pasien anak-anak dan Lansia yg tidak mampu, ia juga pelopor LAYAD RAWAT program dokter yg melayad dan merawat pasien-pasiennya di rumah. Sayangnya, dokter Riyandi meninggal dunia saat Rendi Gunadi baru menapaki kariernya sebagai dokter anak.

Maka warisan Program Layad Rawat Masyarakat di jatuhkan kepada Rendi, ia harus melaksanakan tugasnya sebagai dokter anak tanpa pamrih seperti pamannya.

Seperti hari itu, hari sabtu jam 11.00 siang, aku manteng di depan tv, menunggu acara Lets Health and Be Healthy, acaranya dokter Rendi. Aku tak lagi memperhatikan Handphone atau bel Rumah yg terus berbunyi, sampai akhirnya orang yang berpuluh kali menekan bel pintu rumah itu, bisa masuk ke dalam rumahnya sendiri.

 “ Ya Tuhan Lightly, aku dari tadi ngetok-ngetok  pintu, gak di buka-buka”

 Lee Jun Gi mengomel seperti biasa, padahal ia punya kunci serep jadi tak perlu mengetuk-ngetuk pintunya.

“aku tahu, oppa punya kunci serrep jadi bisa masuk sendiri kan”

celotehku sambil fokus melihat dokter Rendi di televisi.

 “oppa, aku di terima bekerja di Klinik Kumala Bunda sebagai bagian administrasi”

 Lee Jun Gi terus menerus menatapku seakan tak percaya apa yg aku katakan.

“seriously? Kapan mulai kerja?”

aku berfikir dulu sebentar

“ minggu depan kayaknya”

 Lee Jun Gi terdiam sebentar setelah aku meminta izinnya untuk bekerja, karena bagaimanapun Lee Jun Gi adalah waliku saat ini dan dia  memberikan syarat, salah satunya, aku harus pulang dan pergi di antar jemput olehnya.

Aku terus memperhatikan TV yg terdapat Rendi Gunadi di dalamnya. Sampai-sampai kakak angkatku memberikan seblak ceker ayam pesananku pun, aku tak menggubrisnya, untunglah dia sabar dalam menghadapiku. Aku terbiasa nitip makanan saat Jun Gi diperjalanan pulang dari kantornya, sering sekali aku menitip seblak ceker, es cingcau, es goyobod, dan Steak Saus Jamur kesukaanku. Dan Lee Jun Gi tak pernah menolak jika aku meminta sesuatu darinya, seperti nonton film ke bioskop, jalan-jalan ke mall atau sekedar makan di luar.

 Aku kira Lee Jun Gi bukan kakak kandung dari Lee Chi Hoon, karena Lee Jun Gi mempunyai sifat yg berbeda dari Lee Chi Hoon, sampai akhirnya mataku terbuka, Lee Jun Gi hanya bersikap kasar pada karyawan dan client yg tak mematuhi aturannya, misalnya karyawannya yg selalu datang telat setiap hari, atau karyawan yg menjadi mata-mata fashion designer yg lain, mereka di beri upah untuk memfoto hasil karya Lee Jun Gi oleh para pesaing sesama designer.

Jika berurusan dengan client, Lee Jun Gi akan marah besar jika sang client tidak mematuhi kontrak yg ada. Ada beberapa artis yg menetap menyewa baju pada Lee Jun Gi, di kontrak di sebutkan, bahwa pengembalian barang harus tepat pada waktunya dengan bersih dan tidak merusak barang yg di sewa.

Jika ada artis yg melanggar bagian ini, sudah pasti akan kena amukan Lee Jun Gi, ia bahkan akan melempar barang yg di sewa si artis tepat ke wajah artis tersebut. Begitu pun pada Manisha Sharma mantan kekasihnya, Lee Jun Gi menceritakan hal yg sebenarnya padaku.

“ Aku dan Manisha bukan pacaran, aku hanya kasihan melihat dia di campakan laki-laki hidung belang, ia sedang hamil kala itu. Aku menawarkan kebaikan padanya dengan cara mengantarnya ke dokter kandungan beberapa kali, aku juga membelikannya susu untuk ibu hamil, membuatkan baju hamil khusus untuk dia, tapi apa yg aku lakukan di balas sangat buruk oleh Manisha Sharma, ia menyebarkan berita bahwa akulah ayah dari bayi yg di kandunganya, begitu aku tahu berita itu, aku langsung mengadakan konfrensi pers di Jakarta dan Seoul, Korea Selatan, aku bilang, aku tahu bahwa Manisha sedang hamil dan aku akan melakukan test DNA jika anaknya sudah lahir, jika betul bayi itu anakku, aku akan bertanggung jawab penuh tapi jika bayi itu bukan anakku, aku akan menuntut Manisha. Setelah konfrensi Pers yg aku lakukan itu, Manisha meneleponku, ia meminta maaf karena menyebarkan gossip tentangku”

aku menyimak cerita Lee Jun Gi dengan baik dan memberikan satu pertanyaan yg sangat ingin aku ketahui.

“lalu, siapa perempuan yg menjalin hubungan dengan Oppa?” 

 “sebetulnya, aku sangat menyukai Sussane Kim, aku bertemu dengannya di acara Fashion dunia kala itu, aku tahu Sussane Kim juga suka sama aku, cinta kita gak bertepuk sebelah tangan, tapi kala itu sainganku sangat berat, ia adalah anak dari Raja Brunai Darrussalam, aku mundur teratur ketika aku tahu ternyata Sussane Kim sudah di lirik oleh anak raja itu”
Wow ternyata, gossip yg beredar tentang kakak iparku salah besar, mereka memberitakan bahwa Sussane Kim mengejar-ngejar cinta Lee Jun Gi, tapi nyatanya tak begitu, mereka memang saling jatuh cinta satu sama lain, hanya saja rintangan paling berat bagi Lee Jun Gi adalah anak dari Raja Brunnai itu.  Aku merasa sangat dekat dengan Lee Jun Gi, apalagi setelah Lee Jun Gi menceritakan bagian masa lalu hidupnya.

Kita, aku dan Lee Jun Gi, hampir setiap hari menghabiskan waktu bersama, kadang aku tidur dengannya tapi hanya tidur tak beraktivitas apapun, aku tak mungkin memberikan hal yg paling berharga bagi diriku untuk Lee Jun Gi, mungkin Jun Gi juga berfikiran yg sama, ia menyayangiku sebagai seorang adik, hanya adik.

Aku mulai bekerja di Klinik Kumala Bunda, sebuah klinik yg cukup besar dengan 5 lantai. Ada ruang UGD di Lantai 1, 5 kamar untuk pasien kelas 3 di Lantai 2, 5 kamar untuk pasien kelas 2 di Lantai 3, 3 kamar untuk pasien kelas 1 dan 4 kamar untuk pasien VIP di Lantai 4 dan ada taman healing di lantai 5, Taman buatan yg sengaja di bangun untuk pasien-pasien dengan tujuan agar pasien bisa segera sembuh.

Ada kantin di lantai dasar, ada juga Apotik, ada sekitar 8 kamar pemeriksaan  di Lantai dasar dan Lantai 1 yg terdiri dari pemeriksaan umum, pemeriksaan kandungan, pemeriksaan THT, pemeriksaan Mata, pemeriksaan Gigi dan Mulut, pemeriksaan kesehatan Jiwa, ruang konsultasi Psikologi dan Pemeriksaan anak. Ada sekitar 8 dokter spesialis yg ada di Klinik ini. Klinik ini paling ramai di kunjungi karena banyaknya dokter spesialis dan menerima pasien yg menggunakan BPJS.

Saat aku datang untuk bekerja di sana, aku di sambut oleh Thalitha dan Rena. 2 orang ini adalah temanku saat Sekolah Menengah Pertama, aku tak menyangka bisa kerja bareng 2 sahabatku yg dulu sering jalan bareng. Aku mulai bekerja pukul 08.00 jika aku kerja di bagian administrasi dan pendaftaran, 2 orang sahabatku ini adalah suster.

Setiap hari kita ada di shift yg sama, kecuali jika satu di antara kita ada halangan, maka terpaksa kita tak bekerja bersama. Menurut gossip yg beredar, dokter Rendi Gunadi akan bekerja disini sebagai dokter specialis anak. Tentunya aku sangat senang ketika mengetahui kabar ini. dokter tampan itu akan break shooting dan menjalankan tugasnya hanya sebagai dokter dan dosen, dunia entertainment akan ia tinggalkan sementara waktu karena ia merasa lalai dalam menjalani 4 tugasnya sekaligus.

Hari itu, tepat satu bulan aku bekerja sebagai tenaga administrasi dan pendaftaran di klinik Kumala Bunda, setiap hari aku di antar jemput oleh mantan kakak iparku, Lee Jun Gi. Tapi ia tak pernah mau keluar mobil, ia hanya menunggu di mobil atau sekedar ngopi di mini market yg ada tepat di depan Klinik Kumala Bunda. Saat aku di jemput oleh “Oppa” panggilan sayangku padanya, ia mengajak aku berlibur ke Korea sekalian menjemput Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon yg adalah ayah dan ibu Lee Jun Gi.

Aku merasa keberatan, sudah pasti aku tak ingin ikut. Kenapa? Aku harus mengingat lagi Lee Chi Hoon, ia juga pernah mengajakku liburan ke Korea, hanya saja waktu itu, aku sedang sibuk mengurus skripsiku, jadi aku tolak tawarannya. Sekarang aku di ajak berlibur lagi ke Korea oleh orang yg berbeda, rasanya sakit jika aku harus pergi ikut Lee Jun Gi ke Korea, karena selain Lee Chi Hoon juga pernah mengajakku ke tempat yg sama, Korea juga tempat lahir Lee Chi Hoon, aku pasti akan menangis terisak-isak di sana.

“oppa, kalau aku ga ikut gak apa-apa kan?”

 kalimat penolakan ajakan Lee Jun Gi ini rasanya cukup untuk menjelaskan bahwa aku memang benar-benar tidak mau ikut.

“baiklah kalau kamu gak mau ikut, kamu boleh tinggal di rumah sahabatmu ya, jangan sendirian di rumah”

 Aku tahu masksud Lee Jun Gi, aku memang stress saat di tinggalkan Lee Chi Hoon, agar tak terjadi sesuatu yg tak di inginkan, aku harus di temani oleh orang lain, agar aku bisa menghilangkan perasaan sedih di tinggalkan Lee Chi Hoon.

Kepergian Lee Jun Gi, kakak iparku, memang sangat penting terkait perusahaan Star Multy Fashion yg telah menjadi nomor satu Brand  Fashion ternama di Asia, Lee Jun Gi, harus memindahkan pekerjaannya dari Korea ke Indonesia, karena ia tak boleh meninggalkanku lama-lama. Lee Jun Gi berjanji, ia hanya akan pergi selama 1 minggu, bahkan kurang dari 1 minggu. Jun Gi, mempunyai pesawat Jet Pribadi, jadi akan sangat cepat untuk bolak-balik Indonesia-Korea Korea-Indonesa, tanpa takut ada delay yg menghambat perjalanannya, kecuali delay untuk urusan cuaca buruk.

Malam itu, aku di tinggal sendiri, Lee Jun Gi pergi kira-kira pukul 20.00 malam. Dan sudah 2 jam aku di tinggalkannya. Aku merasa kesepian, sendirian, dan ingin bertemu Lee Chi Hoon, poster dokter Rendi yg terpampang di kamarku, tak membuat aku mengurungkan niatku untuk bunuh diri. Aku menggunakan mobil sedan mewah Lee Jun Gi, menuju jalan Ahmad Yani Bandung, aku menginjak gas dengan kecepatan tinggi. Hari itu hujan sangat lebat, sama seperti saat Lee Chi Hoon kecelakaan.

Aku pun menabrakan mobilku tepat pada mobil mini bus yg sedang melintas dari arah yg berlawanan. Saat itu aku masih sadar, aku melihat beberapa orang mengerumuniku. Aku di angkat ke mobil ambulance berbarengan dengan laki-laki dengan luka memar di kepala, tangan dan kakinya.

Mataku menutup dengan sendirinya, aku merasa sedang tidur pulas sekali. Sampai akhirnya aku membuka mataku dan aku menyadari,aku berada di dunia yg lain, ini bukan duniaku, ini bukan dunia tempat aku hidup, bukan, ini bukan duniaku. Aku mengelilingi tempat yg asing bagiku, banyak pohon-pohon yg melindungiku dari sinar matahari, aroma buah yg sangat wangi.  Lalu tanah tempat kakiku berpijak, terbuat dari rumput-rumput yg sangat hijau. Dimana aku? Ini pertanyaan pertama yg muncul di benakku. Tak lama kemudian, ada seseorang yang memanggilku dari belakang, “Lightly” serunya, aku membalikan badanku. Aku melihat sosok yg tak asing bagiku, pria dewasa, memakai kemeja tangan panjang polos warna hitam. Wajahnya aku sangat hafal, hidungnya mancung, mirip orang India, bermata belo, dan alis yg tebal. Rambutnya pendek, telihat ada keriting-keriting di pinggir-pinggir rambutnya.

Pria itu berjalan ke arahku, lambat-laun terlihat siapa dia sebenarnya.

“dokter Rendi”

 Iya dia dokter muda tampan yang berwajah ke India-Indiaan itu, si dokter dengan tinggi sekitar 175 cm, kulit putih, beralis tebal dan rapi, aku pasti tak mungkin salah lihat, dokter Rendi berada di dunia antah berantah bersamaku. Dia idolaku, si pintar, gagah , ganteng dan menawan ini sekarang ada di hadapanku.  “hai Lightly, aku Rendi Gunadi” oh my God.. idola yg aku idam-idamkan bisa bertemu di dunia nyata, akhirnya kita bertemu di dunia yg lain, dunia NO NAME  yg aku tak tahu bagaimana aku dan dokter Rendi bisa bertemu di sini.

“hai Rendi, I am Your Big Fans” aku berterus terang tentang diriku yg mengagumi dirinya. “oh Realy?” ucapnya, mengetahui aku adalah Fans setianya, Rendi sangat senang, ia bahkan mengajakku berjalan-jalan. aku juga bertemu ibu dan ayahku. Aku bertanya, dimana ini? mereka hanya menjawab, ini dunia tempat orang meninggal tinggal. Jadi aku meninggal? Ibu meyakinkanku bahwa aku memang sudah meninggal.

 “ibu, jika aku memang sudah meninggal, harusnya aku bisa bertemu Lee Chi    Hoon”

ibuku hanya menggelengkan kepala, pertanda Lee Chi Hoon tak ada di dunia ini.

 “takdirmu kesini bukan untuk Lee Chi Hoon nak, bersabarlah. Suatu hari nanti kamu akan bertemu Lee Chi Hoon”

aku tak mengerti apa yg di bicarakan oleh ibu, aku tak mungkin bertemu Lee Chi Hoon? Masa iya aku tak bertemu dengan Lee Chi Hoon, tapi tak apalah ada Rendi yg siap menemaniku. Selama di dunia yg entah berantah ini, Aku selalu di temani Rendi, kemanapun aku pergi Rendi selalu mengikutiku. Dimana ada Rendi disitu ada aku. Bagai anak kembar kita menyusuri sungai, yg bening sekali airnya, kita ke hutan pun hanya berdua. Dunia ini memang asing bagiku, tapi tak apa, aku bahagia menikmati hidupku di dunia yg lain bersama Rendi.

“dokter, kenapa dokter ada di sini?”

“aku mau ketemu kamu”
“eh serius sih!”
“kamu, kenapa ada disini?”
“aku….”
Aku terdiam sesaat ketika Rendi bertanya kenapa aku ada di sini atau mungkin maksudnya, apa alasan aku mati?
“Aku ingin bertemu Lee Chi Hoon, calon suamiku”
“oh.. maaf aku gak tahu kalau kamu akan menikah”
“itu dulu, sekarang..” 
Bibirku seakan berhenti, tiba-tiba aku ingat lagi sosok Lee Chi Hoon, calon suamiku yg meninggal hampir satu tahun yg lalu. Rendi, menenangkanku. Ia memelukku, mengusap rambut panjangku. “tenanglah, ada aku disini” ucapnya menghiburku, untukku itu saja sudah cukup. Rendi Gunadi yg biasa aku lihat hanya di televisi, kini ia ada di sampingku. Menemaniku kemana pun aku pergi, jalan-jalan, makan, bahkan tidur. Hal yg biasa aku lakukan dengan Lee Jun Gi, aku lakukan di sini dengan Rendi.
“terimakasih banyak ya Ren, disini kamu nemenin aku”
“tak apalah Lily, hanya ini yg aku bisa lakukan untukmu”
“ah.. aku jadi kangen Lee Jun Gi”
“siapa Lee Jun Gi?”
“dia orang yg paling aku sayang  di dunia”
“pacarmu?”
“bukan, dia kakak iparku, dia kakak dari Lee Chi Hoon, calon suamiku”
Aku bahagia, Rendi Gunadi sangat baik sekali padaku sampai akhirnya ibuku meminta agar aku menikah saja dengan Rendi, aku pikir ini mustahil terjadi, tapi menurut ayah dan ibuku, Rendi memang berniat untuk menikahiku disana. seperti mimpi aku akan di nikahi oleh Rendi Gunadi, si tampan yg sukses dengan 4 pekerjaanya sebagai dokter anak, dosen, model dan Artis. Semasa kuliah Rendi Gunadi memang artis sinetron atau FTV.
Aku, aku akan menjadi calon istri Rendi Gunadi, harapan demi harapan menjadi istri seorang dokter terus berdatangan padaku. Bagaimana rasanya menikah dengan laki-laki yg di idamkan banyak wanita.
Kebahagiaanku tak berlangsung lama, Sampai akhirnya, aku mendengar sendiri dengan kedua telingaku, di bawah pohon beringin yg sangat rindang, aku sedang bermain dengan kucing-kucing berwarna putih yg sangat lucu, tiba-tiba aku mendengar suara dokter Rendi di balik pohon besar itu, kita hanya terhalangi bagian tengah pohon.
Aku mendengar Rendi berbicara pada teman-temannya.
 “gue nikahin Lightly itu Cuma karna kasian aja, di dunia nyata dia di tinggal mati sama calon suaminya, ya gue sih mau-mau aja, lagi pula gue bisa ngerasain malam pertama GRATIS.”
Rendi Gunadi yg aku kira baik sekali, sempurna dan menghargai perempuan, ternyata bajingan juga, ia menipu aku, ibuku, ayahku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tak menerima perlakuan Rendi padaku, ia merendahkan harga diriku dan dia juga menghinaku. Aku tak tahu harus bagaimana menghadapi ini?
Aku berdo’a pada sang maha kuasa, sang maha pencipta. Aku tak ingin lagi bertatap muka dengannya, laki-laki yg terlihat sangat baik padahal aslinya bajingan, aku tak sanggup lagi berkata-kata. Aku memohon pada sang Maha Pemberi, untuk mengembalikanku lagi ke dunia nyata, tempat aku dan si Monster Tyrex  hidup.
Aku ingin hidup kembali setelah mencoba bunuh diri demi bertemu Lee Chi Hoon, sampai  di dunia Noname aku kira akan bertemu calon suamiku, nyatanya aku bertemu penipu ulung yg berhasil menipuku. Menipu seluruh masyarakat Indonesia, yg menyangka dokter Rendi adalah pria yg baik.
Do’aku di ijabah sangat cepat, tiba-tiba aku sudah ada di ruangan rumah sakit, tepatnya di kamar VVIP, di sana ada tv LED yg menggantung, kulkas, telepon dan kamar mandi yg ada di dalam kamar, pasiennya hanya aku sendiri. Aku melihat adik angkatku, Lee Ji Hoon, sedang tertidur di kursi sofa yg bersebelahan dengan ranjangku. Aku memanggilnya tapi ia tertidur sangat pulas. Aku turun dari ranjangku, lalu aku menepuk-nepuk pipinya agar ia bangun.
“Lee Ji Hoon.. Ji Hoon.. “
Lee Ji Hoon terbangun, ia kaget melihatku ada di hadapannya.
“Lily.. Lightly..”
Lee Ji Hoon terperanjat sambil memanggilku Lily, dia terbiasa memanggilku dengan panggilan itu mengikuti ibuku. Lee Ji Hoon berlari menggedor-gedor pintu kamar mandi, tak lama Lee Jun Gi keluar dari dalam kamar mandi, terlihat setengah badannya dari pusar ke atas, perutnya sixpack, lengannya berotot, untuk menutupi bagian bawah tubuhnya ia menggunakan handuk yg menutupi sampai mata kaki, aku baru melihat Lee Jun Gi telanjang dada hari ini.
“kamu kenapa sih Ji Hoon? Gedor-gedor pintu”
“ Kakak, lihat Lightly, dia bangun”
Lee Jun Gi langsung berlari ke arahku, ia memelukku dengan erat, mengelus rambutku yg panjang. Ia mengusap-usap pipiku, menggenggam tanganku.
“Lightly, kamu gak apa-apa?”
“aku gak apa-apa Oppa”
Lee Jun Gi memelukku lagi, ia bahkan mencium keningku. Hal yg tak pernah ia lakukan selama ini, aku merasa tambah aneh tapi tak apalah, mungkin saking senangnya Lee Jun Gi, ia kelepasan mencium keningku. Lee Jun Gi kemudian menelepon seseorang. Aku menndengar Lee Jun Gi menyebut nama Amanda, seperti nama seorang gadis. Jun Gi mengabarkan kesadaranku pada orang tersebut.
“Opaa, itu siapa?”
“oh itu, dia Amanda Ghonshon sepupunya Rendi, host yg bawa acara Lets Health and Be Healthy yg sering kamu tonton”
“Amanda Ghonshon?”
“iya Amanda Ghonshon, dokter anak perempuan yg cantik itu, dia satu-satunya keluarga Rendi yg masih hidup, kamu tahu gak? Mobil yg kamu tabrak waktu itu, mobil dokter Rendi, dan Rendi juga di rawat di rumah sakit ini? dia juga koma selama 40 hari.”
“apa?”
Aku kaget, setengah berteriak. Selama ini jasad kita satu rumah sakit dan Lee Jun Gi sudah menemui dokter Amanda untuk sekedar menanyakan apakah korban yg aku tabrak baik-baik saja. Aku meminta pulang hari itu juga, aku tak mau bertemu Rendi Gunadi, aku muak dengannya.
“Oppa, aku ingin pulang, tapi aku mau berlibur dulu di Villa Oppa yg ada di Lembang”
“Lightly, kamu baru sadar, masa sudah minta pulang, istirahat dulu ya”
Aku menyetujui permintaan Lee Jun Gi, untuk beristirahat satu hari lagi di rumah sakit. Esoknya, aku memaksa pulang pada Jun Gi, karena menghindari dokter Rendi. Jun Gi kemudian meminta dokter untuk mengizinkan aku pulang, Jun Gi pergi ke kasir untuk membayar biaya perawatanku dan menebus obat di apotik.
Saat itu, aku melihat Jun Gi sangat bertanggung jawab sekali padaku. ia membayar semua biaya perawatan dan pengobatanku, tak tanggung-tanggung biaya yg aku habiskan di ruang VVIP adala 80 juta rupiah. Itu belum termasuk biaya obat. Aku jadi merasa tak enak pada Jun Gi, belum lagi mobil sedan mewahnya yg bermerk BMW i8 Hybrid, rusak olehku, karena aku pakai untuk menabrak mobil dokter Rendi saat itu. Entah berapa biaya yg harus Jun Gi tanggung untukku.
“Oppa, maafkan aku, aku merepotkanmu”
“Lightly, ini kewajibanku menggantikan Lee Chi Hoon, ayo kita pergi ke Lembang, kamu butuh hiburan kan?”
“iya Oppa, terimakasih. Tapi aku mau minta tolong, tolong copotin semua poster Rendi Gunadi, angkat juga foto-fotonya yg ada di meja belajarku dan meja riasku”
“kenapa?”
“gak apa Oppa, aku hanya ingin suasana yg baru”
“baiklah”
Lee Jun Gi, selalu mengabulkan permintaanku, apa saja yg aku inginkan. Ia kemudian menelepon Ji Hoon dan menyuruhnya untuk membereskan kamarku. Lee Jun Gi sangat baik padaku, ia memperhatikanku layaknya Lee Chi Hoon memperhatikanku. Ia menyayangiku dan menjagaku. Aku sangat menyayanginya sebagai seorang kakak laki-laki atau mungkin lebih dari sekedar kakak.
Sampai di villa, aku menemukan suasana yg baru, sejuknya Lembang membuatku ingin berlama-lama disana tapi, Lee Jun Gi hanya memberi waktu 3 hari 2 malam. Aku tak ingin menyia-nyiakan waktuku, villa Lee Jun Gi ini mempunyai fasilitas perkebunan mangga, mangga harumanis disini rasanya sangat segar dan manis, wanginya pun menggugah seleraku untuk menyantapnya, dulu Tante Jae Ha sering membawa mangga harumanis dari villa Lee Jun Gi ke rumah untuk di bagikan kepada tetangga atau pelanggan di toko Roti Chocolee, tapi sayang saat aku kesana, buah mangga belum musim jadi aku tak bisa menikmatinya. Lee Jun Gi juga punya peternakan kuda yg dekat dengan villa miliknya.
Aku bisa mengendarai kuda sesuka hatiku, berjalan-jalan dengan kuda warna putih ras Arabian horse yg bernama Jigly, kuda itu milik Lee Jun Gi, aku menaikinya bersama mantan kakak iparku.

Setelah puas bermain-main di peternakan kuda, aku belajar memerah susu di pabrik susu pasteurisasi yg terkenal di Bandung, semuanya berkat Lee Jun Gi, aku bisa melepaskan kesedihanku di khianati Rendi Gunadi. Esok harinya, pagi-pagi sekali, matahari sudah terbit tapi aku merasa sangat dingin, aku turun ke bawah berharap ada sesuatu yg bisa menghangatkanku, aku melihat C.E.O Star Multy Fashion itu sedang membuat teh manis panas. Aku mengucapkan “selamat pagi” tapi Jun Gi hanya tersenyum sambil menelepon seseorang, kudengar nama Amanda terucap lagi dari mulut Jun Gi ku.
Kali ini rasanya aku seperti di nomor duakan, aku di acuhkan oleh Lee Jun Gi. ia hanya tersenyum dan meninggalkanku di dapur. Setelah matahari agak meninggi, cuaca agak memanas, aku pergi ke sebuah kolam renang yg terletak di belakang vila, aku melompat dari darat ke air. Berenang sebebas-bebasnya melakukan berbagai gaya. Lee Jun Gi, kemudian  datang dan berenang bersamaku, ia membuka kaosnya dan masuk ke dalam air. Badan Lee Jun Gi yg sixpack, terlihat sangat jelas.
“Lightly, kamu kok lihatin aku terus?”
“oh, oppa.. gak apa-apa kok. Badan Oppa sixpack, bikin betah yg litanya”
“aku heran, Cuma kamu yg gak naksir sama aku, padahal tubuhku sexy banget”
“aku gak naksir Oppa, karena Oppa nyebelin”
Dengan jutek, aku memarahi Lee Jun Gi. yg terlihat ke GR an. Selesai berenag aku membersihkan tubuhku di kamar mandi yg ada di dalam kamarku.
 Aku berfikir keras, apakah aku menyukainya? Tak mungkin, aku tak mungkin menyukai Lee Jun Gi, ia kakak iparku. Tak mungkin aku mempunyai rasa yg berlebih padanya, lagipula aku siapa? Aku hanya seorang karyawan di sebuah klinik, gajiku hanya 2,5 juta rupiah per bulan.
 Lee Jun Gi mengajakku untuk pulang, di mobil, menuju jalan pulang, aku memperhatikan Lee Jun Gi dari tempat dudukku yg persis berada di sebelah kursi sopir yg di tempati Lee Jun Gi, aku memperhatikan wajahnya yg tampan, tak kalah dengan Rendi Gunadi. Jika Rendi mempunyai wajah seperti orang India dengan hidung mancungnya, Lee Jun Gi mempunyai wajah-wajah sangat asia, mata sipit, hidung mancung, kulit putih bersih, bibirnya tipis, rambut yg tebal dan di tata ala-ala artis Korea kadang-kadang Jun Gi memakai kaca mata, matanya minus 3 sebelah kiri dan 2,5 sebelah kanan. Setiap kali aku menatapnya, Lee Jun Gi selalu menatap balik padaku, dan setiap saat itu juga mukaku terlihat menghindar dari pandangannya.
“Lightly, kenapa?”
“gak apa-apa Oppa”
“Lightly, aku sedang melakukan penjajakan pada dokter Amanda. Bagaimana menurutmu?”
“Oppa, kamu pacaran sama Amanda?”
Lee Jun Gi hanya tersenyum saat aku melontarkan pertanyaan padanya. Sampai di rumah, aku di sambut Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha. Aku tahu Lee Ji Hoon pulang ke Korea kemarin malam menggunakan pesawat dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandara Incheon Korea Selatan. Aku sangat capek sekali, satu bulan berbaring di tempat tidur membuatku sakit badan dan ingin segera merebahkan badanku. Aku membuka pintu kamarku dan melihat poster-poster dan foto Rendi Gunadi sudah di ganti dengan poster dan photo-photo Lee Ji Hoon.
“ahhhhh…. “
Lee Jun Gi berlari terburu-buru dari kamarnya ke kamarku, begitupun Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon.

“Lightly, Ada apa?” Paman Jae Joon sangat terlihat khawatir.
“itu paman, lihat seluruh dinding kamarku, photo Lee Ji Hoon semua”
“Lightly, tante kira ada apa? ya sudah tidur di kamar Jun Gi dulu”
“Lightly, tidur dulu di kamarku ya, nanti aku bereskan”
 Lee Jun Gi membujuku untuk tidur di kamarnya. Aku menurut pada Jun Gi, aku tidur di kamarnya dulu, kamar yg selama ini belum pernah aku lihat isinya, aku hanya melihat bagian dalam kamar ini, jika pintu kamar milik Lee Jun Gi ini tak sengaja terbuka. Saat masuk ke kamarnya, yg aku lihat adalah tempat tidur size king dengan ukuran  200x200cm, dengan kasur Spring Bed, 2 bantal dan 2 guling, 1 selimut berukuran besar yg kelihatannya sangat hangat. TV LED yg menggantung tepat di depan tempat tidur, 1 buah kulkas mini yg biasa terlihat di hotel-hotel bintang 5, Lemari 2 pintu dengan ukuran kaca yg sangat besar, 1 lemari buppet tempat buku-buku fashion dan majalah-majalah, di atas lemari buppet itu berjejer 2 kunci mobil, satu kunci mobil Nissan All New TEANA dan 1 kunci mobil Honda Accord 2.4V. juga berjejer 2 jam tangan yg biasa di pakai Lee Jun Gi merk Rolex.
 Di dinding tepat di atas tempat tidur, ada foto Lee Jun Gi yg sedang di wisuda, lalu ada fotoku dan dia sedang makan Ice Cream, kenapa Lee Jun Gi memasang fotoku? Lalu di lemari pajangan, juga ada fotoku yg sedang mencium bunga mawar putih favoritku, padahal foto itu di ambil oleh Lee Chi Hoon saat itu di taman bunga Bougenvile Lembang dan dulu foto itu ada di kamar Lee Chi Hoon, hari ini aku melihat foto lawasku saat kuliah di kamar Lee Jun Gi, mantan Kakak iparku. Tapi aku tak mau banyak bertanya. Saat ini, tubuhku menyuruhku untuk beristirahat.
Aku berbaring di tempat tidur Lee Jun Gi, kasurnya sangat empuk sekali dan selimutnya hangat, aku memejamkan mataku, tapi aku masih sadar, belum tertidur pulas. Aku sangat jelas mendengar suara pintu terbuka, tapi aku pura-pura tidur dan seseorang menghampiriku.
Ia mendekat padaku, aku sebetulnya penasaran siapa yg mendekatiku, tak lama kemudian aku merasakan ada yg menyentuh rambutku, mengelus-elus rambutku dan mencium keningku, lalu aku mendengar suara Lee Jun Gi dan ia berkata
“Lightly,aku sayang kamu”
 lalu Lee Jun Gi keluar kamar dan terdengar suara pintu tertutup. Aku pasti tak salah dengar, Lee Jun Gi mengatakan dia sayang aku, sayang seperti apa? Sayang yg bagaimana? Aku mulai penasaran dengan apa yg aku dengar barusan, sampai-sampai aku tak bisa tidur memikirkannya.
Esok harinya aku bangun tidur, aku masih di kamar yg menurutku mewah ini, jam di dinding sudah menunjukan pukul 06.00, saatnya aku pergi bekerja. Aku keluar dari kamar Lee Jun Gi, aku melihat Paman Jae Joon sedang minum kopi di meja makan, aku mencari Lee Jun Gi, tapi ia tak ada di sekitaran rumah.
“Paman, Oppa mana?”
“hei Lightly, ayo sarapan. Lee Jun Gi, dia pergi ke Medan tadi shubuh pukul 04.00”
“apa? Kok dia ga bilang sama aku, paman?
“Paman kira, kamu tahu. Kamarmu sudah rapi sekarang, Oppamu yg bereskan”
Aku berlari, aku mencari handphoneku, aku langsung menelepon Lee Jun Gi, tapi tak di angkat, aku telepon lagi tapi tak di angkat lagi. Tak berapa lama dia menelepon balik.


“Lightly, kamu telepon?”

“Oppa, kenapa kamu gak bilang kalau mau pergi ke Medan”

“Maaf sayang, tadi kamu tidur pules banget.. Oppa gak berani bangunin”

Oh my God dia bilang sayang lagi, entahlah jantungku langsung berdebar dengan kencang saat itu juga, seperti mau copot.

“iiiihhh.. Oppaaa… cepet pulang, uang bulananku habis aku harus kerja, butuh ongkos, kalau Oppa gak ada di sini, aku harus pergi pake taxi”

“ oh.. habis ya.. maaf ya.. Oppa gak lama ada di Medan, besok Lusa Oppa pulang, sekarang masih pegang uang kan? Nanti kalau Oppa pulang, kita belanja bulanan ya”

“hmmm iyaaah..”

Aku menutup teleponnya, sebetulnya bukan uang bulanan yg aku harapkan, aku berharap Lee Jun Gi datang padaku saat ini juga, tapi aku harus menunggu selama tiga hari lamanya, kali ini, aku benar-benar bergantung pada Lee Jun Gi, setelah Lee Jun Gi resmi menjadi waliku, aku selalu di beri uang bulanan sebesar 5 juta rupiah/bulan, itu belum termasuk kebutuhanku yg lain, seperti baju, sepatu, make up, alat mandi, hingga pembalut bulanan yg setiap bulan harus aku beli. Lee Jun Gi sejak ia menjadi wali resmiku menggantikan Lee Chi Hoon, kebutuhaku apapun itu, ia yg belikan termasuk merk pembalut  yg setiap bulan  aku pakai, hari aku menstruasi, ia juga hafal, setiap bulan tanggal 4 sampai tanggal 10 aku pasti haid dan dia tahu itu. Makanan favoritku, Steak ia juga tahu, setiap aku ingin makan steak, ia pasti menemaniku, kenapa? Karena aku tak bisa memotong daging Steak dengan benar.

Kadang pisau steak yg aku pegang, bisa terbang atau daging Steaknya yg jatuh kemana-mana. Lee Jun Gi tahu semua tentangku, kecuali perasaan yg aku pendam saat ini padanya. Aku memendam rasa cinta padanya sejak aku bangun dari Koma, aku menemukan sosok Lee Chi Hoon pada Lee Jun Gi, aku melupakan sejenak kejadian pertemuanku dengan Rendi Gunadi yg menyakitkan di dunia NO NAME  yg pernah aku kunjungi, saat aku koma di dunia nyata.

Lee Jun Gi, mengalihkan semua duniaku. Sejak saat itu, setiap bertemu dengannya, hatiku berdebar dengan kerasnya, tapi aku tak mau menghindarinya, karena aku yakin Lee Jun Gi pun menaruh perasaan yg sama denganku, buktinya, ia memperhatikanku lebih dari seorang adik, ia memanggilku dengan sebutan “sayang”, ia selalu ada untukku, jika kewajibannya sebagai wali resmiku adalah mentransfer sejumlah uang untuk keperluanku, perhatian lain yg aku dapatkan darinya adalah ciuman di kening  kemarin malam. Aku yakin Lee Jun Gi juga mencintaiku seperti aku mencintainya.

Hari ini, seperti biasa, aku pergi ke Klinik untuk bekerja sebagai pegawai Administrasi dan Pendaftaran di Klinik Kumala Bunda, aku memakai kemeja seragam berwarna hitam bergaris biru dan ada namaku di bagian dada atas sebelah kiri, bawahannya aku memakai celana Jeans, sepatu yg kupakai pun sepatu cats, aku bekerja di bagian yg tak satu jurusan dengan ilmu yg aku pelajari, menjadi Psikolog bukan hal yg mudah, aku harus mengikuti program S2 Psikolog untuk membuka praktek pribadi atau praktek di Rumah Sakit. Meskipun aku bisa saja kuliah S2 dengan biaya yg di berikan Lee Jun Gi, tapi aku tak mau merepotkannya lagi, uang 5 juta perbulan, itu sudah lebih dari cukup bagiku.  

Aku pergi bekerja menggunakan jasa Ojek Pangkalan yg ada di depan komplek rumah keluarga Lee. Karena tak ada Lee Jun Gi, aku terpaksa pergi bekerja sendiri, aku disambut kedua sahabatku, Rena dan Thalitha. Mereka membanjiriku dengan berbagai pertanyaan tentang kondisiku saat ini yg sudah 1 minggu bangun dari koma.

“Lightly, kamu hidup lagi, aah sahabatku, kesayangaku” 

Rena memelukku sambil mengucap syukur karena aku telah kembali pada mereka.

 

“Lightly, kamu ketemu Lee Chi Hoon disana?”

Pertanyaan Thalitha membuatku berhenti berjalan dari pintu masuk ke ruangan tempat kerjaku.

“aku gak ketemu Lee Chi Hoon, aku hanya ketemu sama ibu dan ayah”

Kedua sahabatku ini, terperangah mereka kaget karena aku tak bertemu Lee Chi Hoon yg sudah mendahuluiku ke kehidupan yg lain. Mereka juga meminta maaf atas apa yg mereka katakan padaku. Aku memakluminya, mereka tak tahu dengan siapa aku bertemu di sana, aku merahasiakan pertemuanku dengan Rendi Gunadi, jika aku memberitahukan pada 2 temanku ini, mereka juga pasti akan heboh sendiri, rencananya aku akan menceritakan kejadian pertemuanku dengan Rendi pada Lee Jun Gi, saat ia pulang nanti.

Saat aku sedang bersiap-siap bekerja, seorang pria datang menghampiriku, ia bertanya di mana ruang praktek dokter Anak.

“maaf mbak, mau tanya dimana ruangan praktek dokter Anak?”


“ di atas mas…..”

Saat aku membalikan badanku dan menjawab pertanyaan pria itu, aku terkejut bukan kepalang, pria itu Rendi Gunadi. Handphoneku seketika jatuh, melihat dokter muda itu ada di depan mataku. Bukan kaget karena aku bertemu dengan laki-laki idolaku melainkan kaget dan takut bercampur aduk melihat Rendi yg telah menghina harga diriku di dunia NO NAME waktu itu. Aku pasti tak mungkin salah lihat, yg aku  lihat itu Rendi Gunadi, laki-laki yg berpura-pura akan menikahiku atas nama cinta, tapi yg ia incar hanyalah malam pertama.

Rendi pun kaget sampai tubuhnya hampir jatuh, aku yg tiba-tiba menghilang di alam mimpinya waktu itu, sekarang ada di hadapan matanya. Rendi kembali bertanya pada security, dimana tempat prakteknya, security pun menunjukan dan mengantar Rendi ke ruangannya yg ada di lantai 2. Rendi bergegas pergi ke ruang prakteknya. aku masih tak percaya dengan apa yg aku  lihat, Rendi akan menggantikan dokter Intan yg sedang cuti hamil dan aku bekerja dengan laki-laki yg menghinaku dan bukan tidak mungkin aku akan bertemu Rendi setiap hari dari pukul 10.00 hingga pukul 12.00 siang.

Di kantin klinik, saat jam makan siang para suster, dokter, karyawan dan pegawai apotek berkumpul untuk makan siang yg telah disediakan oleh pihak Klinik, menu hari itu adalah nasi putih, ayam goreng, sayur lodeh dan sambal. Talitha yg mengaku fansnya Rendi menemani makan siang dokter muda itu, tak hanya Talitha, Rena pun satu meja dengan  Rendi, hanya aku yg memisahkan diri.

“itu si Lightly kok misah sendiri?”

Aku mendengar Thalitha membicarakanku, bersama Rendi dan Rena.

“iya tuh katanya Fans berat dokter Rendi tapi malah menghindar” timpal Rena

“maklum dia udah beganti haluan dari ngefans sama dokter Rendi jadi pacaran sama Oppa-Oppa alias kakek kakek”


Thalitha terus mengolok-oloku di depan Rendi, aku acuhkan saja, mereka belum tahu Oppa-Oppa yg mereka kira kakek-kakek itu adalah Lee Jun Gi, kakak ipar yg sekarang menjadi wali resmiku, seorang Fashion Designer yg namanya tengah menjadi perbincangan hangat dunia saat ini.
Istirahat usai, aku mendapatkan telepon dari Lee Jun Gi, kekasihku, kekasihku? Iya dia akan menjadi kekasihku, kekasihku paling sempurna orang-orang pasti iri padaku, karena aku mempunyai kekasih yg sangat tampan, bahkan lebih tampan dari Rendi Gunadi yg di gandrungi Rena dan Thalitha.
“Oppa, ada apa?”
“Lightly, Oppa pulang besok, ada meeting yg Oppa cancel karena Oppa harus pulang ke Bandung lebih cepat”
“oh, iya Oppa, baiklah”
“Besok, aku jemput kamu di klinik langsung dari Bandara Husein, besok kita belanja keperluan kamu ya”
Aku mengiyakan permintaan Lee Jun Gi untuk berbelanja keperluanku besok. Aku tahu, Lee Jun Gi pasti tak sabar ingin menemuiku, 2 jam yg lalu, dia meneleponku, dia bilang kata “sayang” untuk memanggilku, tadi ia baru saja meneleponku lagi, dia bilang, harus cepat ke Bandung,  ia pasti tak sabar ingin bertemu denganku. Aku berkhayal tentang Lee Jun Gi, pria berdarah Korea ini pasti jatuh cinta padaku, memang tak ada yg sanggup menahan pesonaku, tinggi badanku yg 165 cm meter ini sebetulnya mampu untuk menjadi model professional cat walk yg memakai baju bermerk SmF atau yg lebih kita kenal dengan nama Star Multy Fashion karya Lee Jun Gi, tubuhku juga ramping, berat badanku hanya 50 kg, kulitku sawo matang karena aku asli keturunan Indonesia, ayahku sebetulnya berdarah Minang tapi ia lama merantau di Bandung dan Sumedang, sementara itu Ibuku asli kota Garut, tapi ia pindah ke Bandung sejak dinikahi oleh ayah yg berdomisili di Bandung, rambutku yg panjang biasa di ikat, aku tak biasa menggeraikan rambutku karena Bandung panas sekali, aku mengikat rambutku agar tidak merasa kegerahan, di rumah atau di kantor aku selalu mengikat rambutku.
Khayalanku buyar seketika ketika Rena datang menghampiriku. 
“Woy, ngelamun aja, kesambet setan nanti”
“astaghfirulloh Rena, aku kaget, bikin orang jantungan aja”
“elo sih, ngelamun lagi, cengengesan pula, abis di telepon Kakek-Kakek kaya raya ya?”
“Kakek-Kakek? Siapa?”
“Alah, itu tadi di telepon Opa, iya Opa, baik Opa, siapa tuh kalau bukan Kakek-Kakek”
“hahaha.. nanti deh kamu pasti tahu, besok dia kesini”
Aku tertawa terbahak-bahak. Rena menyangka jika tadi aku menelepon Kakek-kakek, haha Lee Jun Gi di sebut kakek-kakek. Biarlah, nanti mereka pasti akan terperangah jika tahu, Oppa yg aku sebut itu laki-laki ganteng, pria berdarah korea yg saat ini sedang jatuh cinta padaku.
Saat akan pulang ke rumah, Rendi menghampiriku di halaman tempat parkir Klinik, aku akhirnya berhadapan dengan dokter Rendi Gunadi di dunia nyata.
“Lightly, tunggu, ada yg harus aku bicarakan “
“ada apa dokter?”
“Lightly, kamu Lightly yg aku temui di dunia yg lain itu kan?”
“akhirnya kamu inget juga, ada apa? aku sibuk”
“Lightly, aku minta maaf jika di dunia yg lain itu aku pernah menyinggung perasaanmu, aku cari-cari kamu, tapi kamu gak ada di sana”
“untuk apa kamu cari aku? Untuk malam pertama? Untuk tubuhku? Atau untuk memanfaatkan aku?”

“Lightly, aku minta maaf sekali, aku gak bermaksud begitu.”  

“lalu apa maksudmu? Kamu berpura-pura di hadapan orang tuaku agar kamu bisa menikahiku dan memanfaatkan apa yg aku punya”

“Lily, tolong dengarkan aku, maafkan aku, aku salah, tolong aku minta maaf”

 

Aku pergi begitu aku mendengar kata maaf dari Rendi, aku sesungguhnya sudah tak perduli akan kejadian itu, luka yg ada di hati masih terasa, meskipun Rendi sudah meminta maaf padaku. Aku pulang memakai taxi, aku tinggalkan Rendi di halaman Klinik, aku menangis, air mataku keluar tak terhenti, aku ingin segera bertemu Lee Jun Gi, laki-laki yg sangat baik padaku dan mencintaiku. Sampai di rumah, aku melihat paket yg di antar kurir jasa pengiriman barang, di sana tertera nama “Untuk Lee Jun Gi”.

“Paman, itu paket punya Oppa?”

“iya Lightly, itu paket punya Oppamu, kapan dia pulang?”

“besok, sekalian katanya mau beli kebutuhanku jadi dari bandara, Oppa langsung menjemputku ke Klinik.

“oh, baiklah, sampaikan pada Oppamu, ada paket untuknya”

Aku memberitahu Lee Jun Gi via telepon, bahwa ada paket yg di tujukan untuknya.

“hallo, Oppa, ini aku. Oppa ada kiriman paket untuk Oppa”

“ya Lightly, tolong buka paketnya dan foto isinya”

“baik  Oppa,  tungu sebentar”

Aku membawa paketnya lalu membukanya, isinya ada kaos jersey Barcelona dan gelas Mug bertuliskan huruf hangul yg mirip sekali dengan gelas yg aku pecahkan waktu itu. Kemudian, aku mengambil fotonya dan mengirimkannya pada Lee Jun Gi, jujur aku penasaran dengan orang yg mengirimkan paket ini, dia sangat tahu club favorit Lee Jun Gi, tapi aku tak berani menanyakan siapa pengirim bingkisan ini.

Esok harinya, aku kerja shift siang, pukul 13.00. dan aku menantikan kedatangan Lee Jun Gi pukul 20.00 malam nanti. Hatiku berdebar-debar, aku akan bertemu dengan Lee Jun Gi, calon kekasihku. Ahh.. aku terlalu senang akan hal ini, sampai-sampai aku menegur Rendi Gunadi di Klinik, padahal kemarin malam aku baru saja memarahinya habis-habisan. Rendi pun terlihat sangat aneh dengan sikapku, tapi tak apalah anggap saja aku baru memafkannya.

Aku bekerja seperti biasa, hanya saja semangatku berbeda, aku terus berkhayal Lee Jun Gi bisa menjadi kekasihku, aku terus berharap Lee Jun Gi bisa menjadi suamiku, menggantikan Lee Chi Hoon. Jam dinding menunjukan pukul 19.30, Lee Jun Gi akan menjemputku sebentar lagi, jantungku berdebar sangat keras sekali, saat aku mengganti pakaian seragamku dengan pakaian casulaku di ruang ganti. Aku mendengarkan suara yg sangat berisik.

Suara perempuan yg berteriak-teriak di Lobby Klinik, saat aku keluar dari ruangan kamar ganti, aku melihat Lee Jun Gi sedang di kerumuni oleh para pegawai Klinik dan para pasien,

Aku lari dari Ruang ganti pakaian menuju kerumunan orang disana, aku berteriak

“Oppa”

Kemudian Lee Jun Gi membalikan badannya ke arahku. Pria berdarah Korea itu menyambutku, aku kemudian berlari dan memeluknya, pantas saja ia di kerumuni banyak orang, pakaiannya sangat stylish sekali, ia memakai blazer bermotif batik Garutan berwarna hitam dengan corak batik tulis garutan berwarna putih, dalamannya menggunakan kaos berwarna putih dan celana jeans, wajahnya yg tampan membuat orang-orang yg mengerumuninya histeris, ia kemudian memelukku, mencium keningku akhirnya aku bisa menunjukan pada dunia, Lee Jun Gi yg biasa mereka lihat di tv, sekarang ia menjemputku, aku melihat Rena dan Thalitha terperangah melihat ke arahku, begitu juga Rendi Gunadi.

Lee Jun Gi kemudian melihat kearah Rendi Gunadi dan ia menghampirinya. Lee Jun Gi, bersalaman dengan Rendi Gunadi, aku melihat ke arah mereka, mereka terihat sangat akrab, kurang lebih ini percakapan mereka.

“hai Rendi, apa kabar?”

“Hi Lee Jun Gi, aku baik, terimakasih”

“bagaimana keadaan Amanda?”

“oh, dia baik Lee Jun Gi, terakhir dia meneleponku untuk memberitahu kepergiannya ke Korea, mau Liburan katanya”

“salam untuk Amanda, aku sengaja pulang untuk dia. Kita mau ketemuan”

Lee Jun Gi, Oppaku, ia menanyakan Amanda Ghonshon, sepupunya dokter Rendi dan mereka akan bertemu. Aku pikir Lee Jun Gi pulang lebih cepat itu untuk aku. Aku harus bertanya tentang ini pada Lee Jun Gi. Sejak di Rumah Sakit, jika mendengar kata Amanda, ia selalu tersenyum-senyum, juga paket itu, paket yg aku buka tadi malam, aku harus menanyakan padanya. Rendi Gunadi, menghampiriku, ia bertanya tentang hubunganku dengan Lee Jun Gi.

“Lightly, siapa dia?”

Tanya Rendi padaku.

“dia kekasihku, kenapa?”

Rena dan Thalitha yg mendengar percakapanku, langsung menghampiriku.

“beneran Lightly, Lee Jun Gi si Fashion Designer kaya raya itu, pacar kamu?”

“iya, kenapa? Dia Oppaku, dia yg seharian kemarin meneleponku”

 

 

Lee Jun Gi yg berjalan ke arahku, langsung di beri ratusan pertanyaan oleh Rena dan Thalitha. Lee Jun Gi yg di tanya kebenarannya mengenai dirinya yg berpacaran denganku, hanya tersenyum tak mengelak dan tak mengiyakan pertanyaan yg di lontarkan Rena dan Thalitha.

Lee Jun Gi langsung mengajakku, pergi berbelanja seperti yg di janjikannya padaku. siapa yg tak mau menjadi kekasih Lee Jun Gi, ia sangat Perfect dalam hal apapun, ia juga begitu perhatian pada kekasihnya, sangat beruntung wanita yg mendapatkan Lee Jun Gi, termasuk aku.  Kitatiba di GRAND Yogya Kepatihan yg berada di jalan kepatihan, kita berbelanja kebutuhanku, ia mengambil parfume favoritku, ia juga mengambil beberapa merek minuman kemasan yg biasa aku beli, sabun mandi, pasta gigi dan pembalut yg biasa aku pakai, ia bawakan untukku.

“Oppa, kamu kenal Rendi Gunadi?”

“oh. Iya dia pernah jadi Brand Ambasaddor Star Multy Fashion. waktu dia masih kuliah dulu sekitar 5 atau 6 tahun yg lalu.

“ohh.. gitu, Oppa, kamu gak malu aku berpakaian layaknya laki-laki, padahal Oppa Fashion Designer terkenal”

“enggaklah Lightly, kamu adikku, kamu harus merasa nyaman dengan apa yg kamu pakai”

Ia sangat mengerti aku, aku yg tomboy, cerewet dan pemarah ini menjadi ratu baginya, ia menyanggupi semua keinginanku. Semua yg aku butuhkan dia beri untukku. Pembalut bulanan yg sering aku pakai, juga ia belikan. Kita juga makan Steak Saus Jamur di FoodCourt yg ada di dekat swalayan tempat kita belanja tadi. Seperti biasa, ia memotong-motong steak milikku sebelum aku memakannya. Dan sampai akhirnya aku tahu satu fakta yg menyakitkan tentang Lee Jun Gi dan perasaannya padaku. Saat kita tiba di Rumah, kita di sambut oleh Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha, melihat aku begitu membawa banyak belanjaan, Paman Jae Joon mengantarkan barang-barangku yg baru aku beli dengan Lee Jun Gi ke kamar. Lee Jun Gi, di berondongi berbagai pertanyaan seputar hubunganku dengannya oleh Tante Jae ha, dan pembicaraan itu sampai di telingaku, karena tak sengaja Paman Jae Joon tak menutup lagi pintu kamarku.

“Lee Jun Gi, omma( ibu) tahu Lightly adalah tanggunganmu menggantikan Lee Chi Hoon adikmu, tapi sikapmu pada Lightly bisa membuat Lightly salah kaprah tentang sikapmu”

Lalu apa jawaban Lee Jun Gi? ia menyakitiku dengan semua yg pernah ia lakukan untukku, sikapnya ia nilai hanya sebagai seorang kakak yg sangat menyayangi adiknya, tapi bagiku Lee Jun Gi memperlakukanku layaknya Ratu yg ada di hatinya.

“Omma, Lightly pasti mengerti, sikapku hanya sebagai seorang kakak dan seorang wali baginya, contohnya hari ini, aku membelanjakan kebutuhannya, aku juga mentransfer sejumlah uang untuk keperluannya, sikapku tak berlebihan, aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai walinya, lagipula Lightly itu masih kecil, usianya masih 22 tahun, masa aku pacaran sama anak kecil Omma? Aku bukan Lee Chi Hoon yg bisa menerima Lightly sebagai seorang kekasih Omma, aku punya wanita yg paling cantik yg nanti akan menjadi istriku, dia adalah Amanda Ghonshon, dia seorang dokter anak, Omma pasti suka sama dia”

Hatiku hancur berkeping-keping mendengar Lee Jun Gi menyebut nama Amanda, hatiku juga runtuh mendengar ia tak mencintaiku seperti Lee Chi Hoon mencintaiku, ada apa ini? apa aku yg terlalu GEDE RASA hingga hatiku hancur seperti ini ataukah Lee Jun Gi yg terlalu memberikan harapan-harapan palsu padaku? entahlah, hatiku hanya sakit mendengar semua perkataan Lee Jun Gi, lalu apa arti ciuman di kening yg ia lakukan kemarin malam dan tadi saat ia menjemputku di klinik? Lalu apa arti kata sayang yg ia gunakan untuk memanggilku?

 aku marah, sangat marah, dia laki-laki yg paling berarti setelah Lee Chi Hoon meninggalkanku, setelah Rendi Gunadi menginjak harga diriku, akhirnya aku tahu, Lee Jun Gi sama saja, ia sama seperti Lee Chi Hoon yg meninggalkanku tiba-tiba tanpa pernah kembali lagi, ia juga sama bajingannya dengan Rendi Gunadi yg memberikanku harapan palsu di dunia NO NAME tempat kita pertama kali bertemu.

Tanpa Lee Jun Gi ketahui, aku mendengar seluruh percakapannya dengan Tante Jae Ha, ibunya.  Percakapan yg membuatku hancur, aku juga memutuskan untuk tidak lagi menerima uangnya juga seluruh kebaikan yg pernah ia lakukan padaku, jika bisa, aku ingin keluar dari rumah ini, aku tak ingin lagi menerima kebaikannya, cukup, aku tak ingin di sakiti lagi, cukup aku tak ingin lagi salah menilai sikap Lee Jun Gi.

Esok harinya, aku bangun pagi-pagi sekali, mandi dan sarapan. Aku menghindari Lee Jun Gi sekuat tenagaku, aku tak mau Lee Jun Gi mengetahui apa yg aku rasakan selama hampir satu tahun ini,

aku rasa ini hanya pelampiasan perasaanku pada Lee Chi Hoon, jika aku tak lagi bertemu dengan Lee Jun Gi, aku yakin aku pasti bisa melupakannya. Usahaku berhasil, untuk beberapa hari aku tak bertemu Lee Jun Gi sampai akhirnya Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon mengetahui perubahan sikapku pada Lee Jun Gi, aku yg biasanya di antar jemput oleh Lee Jun Gi, mendadak menghilang di setiap pagi, aku yg biasanya di jemput Lee Jun Gi mendadak pulang sendirian. Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon terus menanyaiku tentang perubahan sikapku pada Lee Jun Gi yg sudah menginjak hari ke 6. Selama 6 hari ini, aku terus menghindari Lee Jun Gi, kabarnya Lee Jun Gi pun menanyakan tentang perubahan sikapku yg dinilai sangat drastis.

 jika Lee Jun Gi sudah pulang duluan ke rumah, aku langsung masuk kamar, termasuk menahan lapar, karena aku tak ingin Lee Jun Gi menemuiku. Pernah suatu hari, aku berpapasan dengan Lee Jun Gi di rumah,

aku tak menyapanya meskipun Lee Jun Gi menyapaku. Aku tak menjawab pertanyaanya, meskipun Lee Jun Gi membrondongiku dengan pertanyaan.

Tante Jae Ha akhirnya menanyakan perubahan sikapku pada anaknya, yg sudah tak bisa aku sembunyikan lagi, menurutnya sikapku sangat lain dari biasanya.

“Lightly, ada apa? Belakangan ini kamu berubah, tak lagi bersama-sama dengan Lee Jun Gi?”

Aku hanya diam, aku menahan air mata yg ingin sekali keluar dari pelupuk mataku. Aku tak mengatakan yg sebenarnya, aku hanya ingin Lee Jun Gi tahu perasaanku dengan sendirinya.

“gak apa-apa Tante, aku Cuma capek, belakangan ini aku sibuk cari-cari beasiswa S2 psikologi, rencananya aku mau kuliah S2 tante”

Aku tak mau menunjukan kesedihanku pada orang yg  telah merawatku selama 3 tahun ini, aku hanya menyimpan rasa sakit ini sendiri.

aku juga tak berbagi rasa pada Rena dan Thalitha, juga pada Rendi Gunadi yg belakangan ini sering mengantarku pulang.

Anehnya, Rendi yg baru bertemu denganku beberapa kali, mengetahui bagaimana perasaanku pada Lee Jun Gi, sementara Jun Gi, ia hanya pernah menanyakan kenapa sikapku berubah? Tak menanyakan apa penyebabnya? Saat aku sedang duduk di taman yg ada di seberang Klinik, Rendi menemuiku di sana, ia mengajaku berbicara karena akhir-akhir ini aku terlihat berbeda katanya.

“Lily, kamu kenapa?”

“oh.. dokter, aku Cuma ingin cari angin, di Klinik sumpek”

“sumpek karena Lee Jun Gi ya?”

“ah… dokter”

Hatiku rasanya hancur lagi, bagaimana Rendi tahu aku bersedih karena Lee Jun Gi, sementara Lee Jun Gi hanya sibuk memikirkan Amanda.

“aku tahu kok, Amanda kan?”

Air mataku yg mati-matian aku tahan, akhirnya keluar juga. Rendi hanya bisa merangkulku tak melakukan apa-apa, sesekali Rendi mengusap punggungku, ia mencoba menenangkanku, ia kemudian membelikanku minuman dan menyuruhku untuk minum agar pikiranku tenang untuk sementara waktu. Kemudian Rendi bersiap mendengarkan ceritaku.

“Lily, kalau kamu mau, kamu bisa cerita apapun sama aku, termasuk menceritakan kenapa 1 minggu ini kamu terlihat murung.”

“Aku cinta sama Lee Jun Gi dokter, tapi ia memilih Amanda yg cantik rupawan”

“Jun Gi tahu kamu cinta sama dia?”

“gak ada yg tahu dok, Cuma dokter yg tahu”

“Amanda memang cantik, tapi gak sepantasnya Lee Jun Gi melakukan ini”

“Jun Gi memberiku harapan palsu,  aku kira semua yg ia lakukan untukku itu special, tapi nyatanya Cuma aku yg merasa special di perlakukan seperti itu, gak akan ada yg berubah jika Lee Jun Gi tahu bagaimana perasaanku, aku mohon rahasiakan ini ya dok”

“baiklah, jika kamu butuh bantuan, telepon aku, aku punya banyak hutang sama kamu, aku akan membantumu sekuat tenaga”

“terimakasih dok”

Aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada Rendi karena ia mau mendengarkanku dan membantuku. Sikapku pada Rendi, semakin baik berbeda dengan sikapku yg makin memburuk pada Lee Jun Gi, belakangan ini aku lebih sering di antar pulang oleh Rendi, aku tak pernah sungkan pada Rendi, meski tak pernah aku lupa bagaimana Rendi menyakitiku waktu itu, tapi bagiku sakit yg Lee Jun Gi toreh lebih sakit dari apa yg Rendi pernah lakukan. Lee Jun Gi berulang kali meneleponku, mengirimkan pesan BBM dan Whats App, tapi aku tak pernah menggubrisnya, sampai akhirnya ia datang ke Klinik Kumala Bunda tempatku bekerja, di saat yg sama dokter Amanda pun datang, aku kaget melihat rivalku ada di depan mataku, meski tak pergi ke klinik berdua, nyatanya mereka terlihat akrab satu sama lain. Sambil menungguku bekerja, Lee Jun Gi mengobrol dengan Amanda, Amanda datang bermaksud untuk mengunjungi Rendi Gunadi dan memberikan beberapa oleh-oleh dari Korea untuk Rendi.

Tak sengaja, aku melewati mereka saat akan memberikan berkas pasien yg akan berobat ke ruangan dokter Gigi, pembicaraan mereka terdengar sangat jelas oleh kedua kupingku.

“Jun Gi, udah keterima paket yg aku kirim?”

“udah Manda, terimakasih banyak ya”

Aku kira, hanya aku yg tahu Lee Jun Gi sangat senang dengan club sepak bola Barcelona, ternyata Amanda juga, bahkan ia rela mengirim paket kaos Jersey Club favorit Jun Gi dari Korea.

 Waktu pulang tiba, aku sudah tak mau lagi melihat Lee Jun Gi, aku memutuskan untuk pulang dengan Rendi, kebetulan kita satu arah. Aku menuju pintu keluar bersama Thalitha, Rena dan Rendi, di sana ada Lee Jun Gi dan Amanda yg sedang menunggu aku dan Rendi di depan pintu keluar Klinik.

“Lightly” ucap Jun Gi yg sudah menungguku hampir 1 jam lamanya

“oh, Oppa, sama dokter Amanda?”

“iya gak sengaja ketemu disini”

Amanda mengulurkan tangannya, ia mengajaku berkenalan, aku mengulurkan tanganku dan bersalaman dengannya. Kita bertemu dan berkenalan untuk pertama kalinya, yg aku lihat saat itu, Amanda memang sangat cantik, berbeda denganku, Amanda selalu menggunakan dress terusan yang panjangnya selutut, kali ini ia menggunakan dress berwarna pink muda dengan tas LV yg selalu ia gunakan, sangat terlihat jika barang-barang yg di pakainya dari ujung kepala hingga ujung kaki sangat mahal dan cocok untuk ia gunakan, kulitnya sangat halus dan lembut, wajahnya yg bule-India sangat cantik natural, tanpa make up Amanda sangat nyaman untuk di pandang, rambut panjangnya tergerai dengan indah dan sangat harum. Wangi tubuhnya bak pengharum ruangan yg menyerbak kemana-mana. Amanda, wanita cantik yg menjadi incaran Lee Jun Gi, wanita yg membuat Lee Jun Gi mematahkan hatiku.

 Amanda, Wanita cantik yg rasanya aku akan kalah telak dengan kecantikannya. Aku hanya seorang mahasiswi jebolan UNPAD jurusan Psikologi yg bekerja sebagai bagian Administrasi di Klinik ini, wajahku sudah pasti kalah cantik dengan Amanda, kulitku yg sawo matang tak pernah aku rawat, aku membiarkan beberapa bopeng bekas jerawat di wajahku. Maka tak heran jika Lee Jun Gi lebih memilih Amanda dibanding aku. 

“Lightly, ayo kita pulang”

Jun Gi mengajakku pulang ke rumah bersama, ia bahkan sengaja menjemputku dari kantor langsung ke Klinik, tapi aku tak mau salah paham lagi, aku tak mau berharap lagi, aku juga tak ingin menerima kebaikan-kebaikan Jun Gi lagi, aku hanya ingin menghindarinya, jika bisa aku ingin sekali pindah rumah.

“Oppa, aku pulang bareng dokter Rendi, Oppa antarkan Amanda aja ya, Rendi ayo kita pulang, aku lapar, aku mau makan steak”


“ok Lightly, kita makan dulu ya, kamu mau makan dimana? Suitch Butcher enak juga kayaknya”
Untung Rendi bisa di ajak kerja sama, ia akan mengantarku pulang, aku pergi meninggalkan Jun Gi dan Amanda. Aku membiarkan mereka bukan karena aku siap untuk kehilangan Lee Jun Gi, aku ikhlas jika Lee Jun Gi tak berjodoh denganku, aku juga ikhlash jika Amanda adalah pasangan Lee Jun Gi yg terbaik, yg Allah kasih untuknya. Aku hanya tak ingin berlama-lama bertemu dengan Jun Gi.
Rendi mengantarku pulang ke rumah, ketika aku sampai Lee Jun Gi juga sampai di rumah, kita bertemu di depan pintu gerbang rumah, Rendi membantuku membuka pintu gerbang yg terasa berat untuk aku dorong, Lee Jun Gi juga keluar dari mobil, ia menghampiriku dan ingin berbicara 4 mata denganku, aku berpamitan pada dokter Rendi yg telah mengantarku. Aku masuk ke rumah di ikuti oleh Lee Jun Gi.
“Lightly tunggu, kenapa kamu tiba-tiba gak mau pulang bareng aku?”
“oh.. Oppa, tadi kan ada Amanda, jadi Oppa harus anterin dia pulang, aku sih bisa pulang sendiri”
“bukan hanya hari ini Lightly, kamu berubah setelah terakhir kita berbelanja itu, esok paginya kamu pergi ke kantor sendirian dan pulang juga sendiran? “

“ aku.. gak apa-apa oppa, masa sih aku berubah? Aku ga berubah kok, kebetulan aja aku lagi capek.”
Lee Jun Gi mempercayaiku, aku bingung apa yg harus aku katakana pada Lee Jun Gi, dia pasti merasa aku berubah total, tapi aku bisa apa? Aku tak mungkin marah-marah sama Lee Jun Gi yg sedang jatuh cinta pada Amanda, mustahil juga bagiku menyatakan cintaku padanya di saat seperti ini, aku pergi meninggalkan Lee Jun Gi di ruang tv sendirian, aku beralasan bahwa aku sangat capek dan ingin sekali istirahat.
Di kamar, aku menangis sejadi-jadinya pun menahan suara yg harusnya bisa keluar seiring dengan air mataku, sakit sekali rasanya hati ini, hari ini aku menemui lelaki yg aku sebut sebagai malaikat tanpa sayap dengan rasa luka  yg menyesak di dada. Malaikat ku jatuh cinta pada bidadari yg turun dari langit, mereka sangat serasi sekali, berbeda denganku, jika Lee Jun Gi di sandingkan denganku, entah apa jadinya, mungkin ia akan di cemooh banyak orang.
Pagi-pagi sekali, kebetulan aku sedang libur bekerja, aku membantu Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha membersihkan rumah, aku menyapu, mengepel lantai, mencuci baju dan membereskan kamar, termasuk kamar Lee Jun Gi,  kebetulan Lee Jun Gi sedang keluar  membeli sarapan untuk kami, aku melihat handphonenya, aku penasaran sekali. Sebelum kejadian Lee Jun Gi dan Amanda dekat, aku sering memegang handphone Jun Gi, dia juga sering menitipkan handphonenya, dompetnya dan kunci mobil miliknya padaku. Tapi sekarang ia tak melakukan hal itu lagi, aku pun tak berani meminta dia menitipkan barang-barangnya padaku.
Aku menekan tombol power yg ada di handphonenya, kemudian layarnya menyala dan aku lihat wallpapernya telah berubah dari fotoku menjadi foto Amanda, hatiku remuk, aku berusaha menahan air mata yg hampir keluar dari pelupuk mataku, baru kali ini aku merasakan hati yg sesakit ini, andai aku tak berharap banyak mungkin tak akan begini jadinya, iya, ini semua salahku, salahku yg tak berkaca melihat betapa hebatnya Lee Jun Gi dan betapa buruknya aku, andai aku menyadari ini sedari dulu.
Aku bergegas pergi dari kamar Lee Jun Gi, aku mandi, bersiap dan pergi tanpa sarapan, aku pergi tanpa tujuan, aku tak lagi nafsu untuk makan, handphoneku berdering tapi aku tak mengangkatnya, telepon pertama datang dari paman Jae Joon, lalu telepon kedua datang dari Lee Jun Gi.
Aku tak mengangkatnya, aku bingung apa yg harus aku katakana pada Jun Gi jika ia bertanya lagi tentang perubahan sikapku, aku merasa serba salah, jika aku bersikap biasa padanya, kemungkinan besar aku akan salah paham lagi, tapi jika aku bersikap di luar kebiasaan, aku akan di tanya oleh seluruh keluarga Lee Jun Gi, oleh Tante, Paman bahkan Lee Ji Hoon.
Aku menelepon Rendi untuk menjemputku di taman Vanda, tak berapa lama Rendi menjemputku, aku minta di antar pulang ke rumah. Di perjalanan Rendi hanya diam, ia pasti tahu alasanku meminta ia menjemputku, sesampainya di rumah, aku meminta Rendi masuk ke dalam rumah untuk menyapa Tante dan Paman, Rendi menyetujui itu. Saat aku dan Rendi masuk ke dalam rumah, aku mendengar suara perempuan di ruang makan sedang berbincang-bincang dengan Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon, sesekali mereka tertawa. Ternyata, perempuan itu Amanda Ghonshon, Lee Jun Gi membawanya ke rumah untuk berkenalan dengan Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha. Baru saja aku shock dan sakit hati melihat foto Amanda yg di pajang sebagai wallpaper handphonenya, kini aku harus menerima lagi pahitnya perlakuan Lee Jun Gi padaku. dia terang-terangan membawa perempuan yg sangat ia cintai ke rumah, tempat aku biasa tinggal. Amanda yg melihat Rendi di belakangku, menyapa Rendi duluan lalu ia baru menyapaku.
“Ren, kamu ada di sini, gak praktek? hai Lightly seneng bisa ketemu kamu dsini”
Aku hanya tersenyum mendengar Amanda menyapaku, aku duduk bersebelahan dengan Rendi, Rendi di suguhi sarapan Kupat Tahu oleh Lee Jun Gi, aku pun sama, pelan-pelan aku makan sarapan miliku, sambil mendengarkan mereka berbicara, pembicaraan yg sudah pasti menyakitiku.
“oh Manda, ya aku mengantar Lightly pulang dari Taman Vanda, katanya dia butuh udara segar. Manda kamu gak praktek?”
“aku praktek di rumah sakit Ahmad Dahlan jam 10 pagi, aku masih punya waktu 2 jam. Lee Jun Gi tadi meneleponku, katanya dia mau memperkenalkan aku sama orang tuanya, jadi tadi Jun Gi jemput aku di Appartement, nanti aku ke RS di anterin sama Jun Gi”
Aku tahu, aku tak pantas untuk Lee Jun Gi, tapi setidaknya jangan lakukan ini padaku, aku tahu Jun Gi orang yg hebat sekali, jadi dia harus berpasangan dengan wanita yg hebat juga macam Amanda. Aku melihat Jun Gi bercanda dengan Amanda, seperti ia bercanda denganku dulu, aku lihat ia sangat bahagia, bahagia sekali.
Terbayang bukan, jika aku mengatakan “aku cinta kamu oppa” di saat Lee Jun Gi sedang bahagia seperti ini, aku bisa mengganggu moodnya, aku juga bisa mengganggu perasaan Amanda, aku tak ingin membuat Lee Jun Gi kecewa, meski aku yg harus menahan sakitmya. Rendi memperhatikan mereka, kadang ia juga memperhatikanku yg mengaduk-aduk makanan sarapan pagiku, aku menunduk, aku tak berani melihat kebahagiaan mereka.
Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon mencoba membuka pembicaraan dengan Amanda, mulai dari di mana Amanda lahir, di mana Amanda mengenyam pendidikan terakhir, apa pekerjaan orang tua Amanda, hobi apa yg Amanda sukai dan apakah Amanda menyukai Lee Jun Gi? pertanyaan terakhir dari Tante Jae Ha itu sangat menggangguku, sangat mengganggu, aku mengerti mereka tak aku kalau aku menyukai Lee Jun Gi, tapi aku tak ingin mendengar kata-kata itu lagi.
“aku lahir di Sydney Australia, Ayahku asli orang Australia ia bekerja sebagai dokter ahli bedah di rumah sakit Victoria, Melbourne, ibuku orang keturunan Indonesia-India, ibuku itu bibinya Rendi, jadi kita itu sepupuan, ibu seorang dosen di Quensland Univercity, dan pendidikan terakhirku, aku mengambil ilmu kesehatan anak S2 di Perth Medical Universcity, aku suka sama Lee Jun Gi, dia baik, ramah, romantis lagi, oh ya, Tante, lain kali aku boleh main kesini lagi ya? Aku hobi banget masak, aku pengen masakin masakan Indonesia kesukaan Jun Gi, sayur asem sama ikan goreng balado, boleh kan Tante?”
“tentu boleh sayang”
Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha sangat senang dengan Amanda, bagaimana tidak, ia lahir dari keluarga sempurna, ayahnya dokter dan ibunya dosen, ia juga lahir di luar negeri dan besar disana, pendidikan terakhirnya adalah S2, sedangkan aku? Aku hanya karyawan di sebuah klinik kecil, tak mampu menjadi psikolog yang bisa praktek di rumah sakit atau membuka praktek sendiri di rumah.
Amanda sangat pandai mengambil hati Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon, juga mengambil hati Lee Jun Gi, memasak? Hal yg tak pernah aku lakukan seumur hidup, memasak untuk Lee Jun Gi pun aku tak pernah melakukannya. Rasanya hatiku makin hancur jika berlama-lama disini.
Aku meutuskan untuk pergi dari rumah ini, aku mengajak Rendi untuk pergi keluar sebentar saja.
“Ren, kita pergi yuk, aku mau jalan-jalan”
“oh baiklah, tapi gak apa-apa kalau aku praktek dulu, sekitar 2 jam di Klinik”
“gak apa-apa Ren, di sana kan ada Rena sama Thalitha, mereka gak libur jadi aku bisa ngobrol-ngobrol sambil bantuin mereka kerja”
“baiklah, kita pergi sekarang”
Kita berpamitan pada semua orang yg ada di meja makan, termasuk Lee Jun Gi, ia bertanya kemana aku akan pergi? Tapi aku sudah tak peduli, biarkan saja dia perduli dengan Amanda, ingin rasanya aku bilang pada Lee Jun Gi, “aku muak sama kamu” tapi aku tak bisa melakukannya, betapapun Lee Jun Gi menyakitiku, hatiku akan terus mencintainya.
Di klinik, sambil menunggu Rendi selesai bekerja sebagai dokter anak, aku mencoba berbicara pada Rena dan Thalitha tentang apa yg aku rasakan pada Lee Jun Gi saat ini, tapi mereka mudah menebak apa yg terjadi padaku, tanpa aku berbicara, saat itu di ruang ganti pakaian, aku mencurahkan isi hatiku pada dua sahabatku.
“Lightly, beberapa hari ini aku lihat kamu murung terus?” tanya Rena padaku.
“Lightly, kalau kamu punya masalah, kamu bisa share sama kita kok”
Thalitha menyemangatiku. Aku mulai berbicara pelan-pelan agar mereka mengerti maksud ceritaku dari awal aku bertemu Lee Jun Gi sampai terakhir aku bertemu dengannya.
“kalian pernah ketemu sama laki-laki yg menjemputku waktu itu kan? Yg waktu itu juga ketemu sama dokter Amanda di sini”
“iya, kita tahu kok, kenapa sama laki-laki itu Lightly? bukannya dia pacar kamu?”
 Rena menjawab dan menerangkan bahwa ia pernah bertemu Lee Jun Gi, walau hanya sebentar.
“dia bukan pacar aku Ren, tahu gak fashion designer yg bikin baju buat AgnezMo pas Agnez konser di New York? Dia Lee Jun Gi, kakak iparku, aku pernah berpacaran sama adik kandungnya yg bernama Lee Chi Hoon, tapi Lee Chi Hoon meninggal karena tabrakan sama truck 10 hari menjelang hari pernikahan kami, kalian tahu gak Lee Ji Hoon, personel dan Leader B*STAR, boy band korea yg sekarang naik daun di mancanegara?”
“iya kita tahu, Lee Ji Hoon yg menyanyikan lagu unbreakable milik Kim Hyun Joong itu kan, dia model juga kan? Model di majalah K-mAGz, Ji Hoon sepi banget dari berita miring, kalau member yg lain kan mereka pada punya scandal ” Thalitha si penggemar K Drama dan juga Kpopers ini mengetahui tentang adikku, si bintang panggung Lee Ji Hoon.
“ Lee Ji Hoon,dia juga adik iparku, dia adik dari Lee Jun Gi dan Lee Chi Hoon.”
“terus yg jadi masalah apa? Kan enak punya saudara terkenal kaya raya?”
“aku jatuh cinta sama kakak iparku, itu masalahnya. Dia bikin aku jatuh cinta, dia bikin aku jadi Gede Rasa karena sikapnya sama aku, setelah Lee Chi Hoon meninggal, aku di temani terus sama dia, dia baik banget sama aku, awalnya, aku gak percaya kalau dia itu baik, karena yg aku sering baca di berita internet, Lee Jun Gi itu kasar banget, galak banget sama karyawannya, kayak monster dinosaurus, tapi lama kelamaan aku tahu bahwa sebetulnya dia baik, hidup aku berubah total saat aku tahu mendiang Lee Chi Hoon menunjuk Lee Jun Gi, kakak kandungnya menjadi wali resmi aku selama aku belum menikah, sejak saat itu, perasaan aku berubah sama dia, karena dia baik banget, dia ngajakin aku nonton bioskop, makan di luar, di rumah, kita nonton acaranya dokter Rendi bareng, apa yang aku minta, dia pasti kasih, apapun itu, termasuk uang sebesar 5 juta rupiah yg masuk ke rekeningku tiap bulan, dia juga udah 2 kali cium kening aku, dia juga manggil aku sayang, dia bilang kalau dia sayang sama aku, tapi nyatanya itu Bullshit banget, selama aku koma satu bulan di rumah sakit, dia kenalan sama sepupunya dokter Rendi, namanya Amanda Ghonshon, presenter acara Lets Health and be healthy juga barengan dokter Rendi. selama aku dan Rendi koma, mereka melakukan penjajakan, sampai aku bangun dari koma, mereka udah deket banget, Jun Gi juga asalnya Cuma anter jemput aku, sekarang anter jemput Amanda, dulu kemana-mana dia bawa aku, tapi sekarang dia bawa Amanda, katanya aku masih kecil, masih 22 tahun jadi aku gak pantes buat dia”
Rena dan Thalitha merasa kasihan padaku, mereka tahu rasanya di beri harapan palsu atau kata tenarnya, “PHP” Rena juga ikut menangis, ia tahu perasaanku karena dia juga pernah merasakan hal yg sama dengan aku.
Rendi, mengetuk pintu ruang ganti pakaian perempuan, ia bermaksud untuk menemuiku tapi disana ada Rena dan Thalitha juga. Ia mengahampiriku, dan berbicara pelan-pelan padaku di hadapan Rena dan Thalitha. Ia membujuku untuk pulang dan berbicara pada Lee Jun Gi tentang apa yg sebenarnya aku rasakan selama hampir 1 tahun ini, Rendi juga meyakinkanku bahwa tak apa jika Lee Jun Gi menolak cintaku, yg penting aku bisa tenang.
“Lily, sebaiknya kamu pulang dan bilang sama Jun Gi bahwa kamu mencintainya, saat ini kamu sakit hati oleh Jun Gi, tapi sakit hatimu bukan sepenuhnya salah Jun Gi, karena dia gak tahu kalau kamu sebetulnya cinta dia, mungkin kalau dia tahu apa yg sebenernya kamu rasakan, minimal Jun Gi akan menjaga perasaanmu”
“iya bener tuh Lightly, kamu harus ngomong sama Jun Gi”
“benarkah? Gak apa-apa kalau aku ngomong sama dia?”
“yakin deh Lily, gak akan apa-apa kok, lagipula setahuku, Jun Gi dan Amanda belum pacaran”
Rena, Thalitha dan Rendi menyemangatiku dan mendorongku untuk menyatakan cintaku pada Jun Gi, dengan penuh semangat aku pulang ke rumah, berharap Lee Jun Gi ada di sana.
“Tante, kemana Oppa?”
Aku bertanya pada Tante Jae Ha, di mana Lee Jun Gi berada, karena mobilnya tak ada di luar.
“Jun Gi belum pulang dari tadi Lightly, mungkin dia nunggu dulu Amanda beres praktek, katanya mereka mau nonton di Blitz Mega Plex Paris Van Java”
Fix, posisiku sudah di ganti oleh Amanda, gadis cantik berusia 26 tahun itu merebut hati Lee Jun Gi dariku, ia juga merebut waktu luangku  dengan Lee Jun Gi, sejujurnya aku ragu untuk menyatakan cintaku pada Lee Jun Gi, tapi mencoba itu lebih baik dari pada tidak mencoba sama sekali. Aku hanya ingin Lee Jun Gi tahu bagaimana perasaanku, aku berharap Lee Jun Gi dapat menjaga perasaanku jika ia tahu yg sebenarnya tentang hatiku.
Jam di dinding sudah menunjukan pukul 23.45, aku menunggu Lee Jun Gi sudah berjam-jam, sampai aku ketiduran, aku bermimpi indah saat itu, Lee Jun Gi mengajaku jalan-jalan ke taman yg penuh dengan bunga-bunga, di sana ia menyatakan cintanya padaku, mencium keningku, memelukku dan bilang “aku gak mau kehilangan kamu” mimpi yg sangat indah sekali, sampai akhirnya aku di bangunkan oleh Jun Gi, hah… aku hanya bermimpi.
“Lightly, Lightly.. ayo bangun.. pindah ke kamar ya”
“oh.. Oppa, aku ketiduran ya di sofa”
“iya kamu ketiduran, tumben kamu tidur di luar”
“aku nunggu Oppa, dari mana sih? Lama bener”
“eh maaf ya, tadi Oppa jalan-jalan, nonton, makan, belanja sama Amanda”
Hal yg biasa aku lakukan dengan Lee Jun Gi dahulu tepatnya setelah beberapa bulan Lee Chi Hoon meninggal, kini di lakukan Lee Jun Gi dengan Amanda, sakitkah hatiku? Jelas, sangat sakit, andai saja aku punya daya untuk mengatakan “sebetulnya apa arti diriku di dalam kehidupannya?” Benarkah aku hanya seorang anak kecil yg membutuhkan wali seperti Lee Jun Gi, yg memberiku harapan-harapan palsu, memanjakanku, memberi semua yg aku mau, rasanya untuk berbuat seperti itu, aku tak butuh Lee Jun Gi, aku bekerja, aku punya uang, meskipun uangku pas-pasan tapi aku mampu membeli apa yg aku mau.
Meski sangat sakit, aku memutuskan untuk mengatakan padanya, bahwa aku mencintainya melebihi seorang adik pada kakaknya, melebihi seorang saudara, cintaku tulus, tak menginginkan balasan dari Lee Jun Gi, apapun jawabannya nanti, akan aku usahakan untuk menerimanya.


“Oppa, ada yg mau aku bicarakan, bisa bicara sebentar”
“iya, boleh kok, ada apa?”
“hmm…”
“Lightly, ada apa? Ayo bicara sama Oppa”
“Oppa, sebenarnya.. aku…”
“apa Lightly? kamu butuh uang?”
“Oppa, aku Cinta sama kamu”
Lee Jun Gi tak mendengar jelas apa yg aku katakan, ia ingin aku mengulangi perkataannya dengan pelan-pelan agar ia bisa mengerti apa yg aku katakana.
“Lightly, bisa di ulang, apa yg kamu katakan tadi”
“Aku cinta kamu, Oppa”
Lee Jun Gi hanya diam, ia tak langsung menjawab apa yg aku katakana tadi, aku pun diam, sambil menunduk malu, entah apa yg akan di katakana Lee Jun Gi padaku, tapi jantungku berdebar dengan kencang, umumnya laki-laki yg menyatakan cintanya pada perempuan. Tapi yg aku lakukan ini nyatanya membuat dunia terbalik, aku menyatakan cintaku pada Lee Jun Gi, kakak iparku.
“tunggu Lightly, kamu cinta aku?”
“iya Oppa, aku.. aku sayang sama Oppa, aku gak mau kehilangan kamu”
Lee Jun Gi mendekatiku, ia merangkulku, memelukku, ah aku yakin, Jun Gi juga merasakan hal yg sama, aku bahagia sekali.
“Lightly, usiaku sekarang 32 tahun, sudah saatnya aku menikah, membina rumah tangga dan mempunyai anak, usiamu masih 22 tahun, lagipula masa depan kamu masih panjang sekali, kamu masih harus belajar meraih cita-cita kamu dan kamu harus punya pengalaman yg bisa kamu ceritakan sama anak-anak kamu nanti, Oppa ini udah tua banget, Oppa gak bisa nunggu lama-lama untuk menikah, sementara kalau nunggu kamu, umur Oppa keburu 40 tahun kalau Oppa udah tua gitu kapan Oppa bisa punya anak?”
 Keyakinanku roboh saat dia menjelaskan apa yg sebetulnya terjadi yg membuatku GR setengah mati sama dia. Penjelasan apapun itu, sungguh tak masuk di akal bagiku, Lee Jun Gi menolakku secara halus dengan alasan ia tak mungkin menungguku karena usianya yg sudah sangat matang dan harus cepat-cepat menikah tapi alasan yg sebenarnya adalah dia tak mencintaiku, Lee Jun Gi hanya akan menikah dengan Amanda Ghonshon, si cantik rupawan blasteran Australia India yg berprofesi sebagai dokter Anak.


“Oppa, anggap saja aku gak pernah ngomong ini ya”

Aku berlari sekuat tenagaku ke luar rumah, Lee Jun Gi menolak cintaku yg tulus untuknya, apa yg harus aku lakukan?
Tak mudah untuk aku menerima ini, meskipun rasanya aku tulus mencintainya, nyatanya sakit juga jika orang yg kita cintai menolak perasaan tulus dari kita.
 Lee Jun Gi, si malaikat tanpa sayapku jatuh cinta pada bidadari yang turun dari surga, aku malu, sangat malu. Perempuan sepertiku, menyatakan cinta pada lelaki kaya, baik hati dan tampan macam Lee Jun Gi. Aku siapa? Sementara sangat jelas, kecantikan Amanda, tak akan pernah bisa aku kalahkan. Profesinya sebagai dokter pun menjadi nilai plus di mata Lee Jun Gi.
 Aku menuju ke taman komplek yg menjadi program Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung, setiap komplek punya taman sendiri, termasuk taman di dekat rumahku, ah bukan, itu bukan rumahku, itu rumah keluarga Lee dari Busan Korea Selatan, keluarga yg telah membantuku untuk hidup setelah aku di tinggal mati ibuku dan di tinggal mati Lee Chi Hoon.

“Lee Chi Hoon, sendainya kamu masih hidup, aku tak mungkin menderita seperti ini, Chi Hoon, kekasihku, andai kamu tahu apa yg aku rasakan saat ini? andai kamu tahu apa yg kakak kandungmu lakukan padaku? andai kamu masih hidup 

Lee Chi Hoon…..”

Air mataku, tak terasa keluar sangat deras, aku menangis sendirian di atas ayunan yg biasa aku mainkan dengan Lee Chi Hoon saat ia masih hidup. Cintaku bertepuk sebelah tangan, bidadari dari surga itu merebut malaikat tanpa sayapku, bidadari yg cantik rupawan itu menghancurkan hatiku dan seluruh isinya, aku terpuruk sendiri, jika dulu saat aku di tinggalkan oleh Lee Chi Hoon, aku punya Lee Jun Gi yg setia menemaniku, sekarang aku terancam di tinggalkan oleh Lee Jun Gi, lalu bersama siapa aku bisa bertahan?
Aku menutup kedua mataku dan mengambil nafas dengan panjang lalu membuangnya.
 Saat membuka kedua mataku, di depanku sudah ada Lee Chi Hoon, kekasih hatiku yg sekarang berbeda dunia denganku, ia ada di hadapanku.

“Lightly, bertahanlah, aku mohon”

“Lee Chi Hoon…”

Ia memintaku bertahan dengan semua keadaan yg menyiksaku, Chi Hoon bahkan menghapus air mataku yg mengalir tanpa henti. Kemudian Lee Chi Hoon pergi tanpa pamit padaku, pesannya, aku harus bertahan dengan semua sakit yg aku rasakan saat ini. Lalu sampai kapan aku bisa bertahan? Sejauh ini aku sudah bertahan menahan sakit yg aku terima dari Lee Jun Gi dan rasa sakit seperti apalagi yg harus aku terima? Tak ada yg bisa menjamin, sampai mana dan sampai kapan aku bisa bertahan.

Aku pulang ke rumah pukul 02.30 malam, nyaris shubuh, Lee Jun Gi menungguku, ia khawatir denganku, tapi aku sudah tak perduli, sakit yg aku rasa tak akan mampu Lee Jun Gi bayar dengan apapun. Aku masuk ke kamar dan menutup pintunya, Lee Jun Gi terus mengetuk-ngetuk pintu kamarku. Sampai akhirnya ia berhenti mengetuk pintu kamarku dengan sendirinya, aku menelepon Rendi Gunadi, untungnya ia masih terjaga, aku menceritakan semuanya. Rendi menenangkanku dengan berbagai cara termasuk membujukku untuk ia jemput besok di rumah. Aku menyetujuinya, Rendi akan menjemputku esok pukul 08.00 pagi.
Pagi hari, aku bangun pukul 08.30, saat aku keluar kamar, Rendi sudah ada di meja makan dengan Tante Jae Ha, Paman Jae Joon, Lee Jun Gi dan Amanda. Oh ya Allah pagi-pagi begini aku sudah melihat rubah berwujud bidadari di rumahku dan di meja makan sudah terhidang makanan yg harusnya di santap untuk makan siang, Sayur Asem, Ikan gurame goreng Balado, kerupuk, nasi putih, ayam goreng, lalaban dan sambal terasi
“ini ada apa? Banyak makanan kayak yg lagi hajatan?”
sahutku bertanya pada semua orang yg ada di meja makan.
“ini Amanda masak, shubuh-shubuh dia udah ke rumah, minta anter Jun Gi ke pasar tradisional karapitan, belanja, terus masak di sini”
 ucap Tante Jae Ha menjawab pertanyaanku.
Wow, Lee Jun Gi ke pasar tradisional? Amazing atau kalau anak-anak jaman sekarang bilangnya, EMEJING, seumur-umur aku belum pernah mendengar atau bahkan melihat Lee Jun Gi mau pergi ke pasar tradisional, kalau aku yg minta anter ke pasar mana mungkin Lee Jun Gi mau.

“Lightly, ayo makan, masakan Amanda enak-enak lho”

Lee Jun Gi memintaku untuk mencicipi masakan Amanda, Rendi hanya melihatku, menyuruhku untuk duduk dan mencicipi masakan Amanda dengan isyarat mengedipkan matanya padaku. Aku duduk di sebelah Rendi, Rendi mengambilkanku nasi putih juga lauknya dan sayurnya. Semua orang yg mencicipi masakan Amanda, bilang kalau masakan Amanda enak. Lalu aku mencicipinya, ternyata benar enak, masakannya seperti masakan ibuku, sayur asemnya tak terlalu asam, asam jawanya tak terlalu banyak, rasa masakannya tak seperti masakan yg ada di warteg-warteg. Sambalnya pedas gurih, satu poin tambahan bagi Amanda untuk mendapatkan Lee Jun Gi, aku sudah pasti kalah telak dari Amanda.

“Rendi, aku mandi dulu ya, nanti kita ke Klinik bareng, pulangnya aku mau berenang di Bikasoga di Jalan Buah Batu, nanti tolong anterin aku ya”

“baiklah, aku akan antar kamu, mandilah dulu, kamu bau asem!!”

Aku senyum pada Rendi, ia bisa menghiburku di saat aku sakit seperti ini, aku beranjak dari tempat duduk menuju kamar mandi, Lee Jun Gi mengikutiku dari belakang.

“Lightly tunggu”
Lee Jun Gi memanggilku, Ya Allah ada apa lagi? Belum puaskah dia menyakitiku, menolakku mentah-mentah dengan alasan aku masih kecil. Atau dia masih mau memberiku harapan-harapan palsu lagi.

“ada apa Oppa?”

“Lightly, kenapa kamu minta anter dokter Rendi? kenapa gak pergi berenang  sama aku?”

“Oppa, kamu kan ada Amanda, kamu harus nganterin dia ke Rumah Sakit, lagipula aku memang meminta Rendi menjemputku hari ini”
“kenapa? Kamu marah?”

“marah? Kenapa aku harus marah? Gak semua orang bisa mengerti status kita, kita bukan adik kakak sekandung, aku ga mau bikin Amanda cemburu, aku juga ga mau bikin Amanda salah paham, seperti aku salah paham sama kamu”

“maksud kamu? Salah paham apa?”

“Oppa, aku mau mandi, Rendi nungguin aku, dia bisa telat praktek nanti”

Aku pergi mandi, meninggalkan Lee Jun Gi di luar kamar mandi, aku sudah tak mau lagi membahas kejadian semalam, kalau aku mau bilang, aku memang marah pada Lee Jun Gi, tapi pantaskah aku marah padanya? Aku siapa? Adik? Kita kakak adik tak sekandung, pacar? Bukan, lalu hak apa yg aku punya untuk marah pada Lee Jun Gi? meskipun hatiku retak, hancur tak bersisa, aku tak punya kuasa untuk marah pada Lee Jun Gi, sebaliknya aku harus berterimakasih padanya, karena dirinya, aku bisa melewati fase-fase keterpurukan karena di tinggal mati oleh Lee Chi Hoon dan karenanya pula, aku merasakan lagi jatuh cinta, meskipun cintaku tak berbalas, sedih? Tentu saja, aku manusia biasa yg ingin cintanya di balas, tapi apa daya,  Lee Jun Gi memilih wanita yg lebih baik dariku.

“Ren, ayo kita pergi, telat nih udah jam 09.30”

“ayo Lightly, mari Paman, Tante, Jun Gi, Amanda, kita pamit”

Kita berdua pergi, menuju Klinik Kumala Bunda, Rendi harus praktek dan ia telat 15 menit, ada beberapa pasien anak yg menunggu dokter Rendi, salah satunya, Mang Asep, tukang becak yg biasa mangkal di depan Klinik, Mang Asep membawa cucunya yg berusia 1,5 tahun yg bernama Indah, keluhan yg di rasakan Indah adalah demam naik turun juga lemas sekali.

“dokter, tolong cucu saya dokter, tolong”

“pak, tenang ya, biar saya periksa dulu”

Rendi memeriksa suhu tubuh si bayi, aku membantu Rendi karna saat itu Rena Absen dan Thalitha sibuk melayani pasien yg akan berobat ke dokter umum.  Suhu Intan 39,2 derajat celcius, Indah harus di rawat saat itu juga, Rendi juga menyuruh Thalitha untuk mengambil darah Indah, karena ada 2 kemungkinan Indah terkena Demam Berdarah Dangue atau ada Infeksi di bagian dalam tubuhnya. Setelah melakukan observasi dan mengambil darah, hasil cek Lab menunjukan Indah terkena Demam Berdarah Dangue yg berbahaya itu. Trombositnya hanya tersisa 20.000 dan Trombosit normalnya 150.000. Thalitha menginfus indah dan membawa Indah ke ruang perawatan kelas 3.

“pak Asep, Indah harus di rawat, Indah terkena DBD dan trombositnya hanya sisa 20.000 dari jumlah normal 150.000.”

“dokter, saya gak punya uang sebanyak itu, Indah biar berobat jalan aja dokter”

“Pak Asep, Indah perlu perawatan medis, karena kondisinya sudah memburuk, jika hanya berobat jalan saya takut Indah gak kuat pak, biarlah biaya pengobatan dan Klinik ini saya yg tanggung”

“Allhamdullillah, Ya Allah, terimakasih, terimakasih dokter atas kebaikannya”

“sama-sama pak, itu tugas saya, saya sarankan harus ada yg menemani Indah, nanti akan saya pantau terus kondisi Indah setiap hari”

Mang Asep, sangat bersyukur karena ia dibantu oleh dokter Rendi, dokter yg sangat baik sekali. Rendi memang di kenal sebagai dokter yg murah hati, bukan saja hanya menolong Mang Asep, ia juga rajin menolong pasien-pasien yg kurang mampu dan pasien yg tidak mempunyai BPJS atau Jamkesmas. Aku bangga mempunyai teman sebaik Rendi, Rendi yg ada di dunia nyata, sangat baik sekali berbeda dengan Rendi yg ada di dunia NoName.
Aku pulang bekerja pukul 14.30, dari Klinik aku menuju kolam renang Bikasoga, yg terletak di jalan Suryalaya, Buah Batu Bandung. aku menjatuhkan tubuhku di dalam air, aku melupakan sejenak masalahku dengan Lee Jun Gi semalam. Aku berenang dengan bebas, Rendi hanya memperhatikanku sambil menikmati kopi yg Ia pesan di café yg ada di Lobby depan.
Hari itu, aku merasa lebih tenang, lebih nyaman berbagi cerita pada Rendi, meskipun ia pernah mengecewakanku beberapa bulan kebelakang, waktu terasa berputar sangat cepat, tak terasa aku sudah berenang di bikasoga selama 1 jam, aku mandi dan berganti pakaian, Rendi dengan setia menemaniku berenang. Walaupun aku sangat bersyukur karena Rendi mau menemaniku, aku tetap berharap Lee Jun Gi yg bisa menemaniku setiap hari seperti waktu itu. Rasa sedih ini muncul kembali, air mataku menetes lagi.
Aku pulang ke rumah dengan perasaan sudah tenang, aku tak melihat Lee Jun Gi, kata Tante Jae Ha, Lee Jun Gi sedang ada urusan bisnis ke luar kota, ia akan menetap di  Surabaya selama beberapa hari.
Hari-hariku terasa lebih nyaman di banding hari-hari yang lalu, sudah sekitar 1 minggu aku tak bertemu Lee Jun Gi, pun tak ada telepon darinya atau bahkan sekedar pesan Whats App. Aku mulai menyadari bahwa aku memang tak pantas untuk Lee Jun Gi, si tampan yg mempunyai kulit wajah putih bersih terawat, Lee Jun Gi yg modis dan Stylish, Lee Jun Gi yg sangat baik padaku. Lee Jun Gi, malaikat tanpa sayapku menghilang begitu saja, ia menemukan bidadari yg cantik untuk menemani sisa hidupnya.
Di Klinik saat karyawan lain memanfaatkan waktu istirahat untuk makan siang dan melepas penat, aku hanya diam di kamar ruang ganti pakaian karyawan, aku tak memanfaatkan jam makan siangku untuk mengisi perut, aku hanya memanfaatkan waktu itu untuk merenung. Rendi datang membawakan makanan untukku, nasi putih dengan ikan bandeng goreng, lalaban, sambal ijo, es teh manis dan pudding cokelat.

“Hey, kamu belum makan dari tadi, ayo makan dulu biar badannya fit, jangan ngelamun terus, aku suapin ya?”

“gak usah Ren, aku baik-baik aja, tadi waktu sarapan aku makan nasi goreng, jadi masih kenyang”

“Lily, sampai kapan kamu gini terus? Aku khawatir kamu kenapa-napa”

“aku baik-baik aja Ren, gak apa-apa kok, aku Cuma butuh waktu sendirian”

Rendi, sangat mencemaskanku, aku tahu itu. Andai Lee Jun Gi yg mengkhawatirkanku, aku selalu berfikir bahwa aku sangat tak pantas untuk Lee Jun Gi, tapi apa yg membuatku tak pantas untuknya? Aku punya cinta yg tulus, meskipun aku belum pernah melakukan apapun untuk Lee Jun Gi.
Aku memang tak secantik Amanda, ah.. sudahlah.. apapun yg aku lakukan Lee Jun Gi tak akan memandangku sebagai seorang wanita, ia hanya menganggapku sebagai anak ingusan yg masih kecil, masih belum boleh kenal cinta-cintaan lagi setelah aku ditingalkan oleh Lee Chi Hoon.
Makanan yg Rendi bawakan untukku dari kantin, aku bawa ke meja kerjaku yg sekaligus meja pendaftaraan, aku masih punya sekitar 15 menit untuk menggunakan waktu istirahatku dengan benar, Rendi mengikutiku dari ruang ganti ke meja pendaftaraan, katanya dia mau mengawasiku, ia mau melihatku makan sampai makanannya habis aku lahap. Aku mulai makan makananan yg Rendi bawa untukku, tiba-tiba Thalitha dan Rena lari dari luar dan mereka menghampiri aku dan Rendi

“kalian kenapa kok ngos-ngosan gitu?”
sahut Rendi pada mereka berdua

“dokter, lihat ini, kita pasti gak salah baca kan?”

Rendi mengambil ponsel yg di pegang oleh Rena, Rena dan Thalitha lalu melihat ke arahku, wajah mereka seperti mengasihaniku, penasaran, aku rebut ponsel milik Rena dari tangan Rendi. dan tajuk berita yg aku baca saat itu adalah:
“Fashion Designer ternama berdarah Korea, Lee Jun Gi Resmi menikahi dokter anak asal Indonesia, Amanda Verenial Jhonshon”
Dan isi beritanya adalah:

 “Lee Jun Gi seorang Fashion Designer ternama berdarah Korea  yg sudah 15 tahun lebih menjadi Warga Negara Indonesia, Resmi menikahi Amanda Verenial Ghonshon, puteri dari dokter Ahli Bedah asal Australia Frederick Verenial Ghonshon, Amanda adalah warga Negara Indonesia yg berprofesi sebagai dokter anak dan bertugas di Rumah Sakit Ahmad Dahlan Bandung, Lee Jun Gi dan Amanda resmi menikah pada tanggal 12 desember 2013 di Macau, berita bahagia ini juga di konfirmasi oleh Ayah Amanda, Frederick Verenial Gohnshon. Frederick berkata bahwa Lee Jun Gi pernah berkunjung ke Australia, lalu melamar Amanda di hadapannya tepat satu bulan sebelum pernikahan mereka resmi di gelar. Rencananya, pesta pernikahan akan di selenggarakan di Indonesia pada bulan Januari 2014, mari kita tunggu perhelatan Akbar ini”

Saat aku membaca berita itu, hatiku bukan hancur berkeping-keping lagi, hatiku hancur di hujam pisau berkarat, perlahan hatiku bernanah dan berdarah. Tubuhku mendadak lemas setelah membaca berita itu, Rendi menahan badanku, aku tak pingsan tapi badanku tak sanggup menahan beban yg aku rasakan.

“Lightly, kamu gak apa-apa?”

 Rendi menahan badanku yg hampir terjatuh ke Lantai, aku tak menyangka, Lee Jun Gi, Malaikat Tanpa Sayapku menikah dengan Amanda Verenial Ghonshon begitu cepat, aku masih ingat, saat Lee Chi Hoon meninggal itu bulan Februari 2013, 3 bulan kemudian bulan Mei 2013 aku koma selama 40 hari, dan selama aku koma sekitar 1 bulan lebih itu, Lee Jun Gi mengenal dekat Amanda, aku bangun dari koma sekitar bulan Juli 2013, saat aku bangun dari koma, aku jatuh cinta pada Lee Jun Gi, Karena perhatian dan kebaikannya. Tak butuh waktu lama bagi Lee Jun Gi menikamku dengan pisau berkarat itu, hanya berselang 6 bulan setelah aku jatuh cinta padanya, dia menikahi Amanda Ghonshon. Aku memang jatuh cinta pada Lee Jun Gi selama 6 bulan, tapi cintaku pada Jun Gi tak sesingkat itu, aku tetap mencintai Lee Jun Gi tanpa syarat, tanpa melihat apa yg sudah Lee Jun Gi lakukan padaku.
Aku di bawa ke ruang UGD di Klinik Kumala Bunda, Rendi memeriksa bagian perutku, bagian dadaku, suhu badanku dan tensi darahku, semua normal kecuali tensi darahku yg hanya 60/80. Rendi membawakanku teh manis panas, agar memulihkan stamina tubuhku, agar aku punya tenaga untuk bangun. Menurut Rendi, aku anemia karena tidak cukup asupan makanan, terlalu capek dan arena menanggung beban yg berat.
Beban ini memang cukup berat untukku hingga aku menderita sesak nafas. Aku di beri harapan palsu oleh orang yg aku cintai, aku selalu berharap Lee Jun Gi menjadi milikku, tapi harapan itu hancur seketika saat Lee Jun Gi mencintai wanita lain yg bukan aku.
Aku? Mana pantas aku untuk Lee Jun Gi, si Fashion Designer yg membuat baju-baju panggung AgnezMo hingga Taylor Swift, aku? Siapa aku? Berani-beraninya jatuh cinta pada Lee Jun Gi, si kaya raya yg baik hati. Ia pasti hanya pantas bersanding dengan Amanda. Amanda Venerial Ghonshon, si cantik jelita, yg berprofesi sebagai dokter anak, Amanda Venerial Ghonshon, wanita yg tanpa polesan make up saja ia sudah nyaman di pandang mata. Amanda Venerial Ghonshon si badadari yg turun dari surga untuk menjemput malaikat tanpa sayapku.
Aku menangis sejadi-jadinya, bahkan di hadapan Rendi, ia selalu menenagkanku. Ia selalu berkata bahwa masih ada laki-laki yg lebih baik dari Lee Jun Gi dan yg mampu mengerti siapa aku dan mau menerimaku apa adanya, Rena dan Thalitha bergantian menjengukku. Rendi tak mengabari Tante Jae Ha bahwa aku harus di rawat di rumah sakit saat itu juga, aku melarang Rendi untuk mengabari keluargaku. Lee Ji Hoon, adik kesayanganku, ia meneleponku. Ia bilang B*STAR akan ada konser MUSIC BANK di Jakarta, ia akan memanfaatkan waktunya di sela-sela konser untuk berkunjung ke Bandung. Rendi, kemudian mengabari Lee Ji Hoon, Ji Hoon  harus berkunjung ke Bandung karena aku terbaring sakit.
2 hari kemudian, Lee Ji Hoon datang ke Klinik Kumala Bunda, ia datang ke ruang VIP tempat aku di rawat, saat itu aku sedang di periksa oleh dokter Adam Ikhsan dokter Specialist Paru yg juga sahabat Rendi sejak kuliah. Rendi pun ikut menemani dokter Adam Ikhsan yg sedang memeriksaku. Lee Ji Hoon, menunggu di luar sampai dokter Adam Ikhsan keluar, Lee Ji Hoon kemudian masuk ke ruangan VIP tempat aku di rawat, setelah dokter Adam memeriksaku. Lee Ji Hoon, menghampiriku, ia bertanya mengenai keadaanku.

“Lily, kamu sakit apa?”

“Ji Hoon, aku gak apa-apa kok, mungkin aku Cuma masuk angin, Akhir-akhir ini aku mulai lagi berenang tapi mungkin keadaanku waktu itu kurang fit. Aku hanya anemia, kurang makanan yg bergizi dan terlalu capek”

Aku meyakinkan Lee Ji Hoon untuk percaya akan kondisiku saat ini, aku tak ingin Lee Ji Hoon khawatir, karena sebenarnya yg aku rasakan bukan hanya Anemia tapi Psikosomatis, penyakit yg sebenarnya berkaitan dengan perasaan seseorang yg terwujud dalam gangguan fisik, seperti Insomnia, Maag dan sesak nafas. Aku mempelajari penyakit ini saat dulu aku kuliah, yg harus aku lakukan adalah menenangkan diri atau mungkin aku harus menjauh dari Lee Jun Gi, sepertinya Rendi juga tahu tentang Psikosomatis yg aku alami, Psikoosmatis yg aku alami saat ini mungkin ada kaitannya dengan kematian Lee Chi Hoon, lalu pertemuanku yg mengecewakan dengan Rendi di dunia Noname dan yg paling akhir adalah rasa sakitku oleh Lee Jun Gi, rasa stress yg menumpuk, juga rasa tak berarti bagi orang lain menimbulkan Psikosomatis yg aku alami saat ini.
Psikosomatis yg aku alami adalah sesak nafas, setiap aku merasa tak berarti untuk Lee Jun Gi, setiap ada rasa minder karena kecantikanku kalah oleh kecantikan Amanda dan setiap kali aku mengingat harapan-harapan palsu yg Jun Gi beri untukku, aku pasti sesak nafas. Aku mengalami ini sejak 1 minggu yg lalu, tapi aku tak mau banyak bicara, penyakitku tak parah hanya saja mungkin aku tak bisa bertemu Lee Jun Gi untuk sementara.
Rendi, memanggil Lee Ji Hoon, Rendi menjelaskan apa penyakitku dan Rendi memberitahu jika aku terkena Psikosomatis yg di akibatkan oleh kejadian-kejadian yg tak menyenangkan yg terjadi padaku akhir-akhir ini.
“Ji Hoon, Lightly terkena Psikosomatis, penyakit yg sebenarnya berkaitan dengan perasaan tapi penyakit itu tampil dalam sakit fisik”

“maksud dokter? Lightly sakit apa?”

“Ji Hoon, Lightly harus menenangkan dirinya dari kejadian-kejadian yg terus menimpanya, Lightly gak boleh dulu bertemu Lee Jun Gi, kakak kamu”

“apa kaitannya sakit Lightly dengan Lee Jun Gi dokter?”

“Lightly, Psikosomatis karena dia kecewa pada Lee Jun Gi, itu semua karena Lee Jun Gi memberi harapan-harapan palsu yg membuat Lightly jatuh cinta pada Lee Jun Gi, setelah Lightly jatuh cinta pada kakakmu, kakakmu meninggalkannya dan menikahi sepupuku, apa yg Lee Jun Gi lakukan pada Lightly bisa berakibat fatal pada diri Lightly. Lightly bisa saja merasa Stres lalu mencoba bunuh diri lagi seperti waktu itu”  

“separah itu dokter? Lily perempuan tangguh, ia akan kuat mengahadapi apapun dokter”
“sayangnya, tidak untuk kali ini. Lightly terkena Psikosomatis karena beban yg ia terima berturut-turut dan cukup berat, aku sebagai dokter yg menangani Lightly, melarang keras Lee Jun Gi untuk menemui Lightly saat ini hingga kondisi Lightly membaik. Lightly mahasiswi Psikologi, ia pasti tahu apa yg harus ia lakukan agar Psikosomatisnya tak kambuh lagi”

Lee Ji Hoon Shock mendengar keadaanku yg sesungguhnya, aku meminta Ji Hoon untuk mengantarku pulang sebelum Lee Jun Gi pulang dari Macau ke Indonesia, sudah hari ke 5 aku di rawat di Klinik. Lee Ji Hoon yg selalu menemaniku dan ia menepati janjinya, untuk tak memberitahu Lee Jun Gi, Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha. Aku sudah di izinkan pulang ke rumah oleh dokter Adam Ikhsan dengan catatan harus makan makanan yg bergizi, tak jajan di luar dan harus istirahat yg cukup.

Aku pulang di antar Ji Hoon memakai taxi, Ji Hoon bilang Lee Jun Gi belum pulang ke rumah, katanya ia sedang dalam perjalanan menuju Indonesia dari Macau. Sesampainya di rumah, Paman Jae Joon membrondongiku dengan berbagai pertanyaan, Lee Ji Hoon beralasan bahwa aku sedang ada trip dengan karyawan klinik ke Lembang, padahal selama 5 hari aku di rawat di Klinik tempatku bekerja.

“Paman, aku mau istirahat, kemana Oppa?”

“dia sedang dalam perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandung akhirnya Lightly, Paman dan Tante bisa menimang cucu dari Lee Jun Gi”

Paman terlihat sangat senang sekali menyambut anak kandung dan anak mantunya yg sedang dalam perjalanan menuju rumah, aku teringat pesan Rendi, jika aku ingin keluar dari rumah ini, Rendi akan membantuku untuk mendapatkan beasiswa S2 Magister Psikologi di Malaysian Medical Univercity, Penang, Malaysia, aku bisa menghabiskan 2 tahun tanpa Lee Jun Gi disana. Tapi aku belum berfikir ke arah sana, aku hanya ingin menjalani hidupku seperti sebelum aku dekat dengan Lee Jun Gi,
5 jam kemudian, pengantin baru itu datang ke rumah, Lee Jun Gi dan Amanda, mereka membawa beberapa koper ukuran besar dan kejutan lagi untukku, Amanda akan tinggal serumah denganku, aku tak mengerti kenapa cobaan itu datang berturut-turut pada kehidupanku, belum reda rasanya sakit yg Jun Gi toreh untukku, tiba-tiba ia membawa bidadarinya pulang ke rumah.

“Lightly, Oppa sekarang sudah menikah, ahh.. akhirnya Oppa punya istri”

Ucap Jun Gi dengan penuh semangat menyapaku, ia memelukku, aku juga mengucapkan selamat padanya dengan penuh luka yg ada di hatiku

“Oppa, selamat ya.. selamat menempuh hidup baru” ucapku.
Aku langsung pergi ke kamar. di susul Lee Ji Hoon adikku.

“Lily, kamu gak apa-apa?”

“mana mungkin aku baik-baik saja Ji Hoon, aku akan melanjutkan Study S2 ku di Malaysia di kampus tempat Rendi mengajar”

“Lily, kalau aku tahu apa yg kamu rasakan dari awal sama kakak, aku gak akan 

biarkan kamu jatuh cinta pada Kakak.”
Tak lama, ada yg mengetuk pintu kamarku, aku buru-buru menghapus air mataku dengan tissue yg ada di meja riasku, Lee Ji Hoon membuka pintunya dan ternyata itu Amanda, ia mengajakku untuk makan malam bersama, aku mengiyakan ajakannya. Aku keluar kamar bersama Lee Ji Hoon, Lee Ji Hoon duduk di sampingku, ia membawakan nasi dan lauknya untukku. Aku makan dengan lahap karena ingin cepat selesai dan angkat kaki dari meja makan, tapi tak begitu dengan Lee Jun Gi dan Amanda, mereka makan saling menyuapi satu sama lain dan menghapuskan noda makanan yg ada di mulut mereka secara bergantian. Perlakuan Lee Jun Gi pada Amanda saat ini sama dengan perlakuan Lee Jun Gi padaku beberapa bulan yg lalu saat kita makan steak di café Steak and Sausage House.
Sebetulnya dosa apa aku? Sampai aku harus melihat kemesraan mereka, Psikosomatisku kambuh, aku mendadak sesak nafas. Semua panik melihatku yg tiba-tiba sesak nafas, padahal aku tak mempunyai turunan sesak nafas juga aku tak memiliki alergi terhadap apapun yg bisa membuatku sesak nafas. Lee Ji Hoon segera mengambil Ventolin, obat yg di resepkan oleh dokter, tak lama sesak nafasku reda, aku sadar. Aku tak nyaman berada di dekat mereka, akhirnya aku mengumumkan kepergianku untuk study S2 Magister Psikologi di Malaysia Medical Univercity.

“Tante, Paman, Oppa, Amanda, Ji Hoon, aku mau pamit, aku akan pergi ke Malaysia. Aku sudah daftar beasiswa untuk Magister Psikologi, aku di bantu Rendi mendapatkan beasiswa itu dan sepertinya aku gak bisa hadir di resepsi pernikahan Oppa dan Amanda, karena jadwal ujian saringannya awal bulan 
 januari”

Semua terperangah mendengar ucapanku, kecuali Lee Ji Hoon karena sebelumnya aku sudah memberitahunya. Aku pamit untuk masuk ke kamar, makananku tak habis, tak lama Lee Jun Gi menyusulku ke kamar, dia menutup pintunya dan berbicara denganku.

“Lightly, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba ingin study di Malaysia?"

“Oppa, aku ingin mengembangkan karierku, aku ingin membuka praktek dan bekerja sebagai psikolog”

“Lalu kenapa Malaysia? Kenapa gak di Bandung atau Jakarta?”

“Oppa, aku ingin pengalaman, ini pertama kalinya aku ikut program Beasiswa, aku ingin membuktikan potensiku, itu aja”

“Lightly, kamu gak perlu beasiswa ke Malaysia, aku bisa membiayai kamu sekolah di sini, atau jangan-jangan kamu marah karena aku menikahi Amanda”
Tak terasa air mataku bercucuran, nafasku sudah bernada tak teratur, tapi aku mencoba menjelaskan dengan tenang tentang kejadian malam itu.
“Oppa, aku gak marah sama sekali, cinta di tolak itu biasa, aku bahagia bisa melihatmu menikah dan hidup berbahagia dengan Amanda, Oppa, aku mau istirahat, bisa tinggalkan aku sendirian?”

“kamu marah kan? Kamu marah karena aku menolak cinta kamu kan? Lightly kamu adikku, aku gak bisa menikah dengan adikku sendiri, lagi pula Aku sangat mencintai Amanda, cinta gak bisa dipaksa Lightly”

“Oppa, aku gak pernah minta kamu untuk membalas cintaku, aku hanya ingin sendiri, aku ingin mandiri, itu aja, aku mohon please keluar dari kamarku, aku mau istirahat”

Lee Jun Gi, keluar dari kamarku dengan rasa cemas karena melihatku bercucuran air mata, nafasku tak beraturan juga badanku yg lemas. Aku tidur dengan luka-luka bernanah di hatiku. Lee Jun Gi, bukan tak tahu jika aku menyukainya, jika aku mencintainya, tapi ia seolah menutup mata, ia menikahi Amanda tanpa sepengetahuanku, ia memanjakan Amanda di hadapanku dan ia membawa Amanda ke rumah tempat aku tinggal selama ini. perlakuan Lee Jun Gi padaku, sangat tidak adil.
Esoknya, pagi-pagi sekali, di kamar Lee Jun Gi, ia sedang memakaikan Gaun pengantin pada Amanda, saat itu Amanda melihatku dari dalam kamar, pintunya yg tak tertutup membiarkanku melihat adegan itu.

“Lightly, Lihat bagus gak gaunku?” tanya Amanda.

“Bagus Amanda, gaunnya cantik sekali.”

“Lightly, jangan khawatir, nanti kalau kamu menikah, Lee Jun Gi akan buatkan Gaun untukmu yg sama bagusnya dengan Gaunku.”

Aku melihat Lee Jun Gi ada di dalam kamar, tapi ia tak menyapaku, Jun Gi hanya asyik dengan gaun buatannya untuk Amanda, istrinya. Gaun itu, Gaun yg di kenakan Amanda untuk Resepsi pernikahan, sangat Indah sekali, Lee Jun Gi memang pandai membuat Gaun, Gaun itu, berwarna merah muda, warna yg sangat pas untuk kulit Amanda yg putih bersih. Aku pamit pada Amanda untuk bekerja, aku di antar Lee Ji Hoon, dan Lee Jun Gi? ia seakan lupa pada tanggung jawabnya.
Lee Ji Hoon sebetulnya ia sangat marah pada kakaknya, karena terkesan Lee Jun Gi mempermainkanku, aku mencoba untuk menenangkan Lee Ji Hoon, awalnya ia tak mau dengar tapi akhirnya ia mau mendengarkanku.

“Ji Hoon, dengarkan aku baik-baik, kamu gak boleh memarahi Jun Gi, apalagi memarahi Jun Gi di depan Amanda. Ingat, Lee Jun Gi adalah kakakmu”
“tapi Lily, lihat yg dia lakukan padamu, aku tak bisa tinggal diam”

“aku ngerti Ji Hoon, tapi redam dulu emosimu, aku gak mau kalian berantem Cuma karna aku”

Lee Ji Hoon akhirnya diam, ia tak bisa lagi melawan perintahku, aku hanya tak ingin membuat Tante dan Paman kecewa, apa jadinya jika Lee Ji Hoon memukuli Lee Jun Gi hanya karena aku. Aku juga tak mau Lee Jun Gi di buat malu di depan Amanda, bagiku asal dia bahagia, akupun akan berusaha bahagia.
Sesampainya di Klinik, aku mencari Rendi Gunadi, beruntung, aku menemukannya di kantin, aku sudah tak kuat menahan beban, rasanya jika aku terus menerus diam di sana, hatiku tak akan pernah sembuh, hatiku akan terluka dan terluka lagi.

“Ren, aku mau ikut beasiswa di Malaysian Medical Univercity”
Mendengar aku setuju dengan permintaannya, ia sangat senang sekali.

“Lightly, kamu serius?”

“iya Ren, aku serius, aku sudah pamit sama Paman dan Tante”

“baiklah, kita pergi minggu depan, ujian saringan beasiswa itu awal Januari 2014, kamu gak apa-apa gak menghadiri pesta pernikahan Lee Jun Gi”

“sudah gak ada yg perduli sama aku, ada atau gak ada rasanya bagi mereka akan sama saja”

Akhirnya, aku bisa lepas dari jeratan siksaan Lee Jun Gi, aku menyetujui untuk pergi ke Malaysia minggu depan. Jam makan siang datang juga, aku memanfaatkan waktu untuk makan makanan kantin untuk terakhir kalinya, aku juga berpamitan pada Rena dan Thalitha, mulai besok aku akan resign dari Klinik Kumala Bunda.
Saat aku akan kembali ke meja pendaftaraan untuk menyelesaikan pekerjaanku, Amanda datang menemuiku, ia menghampiriku di meja pendaftaran tanpa Lee Jun Gi.

“Lightly, sibuk?”

“Amanda? Ada apa ke sini?”

“hmm.. ada yg ingin aku sampaikan. Bisa kita bicara di luar?”

“oh.. baiklah..”
Rendi melihatku berjalan keluar dengan Amanda, ia mencoba menghentikan kami, tapi aku dan Amanda tetap berjalan keluar menuju taman yg ada di seberang Klinik. Sampai sana aku duduk di tempat duduk yg di sediakan oleh pemerintah kota Bandung dan Amanda memulai pembicaraan denganku.

“Lightly, kalau aku minta kamu tidak pergi, apa kamu akan mendengarku?”

“aku harus pergi Amanda, Rendi sudah mendaftarkanku untuk mengikuti ujian saringan Program Beasiswa Januari nanti, minggu depan aku akan pergi”
“Lightly, aku tahu kamu Psikosmatis, kamu merasa tidak nyaman denganku bukan?”

“Amanda, aku harus bekerja, aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum aku pergi”

“Lee Jun Gi membelikan sesuatu untukmu, ini.”
Amanda memberiku sebuah kotak perhiasan berwarna merah.
“Apa ini?”

“bawa dan bukalah, kamu akan tahu isinya jika kamu membukanya”

“maaf Amanda, aku ga bisa nerima ini”
 
“kalau kamu tetap mau pergi, kamu harus membawa ini”

Setelah memberiku kotak perhiasan itu, Amanda pergi meninggalkanku di taman. Aku membawa kotak perhiasan berwarna emas itu ke Klinik, sampai di Klinik aku membuka kotak perhiasan itu. Yg Jun Gi berikan adalah kalung emas putih dengan Liontin huruf LJG dan cincin bermata berlian kecil yg sangat cantik. Jika ini benar Lee Jun Gi yg memberikan perhiasan ini untukku, apa maksudnya? Pertanyaan itu muncul lagi di benakku setelah berapa lama.
Aku mendengar suara adzan dzuhur dari mesjid yg berada di belakang klinik, aku bersiap untuk shalat dzuhur setelah beberapa tahun aku tak mengerjakannya, aku sebetulnya beragama islam, aku seorang muslimah, tapi aku tak mengerjakan perintah Allah yg harus dan wajib aku kerjakan, yaitu shalat. Setelah kepergian ibuku, aku tak pernah lagi shalat, apalagi aku bergaul dan serumah dengan keluarga Lee yg notabene beragama budha, sementara Lee Chi Hoon, sebelum meninggal, ia masuk agama islam, ia bersyahadat dan memeluk islam karena Lee Chi Hoon akan menikahiku, karena itulah, jasad Lee Chi Hoon di makamkan bukan di kremasi.
Aku melaksanakan shalat berjama’ah dengan Rendi Gunadi, Rendi itu beragama islam, ia keturunan Indonesia-India yg bermukim di Indonesia nama lengkapnya adalah Rendi Gunadi Khan, Khan adalah nama ayahnya, Rayhan Husain Khan dan ibunya bernama Siti Jumairah, asli Indonesia yg berasal dari Pandeglang, Banten. Sejak Rendi bekerja di Klinik Kumala Bunda, aku tak pernah melihat Rendi absen menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim, ia selalu shalat di masjid di belakang Klinik atau di Mushala yg di sediakan Klinik.
Selesai shalat, aku berdo’a pada Tuhanku yaitu Allah Subhanahu wata’ala untuk melepaskan rasa sakit yg Jun Gi toreh padaku, saat ini aku tak mempunyai siapapun kecuali DIA, sang maha pemurah lagi maha penyayang. Aku selesai shalat dengan Rendi dan akan langsung pulang ke rumah, membereskan pakaianku.
Sampai di rumah, aku membereskan pakainaku, Lee Jun Gi? aku tak melihat batang hidungnya, aku hanya bertemu Tante Jae Ha, aku berpamitan padanya, karena aku sudah memutuskan untuk pergi dari Indonesia, dari Bandung dan dari Rumah ini.

“Tante, aku akan pergi, aku minta maaf jika aku sering merepotkan dan sering melakukan kesalahan”

“Lightly, kamu jangan pergi, percaya sama tante, tante akan merawatmu.”

“aku sudah daftar beasiswa Psikologi di Malaysia tante, aku harus pergi, barang-barangku akan aku kirim duluan kesana. Lalu 3 hari lagi, aku akan pergi 
 bersama Rendi. Doa’kan aku ya tante”

Tante Jae Ha menangis, ia menangis sesegukkan aku tak pernah memberitahunya jika aku akan pergi dari sini, jangankan Tante Jae Ha, akupun tak menyangka jika aku harus keluar dari rumah ini. rumah tempatku hidup setelah ibu meninggalkanku untuk selamanya dan setelah Lee Chi Hoon juga 
menyusul ibuku.

Esoknya aku tak melihat Lee Jun Gi, hari ini barang-barangku di angkat semua dari rumah ini, yg aku tinggalkan hanyalah kotak perhiasan berisi kalung berliontinkan huruf inisial Lee Jun Gi dan cincin bermata berlian yg sangat indah. Rendi mengantarkan barang-barangku ke bandara Husein Sastra Negara, barang-barangku sudah pergi hanya tinggal menyisakanku di rumah ini. kalung dan cincin itu, masih aku simpan, aku bingung akan menggunakannya atau meninggalkannya di sini bersama sisa remukan hati yg di hancurkan oleh Lee Jun Gi.

3 hari kemudian….
Di rumah Aku akan pergi menuju bandara Soekarno Hatta, Rendi sudah menyiapkan Appartemen untukku di Malaysia. Saat aku pergi, aku tak melihat Lee Jun Gi dan Amanda, menurut Lee Ji Hoon dan tante Jae Ha, Lee Jun Gi pergi berbulan madu ke Bali dan ia tak tahu jika aku akan pergi hari ini.

“Tante, aku pergi ya.. salam untuk paman.”

“Lightly, Tante sangat berat melepaskanmu, Tante mohon tinggalah di sini, tante akan membiayai kuliahmu”

“Tante, aku harus pergi, aku ingin mandiri dan menunjukan potensiku.”
Setelah berpamitan pada Tante Jae Ha, aku dan Rendi pergi di antar Lee Ji Hoon memakai mobil mewah Lee Jun Gi, sampai di bandara, aawerku berpamitan pada Lee Ji Hoon, ia memelukku dan menangis, seorang artis  korea yg menangis 
 karena kepergianku.

“Lily, aku akan sering mengunjungi kamu di Malaysia”

“aku tahu Ji Hoon, jaga dirimu baik-baik, berlatih dengan sungguh-sungguh jangan mempermalukan Tante dan Paman ya. Kamu harus akur dengan Lee Jun Gi, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Jaga diri baik-baik, aku pergi dulu, telepon aku jika kamu sedang luang”
Lee Ji Hoon menangis sesegukkan, aku meninggalkan semuanya, keputusanku kali ini pasti tak akan salah. Aku meninggalkan kenanganku bersama ibu dan Chi Hoon disini, aku meninggalkan hati yg remuk oleh Lee Jun Gi bersama kalung dan cincin yg Jun Gi berikan padaku. aku tak membawa perhiasan itu, aku hanya tak ingin menilai Lee Jun Gi dengan penilaian yg salah lagi. Kalung dan cincin itu, biar Jun Gi yg menyimpan atau membuangnya.
Hari demi hari, aku lewati bersama Rendi di Malaysia. Aku di terima menjadi mahasiswa Magister Ilmu Psikologi Jurusan Psikologi Klinis dan hari penerimaanku di Malaysia Medical Univercity ini bertepatan dengan hari resepsi Pernikahan Lee Jun Gi dan Amanda di Bandung, aku melihat siaran Live di salah satu tv nasional Malaysia. Resepsi Pernikahan mereka di siarkan di 5 stasiun Tv ASIA. Aku melihat Lee Jun Gi sangat berbahagia dengan Amanda, istrinya. Aku tak akan pernah sanggup lagi bertemu mereka, aku memulai hidup baru bersama Rendi di sini, di Malaysia, tempat yg sangat mungkin bisa di jangkau oleh orang sekaya Lee Jun Gi, tapi setelah 2 bulan berlalu, aku tak pernah melihat batang hidungnya di Malaysia, di kota Penang tempat aku dan Rendi tinggal.
Aku dan Rendi tinggal di sebuah Appartement, tentu saja kita berbeda kamar, aku tak mungkin satu kamar dengan Laki-laki yg bukan Muhrimku.
 Aku tinggal di unit kamar 303 lantai tiga dan Rendi tinggal di unit kamar 501 lantai Lima, meskipun kita satu Appartement, kita tak pernah sering bertemu. Rendi Khan, nama yang sering ia gunakan untuk praktek di Rumah Sakit Penang, Malaysia. Ia juga sedang meneruskan pendidikan S3 nya di Universitas Kesehatan Indonesia, Jakarta, Rendi bisa ke Jakarta 1 bulan satu kali. Sedangkan aku, aku terus kuliah menamatkan jenjang S2 ku demi ingin membuka Praktek di Rumah dan di Rumah Sakit.
Jika aku bertemu Rendi, aku tak pernah membahas Lee Jun Gi, seakan Amnesia, namanya tiba-tiba hilang dari otakku, meskipun begitu, tak jarang  tiba-tiba aku merindukannya. Aku tak pernah menyebut nama Lee Jun Gi hanya di hadapan Rendi.
 Lee Ji Hoon, ia menepati janjinya, setiap satu bulan sekali, Lee Ji Hoon datang mengunjungiku, Pernah Ji Hoon berkunjung ke kampusku, sudah pasti banyak wanita yg mengelu-elukan Lee Ji Hoon, karna itulah aku menolak Lee Ji Hoon mengunjungiku di kampus, karena jika Ji Hoon ke kampusku lagi, pasti banyak perempuan-perempuan yg menyerbuku karena ingin berfoto dengan Lee Ji Hoon.
Dari Ji Hoon juga, aku mendapat kabar bahwa Amanda sakit keras, Amanda terkena Kanker Payudara stadium 3. Kanker yg bersarang di tubuhnya juga sudah menggerogoti beberapa bagian vital di dalam tubuhnya, sepeti Ginjal dan Lambung, Amanda sudah tak mampu makan dan minum, makanan dan minumannya diganti oleh cairan yg di masukan dalam alat SONDE agar makanan itu bisa masuk ke dalam tubuhnya.
Mengetahui kondisi Amanda yg sedang kritis, aku tak memberanikan diri untuk pulang ke Indonesia, aku hanya menelepon Tante dan mendoakan agar Amanda bisa segera sembuh dan maaf aku tidak bisa berkunjung ke Indonesia, aku hanya mengirim Do’a dari Jauh agar Amanda bisa segera pulih.
 2 bulan setelah kabar tentang Amanda mencuat ke permukaan, aku mendapat kabar lagi bahwa Amanda sudah meninggal dunia. Saat Amanda meninggal aku sedang Stage Klinis atau bahasa mudahnya adalah Magang, aku magang di Rumah Sakit Malaysia Medical Hospital.
Selain aku sedang magang di rumah sakit, aku memang tak berniat berziarah ke tempat tinggal orang tua Amanda di Australia. Aku tak akan kuat melihat Lee Jun Gi, Paman, Tante dan Ji Hoon bersedih, jadi aku hanya mengirim pesan bela sungkawa pada orangtua Amanda dan Paman Jae Joon. Aku tak berani menghubungi Lee Jun Gi, aku hanya berdo’a agar Amanda bisa di terima di sisiNYA dan Lee Jun Gi serta keluarga yg lain tabah dengan musibah ini. Amanda Verenial Ghonshon akhirnya di makamkan, Amanda tak meninggalkan anak untuk Jun Gi, ia meninggal setelah 10 bulan menikah dengan Lee Jun Gi. Aku tahu tentang Amanda, Amanda Verenial Ghonshon, si dokter anak yg sangat di elu-elukan oleh Lee Jun Gi karena kecantikannya, si bidadari dari surga yg akhirnya meninggalkan malaikat tanpa sayapku sendirian. Amanda, kamu wanita yg sangat baik, terimakasih telah menjaga malaikat tanpa sayapku, terimakasih Karena kamu mencintainya dengan tulus.



Suddenly I Found You Remake Part 2

2 Tahun kemudian, Oktober 2016… Aku resmi di lamar Rendi Khan, si Pria berusia 35 Tahun ini melamarku di hotel Hilton Kuala Lumpu...