Aku
Lightly Magnolia si polos, tomboy, kurang cekatan dan cerewet. Aku bangga pada
diriku sendiri yg minim prestasi, kenapa?
Karena aku bisa menjadi diri sendiri, percaya diri dan kadang-kadang suka
narsis. Hobiku? Aku suka berenang walaupun gaya dalam berenang yg aku kuasai
hanyalah gaya batu. Hihihi. Aku bisa berenang, gaya punggung yg sangat aku
kuasai, aku bisa berenang karena jasa ibuku, ia atlet renang di sekolah
Menengah Atas Negeri 5 Bandung. ibuku bernama Mega Kartika, beliau Selain jago
berenang ia juga pandai menari. Bakat menari juga turun kepadaku, Aku menguasai
tarian Jaipong khas Jawa Barat, selain itu aku juga bisa menari tari Kecak khas
Bali. Tapi sayang, otak yg di miliki oleh ibuku tak menurun padaku, ibuku
sangat jago matematika bahkan menghitung cepat tanpa kalkulator. Ibuku juga
pernah mengikuti lomba matematika yg di ikuti oleh peserta Sekolah Menengah
Atas dari berbagai penjuru Indonesia. Ibuku meraih juara 3 dari ratusan peserta
yang ikut dalam lomba tersebut. Sementara aku, tak pernah meraih prestasi
membanggakan dari sekolah-sekolahku. Saat Sekolah Dasar aku mendapat Rangking
15 dari 25 murid, Sekolah Menengah Pertama aku mendapat Rangking 12 dari 38
murid dan Sekolah Menengah Atas aku
mendapat Rangking 20 dari 42 murid.
Menurut
ibuku walau aku hanya menguasai berenang dan berbagai jenis tarian, itu sudah
membanggakan baginya. Sayangnya ibuku meninggal dunia saat aku masih kuliah semester
2 di Universitas Padjadjaran Bandung, Jurusan Ilmu Psikologi, saat itu usiaku
baru 19 tahun. Setelah ibuku meninggal. Aku hanya tinggal seorang diri, sebatang
kara. Ayahku? Beliau meninggal saat usiaku 3 tahun. Dan sejak saat itu, aku
tumbuh besar dengan ibuku. Saat ibuku meninggal, aku bingung bagaimana aku bisa
melanjutkan hidup tanpanya. Aku hanya ingin ibuku kembali, wanita itu, dia mengajarkan berbagai macam hal.
Mengajarkan aku hidup mandiri, aku harus hidup tanpa bantuan orang lain. Tapi
saat ini aku tak mau orang lain, aku mau ibuku. Sosok ibu yg membanggakan
bagiku.
Ibu
adalah wanita tegar penuh prestasi dan dedikasi. Tanpa ayah, ibu bisa
menghidupiku, anak semata wayangnya. Ia membesarkan aku dari usia 3 tahun
sampai usia 19 tahun seorang diri.
Toko
Roti Coklat yg ia bangun bersama ayah, ia lanjutkan sendiri bersama 2 orang
karyawan asli negeri ginseng Korea, Paman Lee Jae Joon dan Tante Park Jae Ha.
Mereka adalah warga Negara korea ASLI. Mereka berhijrah ke Indonesia, karena
Paman Lee Jae Joon di fitnah telah memberitakan kabar bohong soal pemerintahan
Korea Selatan. Akhirnya mereka bermigrasi dari Busan, Korea Selatan ke Indonesia, Mereka pindah ke Indonesia tahun1990,
saat itu aku belum lahir. Paman Lee Jae Joon dan Tante Park Jae Ha membawa 2
anak mereka ke Indonesia, 2 anak Laki-Laki itu bernama Lee Jun-Gi, usainya saat
itu masih 6 tahun dan Lee Chi Hoon yg usianya 5 bulan. Sepasang suami istri
asal Korea itu membantu berdirinya toko Roti milik orang tuaku. Karena mereka
membantu proses pendirian Toko Roti tersebut maka ibuku memberikan penghargaan
pada mereka dengan cara menambahkan nama depan Paman Lee Jae Joon di toko Roti
milik ibu,
jadi Toko Roti itu bernama CHOCOLEE Bakery.
jadi Toko Roti itu bernama CHOCOLEE Bakery.
5 tahun kemudian
Saat
itu, Aku, Lee Jun-Gi dan Lee Chi Hoon tumbuh bersama, hingga remaja. Aku sudah
jatuh cinta pada Lee Chi Hoon sejak duduk di bangku SMP kelas 3. Bertahun-tahun
memendam rasa suka, sayang dan Cinta, sedikitpun aku tak pernah berharap Lee
Chi Hoon menaruh hati padaku. Sampai akhirnya Lee Chi Hoon mengungkapkan rasa
sayangnya padaku yg ia pendam juga sejak kecil. Aku terbang ke atas awan, ternyata
cintaku tak bertepuk sebelah tangan, kita sama-sama memendam rasa yg sama.
Sejak duduk di bangku SMA kelas 2, aku resmi
berpacaran dengan Lee Chi Hoon, hampir setiap hari aku bertemu dengannya, tapi
pertemuan setiap hari itu berhenti ketika Lee Chi Hoon di terima di Fakultas Seni
Rupa Jurusan Design Interior, Institut Teknologi Bandung(ITB).
Sejak
kuliah di ITB Lee Chi Hoon lebih banyak menghabiskan waktunya di kos-kosan
teman-temannya untuk mengerjakan tugas, persiapan ujian dan persiapan skripsi.
Tapi
itu tak berpengaruh pada hubungan kami, Lee Chi Hoon setiap 1 minggu sekali
pulang untuk menemuiku, bertemu Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon. Jae Joon sekeluarga sebetulnya sudah menjadi
warga Negara Indonesia sejak 5 tahun
terakhir. Nyaman tinggal di kota Bandung
menjadi salah satu alasan mereka memilih menjadi WNI.
Lalu
kemana Lee Jun-Gi? Lee Jun-Gi sejak Sekolah Menengah Pertama menjadi pendiam, ia
lebih memilih menggambar di kamar dari pada harus mengobrol dengan aku, Chi
Hoon, Tante dan Paman. Lee Jun-Gi sangat pintar menggambar, apalagi menggambar
sebuah baju, ia ahli dalam bidang itu. Aku dan ibuku pernah di buatkan baju
model sarimbit batik oleh Lee Jun Gi sebagai hadiah ulang tahun ibuku. Dengan
ibuku, Lee Jun-Gi cukup dekat, ia bisa menceritakan hal apapun pada ibuku. Dan
saat ibuku meninggal, Lee Jun Gi pun merasakan kehilangan yg sama
denganku.
Setelah
ibuku meninggal, 3 bulan kemudian aku pindah rumah, aku jadi satu rumah dengan
Lee Chi Hoon. Antara senang dan sedih, senang karena aku bisa satu rumah dengan
kekasihku dan sedih karena aku tak bisa melihat ibuku lagi. Berhari-hari aku
mengurung diri di kamar, aku merindukan ibuku. Tapi untung aku punya Lee Chi
Hoon, yg selalu menemaniku kemana pun aku pergi. Dan kemana Lee Jun-Gi? Tak mau
berlarut-larut dalam kesedihan,Jun-Gi pindah ke Jakarta pada tahun 2011, disana
ia membuka butik dan menyewakan baju-baju untuk artis-artis ternama Indonesia.
Karier Lee Jun-Gi meningkat pesat, ia berhasil memperkenalkan brandnya ke
seluruh dunia termasuk Negara asalnya Korea. Brand tersebut bertajuk “STAR
MULTY FASHION”. Lee Jun-Gi berhasil membanggakan nama orang tuanya juga
keluarga lainnya.
Usahanya yg di mulai saat Sekolah Menengah Pertama
membuahkan hasil. Di usianya yg ke 31 tahun, ia berhasil menuju puncak
tertinggi dunia. Jebolan ASIAN FASHION DESIGN AND MODEL UNIVERCITY Singapore ini
sanggup membanggakan nama Indonesia dan Korea Selatan sebagai Fashion Designer
ternama dunia. Si Sombong, AROGAN dan Perfectionist ini, berhasil menaklukan
Dunia di genggaman tanganya.
STAR
MULTY FASHION, berhasil membuka cabang di 5 negara Asia. Indonesia, Korea, China,
Jepang dan Singapore.
Lalu
Lee Chi Hoon? Kekasihku ini berhasil lulus dari Fakultas Seni Rupa jurusan
Design Interior ITB Bandung dengan nilai
Cumlaude. IPK nya 4,00. Si Jenius, Ramah dan Humoris ini berhasil menaklukan ITB yg aku tahu, masuk
ke sana saja perjuangannya minta ampun. Ah. Aku lupa menceritakan adik bungsu
dari Lee Chi Hoon dan Lee Jun-Gi, ialah Lee Ji Hoon. Lee Ji Hoon sangat senang
dance, kiblatnya adalah boy band asal korea selatan SUPER JUNIOR. Tak seperti
kedua kakaknya yg lahir di Korea, Lee Ji Hoon lahir di Indonesia tepatnya di
Rumah Sakit Advent Bandung.
Lee
Ji Hoon seorang pria yg periang, petakilan tapi perhatian . Usianya hanya 2
tahun berbeda denganku. Jadi jika tahun 2012 ini aku berusia 21 tahun, Lee Ji
Hoon berarti usianya 19 tahun. Saat ini Ia adalah anggota resmi dari Wonder
Group Entertaiment, Label terkenal di Korea yg sudah menelurkan banyak Boyband
dan GirlBand. Saat ini Lee Ji Hoon sedang menjalani trainee untuk debut bersama
3 kawannya yg tergabung dalam B*STAR. Lee Ji Hoon tinggal di Korea Selatan saat ini
untuk Trainee menjadi artis dan Leader B*STAR. Sepeninggal ibuku, Wali Resmiku
berpindah tangan menjadi Paman Lee Jae Joon. Namaku, ada dalam kartu keluarga mereka.
Dan jika Lee Chi Hoon menikahiku nanti, wali resmiku akan berpindah tangan lagi
kepada Lee Chi Hoon. Hampir 1 tahun aku tinggal di rumah Tante Jae Ha yg juga
rumah kekasihku, aku sudah sangat akrab dengan mereka termasuk Lee Ji-Hoon yg
sedang Trainee di Korea dan Terkecuali, ya kecuali laki-laki sombong nan arogan
itu, Lee Jun-Gi. Aku sempat berpikir,apakah Jun-Gi anak kandung Paman Jae Joon
dan Tante Jae Ha? Jawabannya adalah iya, Lee Jun-Gi anak kandung Paman dan
Tante angkatku, bukan anak pungut. Sifatnya yg berbeda dari 2 saudaranya pasti
membuat orang lain bertanya-tanya, anak siapakah Lee Jun-Gi? Lee Chi Hoon dan Lee Ji Hoon sangat mudah
bergaul, mereka juga ramah dan humoris. Lee Chi Hoon khususnya, ia sangat
romantis padaku, ia juga hangat dan tak mudah tersinggung. Tapi Lee Jun-Gi
berbeda dengan 2 saudara kandungnya, Jun-Gi terkenal dengan sifat arogansinya.
Bahkan
Jun-Gi sanggup bertengkar dengan Clientnya yg tak sengaja menumpahkan kopi di
bajunya. Di balik sikapnya yg menjengkelkan, ada saja yg berani mengejar cinta
dia, contohnya model cantik asal Korea Selatan Susanne Kim. Dia adalah model
ternama dunia, mantan trainee American Top Model Season satu ini tergila-gila
pada Lee Jun-Gi, aku tahu dari mana? Dari situs internet dan berita gossip yg
sering aku tonton di rumah.
Mungkin
jika teman-teman kampusku tahu, aku adalah adik angkat Lee Jun-Gi, mereka pasti
memohon-mohon kepadaku untuk mempertemukan mereka dengan Lee Jun-Gi, karena tak mau
repot, aku rahasiakan identitas asliku dari mereka. Bukan apa-apa, aku tak
terlalu akrab dengan Lee Jun-Gi, meski kita teman sepermainan waktu kecil, meski
aku pernah di selamatkan olehnya dari kejaran anjing gila, itu tak membuat aku
berani bertegur sapa padanya. Apalagi saat Lee Jun-Gi masuk Sekolah Menengah
Pertama, Lee Jun-Gi lebih sibuk di sekolah, dia kursus bahasa inggris, belajar
menjahit dan sibuk menggambar di kamarnya. Lee Jun Gi saat ini sedang menjalin
hubungan dengan Manisha Sharma, model asal India, mereka bertemu saat Lee
Jun-Gi menjadi juri di acara New York Fashion Week, Paman dan Tante sebetulnya
kaget mendengar kabar itu. Mereka tak menyangka jika Lee Jun Gi menjalin kasih
dengan model yg terkenal binal itu. Berita megenai Manisha dan Lee Jun Gi
berpacaran, sontak mematahkan gossip yg menyebutkan Lee Jun Gi menyukai sesama
jenis.
“Lee
Jun-Gi sedang di permainkan oleh model india itu, model india itu sedang hamil,
tapi laki-lakinya tak mau bertanggung jawab, sekarang Jun-Gi sedang di
manfaatkan oleh Manisha untuk menjadi ayah dari bayi yg di kandungnya” Paman
Jae Joon terlihat sangat sedih ketika menerangkan tentang Lee Jun-Gi. Aku dan Lee
Chi Hoon bukan tak mau mengingatkan Lee Jun-Gi, tapi dia keras kepala. Tak mau
mendengarkan orang lain. Ketika keras kepalanya keluar, aku lebih memilih
menghindarinya karena jujur, aku benci dia, benci sekali.
Aku
dan Lee Chi Hoon sedang merencanakan pernikahan kita, aku di lamar Lee Chi Hoon
dan diminta untuk menjadi istrinya. Karena banyak orang yang nyinyir sama hubungan
kita dan status kita “serumah tapi tak Menikah” aku sudah kenyang mendengar gossip-gossip, aku
bukan selebritis memang, tapi keadaan Lee Chi Hoon yg sudah mapan dan kekayaan
berlebih membuat perempuan-perempuan lain iri padaku. Teman sekampus Chi Hoon yg
bernama Alicia terang-terangan menyatakan cinta pada Chi Hoon di hadapanku, tapi
Chi Hoon menolaknya baik-baik. Lalu apa reaksi Alicia? Alicia menyebarkan
gossip tentang aku, dia bilang aku menggunakan pelet untuk membuat Lee Chi Hoon
jatuh hati padaku. Semua orang memandangku sebelah mata, mereka mengira jika
gossip yg Alicia sebarkan adalah benar adanya.
Berita
pernikahanku sampai di telinga Paman dan Tante. Paman Jae Joon sangat mendukung
aku untuk segera menikah dengan Lee Chi Hoon. Begitu pun dengan Tante Jae Ha, air
matanya mengalir saat tahu aku akan di lamar oleh Lee Chi Hoon.
“Lightly,
anakku. Ini kabar bahagia yg pernah tante dengar setelah kematian ibumu. Ayah
dan ibumu pasti bahagia mendengar kabar ini. kedua orang tuamu telah memberikan
kamu dalam hidup Tante dan Paman, tante sangat bahagia nak.”
Tante
dan Paman menangis pertanda mereka bahagia. Akhirnya setelah berpacaran kurang
lebih 5 tahun dengan Lee Chi Hoon, aku yg berusia 22 tahun pada akhir 2013
nanti akan menjadi pengantin yg paling bahagia di dunia. Aku akan menjadi istri
syah dari Lee Chi Hoon. Lee Chi Hoon sudah menentukan Wedding Orginaizer yg
akan menghandle semua keperluan pernikahan kita nanti. Pernikahan akan di gelar
bulan Februari 2013, dan saat ini sudah menginjak bulan desember 2012, berarti
kita hanya punya waktu kurang lebih 2 bulan lagi.
Lee
Jun-Gi pulang ke Bandung setelah mendengar kabar pernikahanku yg akan di gelar
bulan Februari nanti. Ia juga harus menyediakan baju untuk Paman Jae Joon dan
Tante Jae Ha. Meskipun Wedding Orginaizernya mempunyai koleksi baju untuk orang
tua pengantin, tapi mereka lebih memilih baju buatan Lee Jun-Gi
Fitting
baju pun di mulai, aku memilih gaun berwarna merah maroon yg panjangnya
menutupi kakiku dengan batu swarowski yg bertebaran di bagian dada sebagai gaun
untuk resepsi, sementara untuk akad nikah, aku memakai kebaya berwarna putih
bersih dengan sentuhan kain brookat warna senada di bagian tangan, bawahannya
aku memakai kain samping yg sudah di jahit menjadi sebuah rok panjang. Sedangkan
Lee Chi Hoon memakai setelan Jas berwarna hitam dengan dalaman kemeja berwarna
putih, celana bahan hitam dan sepatu untuk acara akad nikah dan Resepsi.
Paman
dan Tante melakukan fitting baju di rumah karena pakaian yg mereka pakai adalah
hasil jerih payah anaknya, Lee Jun Gi. begitu juga dengan Lee Jun-Gi dan Lee Ji
Hoon mereka memakai setelan jas berwarna biru navy dengan dalaman kemeja warna
hitam. Semua tampak sempurna untuk pernikahanku.Aku bukan tak senang di
temani Lee Jun Gi, tapi sangat aneh rasanya jika Pria yg tak pernah menyapaku
dan menanyakan kabarku tiba-tiba selalu ada setiap malam di sampingku, membawakanku
makanan, minuman bahkan menyuruhku untuk beristirahat di rumah.
2
minggu kemudian di akhir bulan Januari 2013
Aku
sedang menunggu Lee Chi Hoon yg berjanji akan menjemputku di ruko wedding
orginaizer, kawasan jalan Lengkong Kecil Bandung. Saat itu kota Bandung hujan
sangat deras, aku mulai lelah menunggu Lee Chi Hoon, andaikan tak hujan. Aku
bisa pulang sendiri menggunakan angkot atau biskota. Aku mulai kesal pada Lee
Chi Hoon, aku sudah menunggu Lee Chi Hoon 2 jam di ruko tersebut. Ketika aku
telefon Handphone Lee Chi Hoon mati, ada suara operator yg menjawab
panggilanku. Kesabaranku habis sudah, Lee Chi Hoon tak menunjukan batang
hidungnya, dia menguji batas kesabaranku.
Tak
lama, muncul mobil sedan mewah merk BMW i8hybrid berwarna silver, Aku awalnya
tak mengenal mobil itu tapi setelah aku melihat plat nomornya B 2210 LJG, aku yakin itu mobil Lee Jun-Gi.
“Lee Jun-Gi? ngapain dia kesini?” gumamku dalam hati. Si songong itu kemudian
membuka pintu mobil, keluar dan menghampiriku “Lightly,ayo ikut oppa” oppa?
Kata yg tak lagi kudengar setelah Lee Jun-Gi mengenal gambar dan menjahit. For
Your Information Oppa adalah panggilan kakak dariku untuk Lee Jun Gi, Oppa
adalah panggilan adik perempuan/perempuan lain yg usianya lebih muda dari
laki-laki tersebut. Aku dan Lee Jun-Gi mempunyai usia yg cukup jauh yaitu 10
tahun, sedangkan dengan Lee Chi Hoon, usiaku hanya terpaut 2 tahun, aku
terbiasa memanggil Lee Jun-Gi dengan sebutan oppa dari usiaku 3 tahun sampai usiaku
8 tahun, setelah itu aku tak lagi menyapanya dengan panggilan Oppa, karena ia
sering menghindariku, entah apa dosaku?
Di
dalam mobil, Lee Jun-Gi hanya diam seribu bahasa. Ia fokus menyetir, sampai aku
bertanya “ oppa kita mau kemana? dan dimana Lee Chi Hoon?” Lee Jun-Gi hanya
tetap diam, aku makin curiga ketika Lee Jun-Gi menyetir mobilnya melewati
kawasan rumah tempat aku dan keluarga Lee tinggal. “oppa, kita mau kemana?”
tanyaku penasaran tapi Lee Jun-Gi hanya diam, tak menjawab pertanyaanku.
Perasaanku makin tak menentu ketika Lee Jun-Gi menyetir mobilnya ke arah Rumah
Sakit Advent Bandung.
Aku
dan Lee Jun-Gi turun dari mobil setelah Lee Jun-Gi memarkirkan mobil mewahnya.
“oppa,
siapa yang sakit?”
tanyaku lagi
“Lightly, ikut aku”
Lee
Jun-Gi memegang tanganku, ia membawaku sambil setengah berlari, kita melewati
lorong demi lorong Rumah Sakit, sampai akhirnya aku dan Lee Jun-Gi sampai di
depan ruang ICU di lantai 5 gedung Rumah Sakit Advent. Aku berjalan mendekati
pintu ICU dan Yang aku lihat saat itu adalah Tante dan Paman, mereka menangis
setengah menjerit-jerit. Dari belakang ,Lee Ji Hoon muncul. “oppa siapa yg ada di
dalam ruang ICU?” tanyaku pada Lee Jun-Gi, aku sangat penasaran karena yang tak
aku lihat hanya Lee Chi Hoon, calon suamiku.
“Lightly
,sabar ya Lee Chi Hoon di rawat di ICU, dia tabrakan”
perkataan
Lee Ji Hoon, membuat aku lemas, lunglai tak berdaya. Bagaimana tidak, laki-laki
yg harusnya menikahiku sekitar 10 hari lagi, sekarang terbaring lemah di
ruangan itu. Aku sudah tak berharap lagi pernikahan itu di gelar, aku hanya
ingin Lee Chi Hoon kembali padaku. Badanku lemas, tiba-tiba kepalaku terasa pusing
sekali. Aku meminta Lee Ji Hoon untuk memegang tanganku agar aku tak jatuh.
Tapi
akhirnya aku tumbang juga, aku tak kuat menahan beban yang begitu beratnya.
Pernikahanku sudah pasti batal di gelar. aku hanya ingin Lee Chi Hoon, kekasihku
sekaligus sahabatku sadar kembali. Aku membuka mataku pelan-pelan, aku melihat
ke atas dan yg aku lihat adalah lampu berwarna putih terang, kemudian aku
melihat ke sekeliling, ternyata aku ada di ruang UGD lantai 1 gedung Rumah
Sakit dan di sampingku ada Lee Jun-Gi, pria berusia 31 tahun yang sangat
sombong ini menemaniku sejak aku pingsan di depan ruang ICU.
Lee
Jun-Gi beranjak dari kursi yang bersebelahan dengan tempat tidurku, ia
memelukku, badan Lee Jun Gi yg tingi semampai mampu menutupi badanku, sehingga
jika dilihat dari arah belakang badan Lee Jun Gi, aku tak akan Nampak ada
disana.
“oppa,
mana Lee Chi Hoon?”
“Lightly, Lee Chi Hoon ada tapi dia koma”
mendengar
pernyataan Lee Jun-Gi, aku menangis sejadi-jadinya. Calon pengantinku, kekasih
pujaan hatiku, sahabat yg selalu ada untukku, Lee Chi Hoon pria berdarah korea yg
sudah aku kenal sejak usiaku masih 2 tahun dan usianya 4 tahun, pria yg di
pasangkan Allah untukku, ia Lee Chi Hoon ,terbaring koma di ruang ICU. Entah
sampai kapan?
Aku
menemani Lee Chi Hoon di ruang tunggu ICU Rumah Sakit Advent. Aku tak bisa pulang begitu saja meninggalkan
Lee Chi Hoon seorang diri disana walaupun ia sedang dalam kondisi tak sadar.
Lee Ji Hoon kadang menemaniku bergantian dengan paman Jae Joon, Ji Hoon
membawakan pakaianku, makanan dan buku-buku juga majalah agar aku tak bosan
berada disana. Tapi yg lebih sering menemaniku di sana adalah Lee Jun Gi,
apalagi saat malam hari, Lee Jun Gi pasti menemaniku disana, karena saat siang
hari, ia harus bekerja, profesinya sebagai Fashion Designer, mengharuskannya
untuk membuat pakaian para artis-artis dan model papan atas dunia tepat pada
waktunya.
Lee
Jun Gi, Si Songong dan Sombong plus Arogan juga Si Perfectionis tingkat dewa
ini tiba-tiba mencurahkan seluruh perhatiannya padaku, saat aku tidur misalnya,
ia menyelimutiku dan saat aku bilang “duh laper” ia segera bertanya padaku “mau
makan apa? “ dan langsung menelepon restoran yg aku sebutkan untuk memesan
makanan menggunakan jasa Delivery Order. Aku pikir mungkin Lee Jun Gi lagi
kesambet Setan.
Berhari-hari
aku menunggu Lee Chi Hoon sadar, tapi tak ada perubahan yg berarti, ia masih
menutup mata dan terbaring di atas tempat tidur ICU. Aku hampir putus asa,
pernikahanku memang sudah batal di gelar tapi aku hanya ingin Lee Chi Hoon
kembali dalam keadaan apapun. Hari berganti hari tanpa ada kejelasan akankah
Lee Chi Hoon sadar kembali atau tidak?
Aku
terus tekatung-katung dalam kondisi berharap banyak agar Lee Chi Hoon sadar
kembali, tapi Allah berkata lain, setelah koma yg cukup panjang, 15 hari Lee
Chi Hoon menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menangis menjerit-jerit agar ia
kembali hidup tapi Allah sudah menentukan jalan hidupnya. Lee Chi Hoon
dipanggil ke haribaan nya tepat 2 hari sebelum pernikahan kita di gelar.
Aku
yakin, pasti bukan aku saja yg mengalami ini, di tinggal selama-lamanya oleh
calon suami di beberapa hari sebelum pernikahan, tapi apa yg aku rasakan saat
ini sangatlah pedih, aku tak bisa sekuat perempuan lain yg mengalami hal yg
sama denganku. Rasa sakit yg lebih sakit dari kehilangan ibuku. Sampai proses
penguburan selesai, aku masih histeris, seterusnya aku mengurung diri di kamar,
meski Tante, Paman, Lee Ji Hoon dan Lee Jun Gi, bergantian mengetuk pintu
kamarku, menawariku makan dan minum hingga mengajakku jalan-jalan, aku tetap
tak perduli. Hidupku berubah dari ceria menjadi hampa tanpa tujuan.
Sebulan setelah kematian Lee Chi Hoon, Lee Ji
Hoon pulang ke Korea untuk Debut bersama B*Star yg di naungi oleh Wonder Group.
Tapi tidak denga Lee Jun-Gi, ia tak pernah meninggalkanku. Ia masih terus giat
membujuku untuk makan, giat membujuku untuk keluar kamar dan giat mengajakku
jalan-jalan. Akhirnya karena rasa kasihan, aku mengiyakan ajakannya.
Aku
di bawa jalan-jalan ke mall Paris Van Java yg baru di buka di kawasan Jalan SetiaBudi Bandung, karena Mall itu
belum pernah aku kunjungi dengan Lee Chi
Hoon, aku setuju untuk jalan-jalan kesana.
Lee
Jun-Gi menghilangkan seluruh sifat buruknya di hadapanku, setiap hari, Jun Gi
selalu menyapaku, mengajak aku pergi kemanapun aku mau. Mungkin dia merasa
kasihan padaku, karena setelah Lee Chi Hoon meninggal, Jun Gi merasa
bertanggung jawab denganku menggantikan adik kandungnya. Di Mall itu aku
memesan ice cream rujak, ice cream yg di campur buah-buahan segar khas rujak dan
di lumuri saus gula merah, Lee Jun Gi pun memesan cemilan yg sama. Saat kita
sedang menikmati segarnya ice cream rujak, handphone Lee Jun-Gi berdering, aku
pikir ini pasti Manisha Sharma, perempuan binal yg sedang hamil hasil anak
orang lain, tapi meminta pertanggung jawaban pada Lee Jun-Gi. “hallo, ya
selamat siang. Oh Baiklah aku akan segera pulang ke rumah” Lee Jun Gi
terburu-buru mengajakku pulang ke rumah. Padahal kita baru sampai mall.
Setelah
sampai di rumah, terdengar suara seorang pria sedang mengobrol dengan Paman Jae
Joon dan Tante Jae Ha. Aku masuk ke ruang tamu dengan Lee Jun-Gi, lalu Paman
mengenalkan pria paruh baya itu yg suaranya terdengar dari luar rumah.
“Lee
Jun-Gi, ini pak Gunawan Syamsi, pengacaranya Lee Chi Hoon”
pengacara
Lee Chi Hoon? Lee Chi Hoon punya pengacara? Ada apa ini? Hatiku mengeluarkan
pertanyaan-pertanyaan yg tak masuk di akal.
“pak
Gunawan, ini calon istri anak saya, Lightly Magnolia”
aku hanya tersenyum-senyum saat Paman
mengenalkan Tuan Gunawan. Aku duduk mendengarkan mereka berbicara.
“begini, sejak 5 tahun yang lalu Lee Chi Hoon
sudah menemui saya, dia mewariskan property seperti rumah yg ada di daerah dago
dan rumah yang ada di kawasan jalan Pasundan. Juga mobil dan sejumlah uang
untuk ibu dan ayahnya. Lightly tak mendapat hak waris ini karena dia belum
secara syah menjadi istri dari Lee Chi Hoon. Lalu masalah wali resmi Lightly,
Lee Chi Hoon sudah menandatangani surat pernyataan jika ia menyetujui menjadi
wali resmi Lightly, tapi Lee Chi Hoon juga menulis wali penganti Lightly jika
ia sudah tiada, Lee Chi Hoon menunjuk Lee Jun-Gi kakak kandungnya untuk menjadi
wali resmi Lightly dengan pertimbangan kemampuan ekonomi Jun-Gi bisa
menggantikan dirinya sebagai walinya Lightly”
Bagiku,
bukan masalah warisan Lee Chi Hoon yg tak menjadi hakku, masalahku wali resmiku
adalah Lee Jun-Gi, aku tahu, Lee Jun-Gi punya kemampuan tak terbatas dalam hal
financial, perusahaan Star Multy Fashion yang ada di 5 negara, tentu saja
membuat Lee Jun-Gi kaya raya, tapi aku menolak wali ku diganti oleh Lee Jun-Gi.
“pak
Gunawan, maaf dengan hormat aku menolak wali resmi ku di ganti oleh Lee Jun-Gi”
tak berselang lama Lee Jun-Gi mengeluarkan
pernyataannya
“Pak Gunawan, aku setuju untuk menjadi wali
resmi Lightly menggantikan adikku”
oh
my God. Hal ini tak aku harapkan, bayangkan jika Lee Jun-Gi jadi waliku? Dia
terkenal galak seperti monster dinosaurus, mungkin aku yg akan jadi sasarannya
nanti.
“maaf
Lightly, jika wali pengganti bersedia, maka ia akan sah menjadi wali resmi
kamu, Lee Jun Gi tinggal mengurusnya ke pengadilan.”
Ya
Allah, musibah apa lagi yg aku alami saat ini?
Aku
baru saja di tinggalkan oleh Lee Chi Hoon, dan sekarang wali resmiku berganti
dari Lee Chi Hoon kepada Monster Dinosaurus ini? Aku tak percaya, jika aku
sudah mampu dan mapan dalam hal keuangan aku pasti akan lari dari sini, aku tak
mungkin meminta Toko Roti CHOCOLEE kepada Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon,
mereka sudah membesarkan toko roti legendaries itu, rasanya kurang sopan
meminta hak ku yg sudah besar namanya oleh mereka.
Memang
sejak ibuku meninggal, Tante Jae Ha lah yg mengurusi kebutuhanku. Dari hasil
berdagang roti coklat yg legendaris itu, Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon
menafkahiku. Lalu, mulai hari ini semua urusanku, kebutuhanku bahkan izin untuk
menikah berpindah tangan ke tangan Lee Jun Gi. Aku tak pernah percaya jika ia
mempunya sifat tanggung jawab dan bisa berbaik hati padaku, sungguh jika Lee
Jun Gi sudah menjadi wali resmiku, aku pasti akan mati di marahi olehnya. Aku
masih ingat kejadian Lee Jun Gi memarahi model yg tak sengaja merobekan baju
buatan Jun Gi, sakit hati, model itu membalaskan dendamnya pada Jun Gi dengan
cara mengacak-ngacak isi kantor cabang Singapore yg berlantai 5 tersebut. Hal
ini Jun Gi laporkan ke pihak berwajib karena si Model telah melanggar pasal
pengrusakan barang berharga yg bukan hak milik dan perbuatan tidak menyenangkan
pada Lee Jun Gi.
Sekarang
pasti aku yg kena getahnya, berbuat salah sedikit saja sudah pasti aku akan
menjadi sasaran amukan Lee Jun Gi. Satu bulan kemudian, Lee Jun Gi sudah sah
menjadi wali resmiku. Jujur saja aku paling tak ingin ini terjadi tapi ya
sudahlah mungkin ini takdir yg harus aku telan bulat-bulat.
Sore
itu di rumah, aku sedang mencuci piring membantu Tante Jae Ha yg sedang
memasak, Lee Jun Gi sedang asik menonton tv chanel Fashion, aku tak sengaja
memecahkan gelas Lee Jun Gi, gelas yg cukup besar berwarna hitam, terbuat dari
kramik dan bertuliskan nama “Lee Jun Gi” dalam bahasa Korea dan gelas itu sudah
Jun Gi pakai sejak 12 tahun yg lalu.
Aku
benar-benar ketakutan, Lee Jun Gi menghampiriku
“Lightly,
kamu gak apa-apa?”
matilah aku kali ini, si Monster Dinosaurus
ini pasti mencak-mencak padaku.
“oppa,
maaf gelasnya pecah”
Lee Jun Gi berlari ke arahku lalu ia mengambil
sapu tangan dan kantong plastic.
“Lightly,
biar ini oppa yg bereskan ya”
wow apakah ini hari malam Jum’at Kliwon?
Ataukah Lee Jun Gi kerasukan setan lagi? Entahlah, yg aku lihat sore ini
benar-benar ajaib, ia tak meninggikan suaranya, Jun Gi berkata lembut sekali.
Aku melihat Lee Jun Gi mengambil pecahan-pecahan gelas yg tak sengaja aku
pecahkan, kemudian dia menyapukan pecahan-pecahan kecil di lantai.
Sikap
Jun Gi saat ini membuatku berfikir sangat keras, ada apa dengan Lee Jun Gi?
hmm.. mungkin dia sedang sakit jadi ingatannya kadang-kadang menjadi buruk. Lee
Jun Gi, di hadapanku menjadi sangat manis, humoris dan perhatian, berbeda
dengan berita gossip yg di siarkan saban hari di televisi dan internet, mereka
mengatakan bahwa mantan kakak iparku ini sosok yg menyeramkan untuk artis dan
model yg bekerja sama dengannya.
Lee
Jun Gi sangat perhatian padaku, ketika aku mengajukan izin untuk bekerja, ia
mengizinkannya asalkan masih di kota Bandung dan tidak menyewa kamar kost, aku
harus kembali ke rumah dan aku juga harus setuju jika Lee Jun Gi mengantar
jemputku setiap hari. Sifatnya hampir sama dengan Lee Chi Hoon, setiap aku
dekat dengannya aku selalu meneteskan air mata, aku ingat akan mendiang Lee Chi
Hoon, calon suamiku. Berkali-kali aku menangis, berkali-kali pula Lee Jun Gi
menenangkanku.
“Lightly,
jangan nangis lagi ya, kamu boleh menganggap aku Lee Chi Hoon kalau kamu mau”
kata-kata itu tak pernah hilang saat aku
menangis mengingat Lee Chi Hoon, jika aku masih menangis, Lee Jun Gi akan memelukku
hingga aku tertidur pulas.
Aku
senang akhirnya aku bisa melewatkan fase-fase kesedihan dan terpuruk
habis-habisan setelah ditinggalkan Lee Chi Hoon, ini berkat malaikat tanpa
sayapku, Lee Jun Gi. si songong yg berubah wujud menjadi malaikat hanya di
hadapanku dan berkat dokter Rendi Gunadi, dokter ganteng keturunan India, yg
berprofesi sebagai dokter spesialis anak. Aku sangat mengidolakannya dan tak
pernah melewatkan acara yg di pandu olehnya “Lets Health and Be Healthy” yang di
tayangkan LIVE di salah satu stasiun Televisi Indonesia. Sejak aku melihatnya
pertama kali di televisi, hatiku berdegup kencang. Wajahnya yang rupawan
menjadi daya tarik utama dokter berusia 32 tahun itu. Selain itu, otaknya yg
sangat encer bisa membuat pundi-pundi uang melimpah ke rekeningnya.
Siapa
yg tak suka dengan dokter Rendi? pria kelahiran 29 Mei 1982 ini banyak di gandrungi wanita-wanita cantik,
terlebih jika ia menjadi dosen di Universitas Kedokteran Indonesia di Bandung,
pasti banyak mahasiswi yg menunggunya di kelas. Selain berprofesi sebagai
dokter dan dosen, ia juga seorang model majalah bulanan ibu kota J-Magazine,
fotonya terpampang nyata di beberapa edisi untuk cover majalah tersebut. Ia juga
host dari acara Lets Health and Be Healthy bersama dokter Amanda Ghonson, rekan
sejawatnya yg juga berprofesi sebagai dokter anak, kabarnya Amanda Ghonson
adalah sepupu dari Rendi. Ibu dari Amanda Jhonson adalah adik Ayahnya Rendi.
Ibu Amanda berarti Tantenya Rendi, Ibu Amanda bernama Sarah Husain Khan ia
menikah dengan seorang dokter asal Australia, bernama Frederick Verenial Ghonshon,
seorang dokter ahli bedah yg sangat terkenal di Australia.
Rendi
itu seorang yatim piatu, Ayah dan Ibunya meninggal saat Rendi masih berusia 12
tahun, karena kecelakaan mobil. Rendi akhirnya di urus dan di biayai oleh
seorang Paman dari pihak ibunya yg juga seorang dokter bernama dokter Riyandi
Yusuf. Riyandi Yusuf itu dokter anak paling terkenal di Indonesia, ia
mementingkan pasien anak-anak dan Lansia yg tidak mampu, ia juga pelopor LAYAD
RAWAT program dokter yg melayad dan merawat pasien-pasiennya di rumah.
Sayangnya, dokter Riyandi meninggal dunia saat Rendi Gunadi baru menapaki
kariernya sebagai dokter anak.
Maka
warisan Program Layad Rawat Masyarakat di jatuhkan kepada Rendi, ia harus
melaksanakan tugasnya sebagai dokter anak tanpa pamrih seperti pamannya.
Seperti
hari itu, hari sabtu jam 11.00 siang, aku manteng di depan tv, menunggu acara
Lets Health and Be Healthy, acaranya dokter Rendi. Aku tak lagi memperhatikan
Handphone atau bel Rumah yg terus berbunyi, sampai akhirnya orang yang berpuluh
kali menekan bel pintu rumah itu, bisa masuk ke dalam rumahnya sendiri.
“ Ya Tuhan Lightly, aku dari tadi ngetok-ngetok
pintu, gak di buka-buka”
Lee Jun Gi mengomel seperti biasa, padahal ia
punya kunci serep jadi tak perlu mengetuk-ngetuk pintunya.
“aku
tahu, oppa punya kunci serrep jadi bisa masuk sendiri kan”
celotehku
sambil fokus melihat dokter Rendi di televisi.
“oppa, aku di terima bekerja di Klinik Kumala
Bunda sebagai bagian administrasi”
Lee Jun Gi terus menerus menatapku seakan tak
percaya apa yg aku katakan.
“seriously?
Kapan mulai kerja?”
aku
berfikir dulu sebentar
“
minggu depan kayaknya”
Lee Jun Gi terdiam sebentar setelah aku
meminta izinnya untuk bekerja, karena bagaimanapun Lee Jun Gi adalah waliku
saat ini dan dia memberikan syarat,
salah satunya, aku harus pulang dan pergi di antar jemput olehnya.
Aku
terus memperhatikan TV yg terdapat Rendi Gunadi di dalamnya. Sampai-sampai
kakak angkatku memberikan seblak ceker ayam pesananku pun, aku tak
menggubrisnya, untunglah dia sabar dalam menghadapiku. Aku terbiasa nitip
makanan saat Jun Gi diperjalanan pulang dari kantornya, sering sekali aku menitip
seblak ceker, es cingcau, es goyobod, dan Steak Saus Jamur kesukaanku. Dan Lee
Jun Gi tak pernah menolak jika aku meminta sesuatu darinya, seperti nonton film
ke bioskop, jalan-jalan ke mall atau sekedar makan di luar.
Aku kira Lee Jun Gi bukan kakak kandung dari
Lee Chi Hoon, karena Lee Jun Gi mempunyai sifat yg berbeda dari Lee Chi Hoon,
sampai akhirnya mataku terbuka, Lee Jun Gi hanya bersikap kasar pada karyawan
dan client yg tak mematuhi aturannya, misalnya karyawannya yg selalu datang telat
setiap hari, atau karyawan yg menjadi mata-mata fashion designer yg lain,
mereka di beri upah untuk memfoto hasil karya Lee Jun Gi oleh para pesaing
sesama designer.
Jika
berurusan dengan client, Lee Jun Gi akan marah besar jika sang client tidak
mematuhi kontrak yg ada. Ada beberapa artis yg menetap menyewa baju pada Lee
Jun Gi, di kontrak di sebutkan, bahwa pengembalian barang harus tepat pada
waktunya dengan bersih dan tidak merusak barang yg di sewa.
Jika
ada artis yg melanggar bagian ini, sudah pasti akan kena amukan Lee Jun Gi, ia
bahkan akan melempar barang yg di sewa si artis tepat ke wajah artis tersebut.
Begitu pun pada Manisha Sharma mantan kekasihnya, Lee Jun Gi menceritakan hal
yg sebenarnya padaku.
“
Aku dan Manisha bukan pacaran, aku hanya kasihan melihat dia di campakan
laki-laki hidung belang, ia sedang hamil kala itu. Aku menawarkan kebaikan
padanya dengan cara mengantarnya ke dokter kandungan beberapa kali, aku juga
membelikannya susu untuk ibu hamil, membuatkan baju hamil khusus untuk dia,
tapi apa yg aku lakukan di balas sangat buruk oleh Manisha Sharma, ia
menyebarkan berita bahwa akulah ayah dari bayi yg di kandunganya, begitu aku
tahu berita itu, aku langsung mengadakan konfrensi pers di Jakarta dan Seoul, Korea
Selatan, aku bilang, aku tahu bahwa Manisha sedang hamil dan aku akan melakukan
test DNA jika anaknya sudah lahir, jika betul bayi itu anakku, aku akan
bertanggung jawab penuh tapi jika bayi itu bukan anakku, aku akan menuntut
Manisha. Setelah konfrensi Pers yg aku lakukan itu, Manisha meneleponku, ia
meminta maaf karena menyebarkan gossip tentangku”
aku
menyimak cerita Lee Jun Gi dengan baik dan memberikan satu pertanyaan yg sangat
ingin aku ketahui.
“lalu,
siapa perempuan yg menjalin hubungan dengan Oppa?”
“sebetulnya, aku sangat menyukai Sussane Kim,
aku bertemu dengannya di acara Fashion dunia kala itu, aku tahu Sussane Kim
juga suka sama aku, cinta kita gak bertepuk sebelah tangan, tapi kala itu
sainganku sangat berat, ia adalah anak dari Raja Brunai Darrussalam, aku mundur
teratur ketika aku tahu ternyata Sussane Kim sudah di lirik oleh anak raja itu”
Wow
ternyata, gossip yg beredar tentang kakak iparku salah besar, mereka
memberitakan bahwa Sussane Kim mengejar-ngejar cinta Lee Jun Gi, tapi nyatanya
tak begitu, mereka memang saling jatuh cinta satu sama lain, hanya saja
rintangan paling berat bagi Lee Jun Gi adalah anak dari Raja Brunnai itu. Aku merasa sangat dekat dengan Lee Jun Gi,
apalagi setelah Lee Jun Gi menceritakan bagian masa lalu hidupnya.
Kita,
aku dan Lee Jun Gi, hampir setiap hari menghabiskan waktu bersama, kadang aku
tidur dengannya tapi hanya tidur tak beraktivitas apapun, aku tak mungkin
memberikan hal yg paling berharga bagi diriku untuk Lee Jun Gi, mungkin Jun Gi
juga berfikiran yg sama, ia menyayangiku sebagai seorang adik, hanya adik.
Aku
mulai bekerja di Klinik Kumala Bunda, sebuah klinik yg cukup besar dengan 5
lantai. Ada ruang UGD di Lantai 1, 5 kamar untuk pasien kelas 3 di Lantai 2, 5 kamar
untuk pasien kelas 2 di Lantai 3, 3 kamar untuk pasien kelas 1 dan 4 kamar
untuk pasien VIP di Lantai 4 dan ada taman healing di lantai 5, Taman buatan yg
sengaja di bangun untuk pasien-pasien dengan tujuan agar pasien bisa segera
sembuh.
Ada
kantin di lantai dasar, ada juga Apotik, ada sekitar 8 kamar pemeriksaan di Lantai dasar dan Lantai 1 yg terdiri dari
pemeriksaan umum, pemeriksaan kandungan, pemeriksaan THT, pemeriksaan Mata,
pemeriksaan Gigi dan Mulut, pemeriksaan kesehatan Jiwa, ruang konsultasi
Psikologi dan Pemeriksaan anak. Ada sekitar 8 dokter spesialis yg ada di Klinik
ini. Klinik ini paling ramai di kunjungi karena banyaknya dokter spesialis dan
menerima pasien yg menggunakan BPJS.
Saat
aku datang untuk bekerja di sana, aku di sambut oleh Thalitha dan Rena. 2 orang
ini adalah temanku saat Sekolah Menengah Pertama, aku tak menyangka bisa kerja
bareng 2 sahabatku yg dulu sering jalan bareng. Aku mulai bekerja pukul 08.00
jika aku kerja di bagian administrasi dan pendaftaran, 2 orang sahabatku ini
adalah suster.
Setiap
hari kita ada di shift yg sama, kecuali jika satu di antara kita ada halangan,
maka terpaksa kita tak bekerja bersama. Menurut gossip yg beredar, dokter Rendi
Gunadi akan bekerja disini sebagai dokter specialis anak. Tentunya aku sangat
senang ketika mengetahui kabar ini. dokter tampan itu akan break shooting dan
menjalankan tugasnya hanya sebagai dokter dan dosen, dunia entertainment akan
ia tinggalkan sementara waktu karena ia merasa lalai dalam menjalani 4 tugasnya
sekaligus.
Hari
itu, tepat satu bulan aku bekerja sebagai tenaga administrasi dan pendaftaran
di klinik Kumala Bunda, setiap hari aku di antar jemput oleh mantan kakak
iparku, Lee Jun Gi. Tapi ia tak pernah mau keluar mobil, ia hanya menunggu di
mobil atau sekedar ngopi di mini market yg ada tepat di depan Klinik Kumala
Bunda. Saat aku di jemput oleh “Oppa” panggilan sayangku padanya, ia mengajak
aku berlibur ke Korea sekalian menjemput Tante Jae Ha dan Paman Jae Joon yg
adalah ayah dan ibu Lee Jun Gi.
Aku
merasa keberatan, sudah pasti aku tak ingin ikut. Kenapa? Aku harus mengingat
lagi Lee Chi Hoon, ia juga pernah mengajakku liburan ke Korea, hanya saja waktu
itu, aku sedang sibuk mengurus skripsiku, jadi aku tolak tawarannya. Sekarang
aku di ajak berlibur lagi ke Korea oleh orang yg berbeda, rasanya sakit jika
aku harus pergi ikut Lee Jun Gi ke Korea, karena selain Lee Chi Hoon juga
pernah mengajakku ke tempat yg sama, Korea juga tempat lahir Lee Chi Hoon, aku
pasti akan menangis terisak-isak di sana.
“oppa,
kalau aku ga ikut gak apa-apa kan?”
kalimat penolakan ajakan Lee Jun Gi ini
rasanya cukup untuk menjelaskan bahwa aku memang benar-benar tidak mau ikut.
“baiklah
kalau kamu gak mau ikut, kamu boleh tinggal di rumah sahabatmu ya, jangan
sendirian di rumah”
Aku tahu masksud Lee Jun Gi, aku memang stress
saat di tinggalkan Lee Chi Hoon, agar tak terjadi sesuatu yg tak di inginkan,
aku harus di temani oleh orang lain, agar aku bisa menghilangkan perasaan sedih
di tinggalkan Lee Chi Hoon.
Kepergian
Lee Jun Gi, kakak iparku, memang sangat penting terkait perusahaan Star Multy
Fashion yg telah menjadi nomor satu Brand
Fashion ternama di Asia, Lee Jun Gi, harus memindahkan pekerjaannya dari
Korea ke Indonesia, karena ia tak boleh meninggalkanku lama-lama. Lee Jun Gi
berjanji, ia hanya akan pergi selama 1 minggu, bahkan kurang dari 1 minggu. Jun
Gi, mempunyai pesawat Jet Pribadi, jadi akan sangat cepat untuk bolak-balik
Indonesia-Korea Korea-Indonesa, tanpa takut ada delay yg menghambat
perjalanannya, kecuali delay untuk urusan cuaca buruk.
Malam
itu, aku di tinggal sendiri, Lee Jun Gi pergi kira-kira pukul 20.00 malam. Dan
sudah 2 jam aku di tinggalkannya. Aku merasa kesepian, sendirian, dan ingin
bertemu Lee Chi Hoon, poster dokter Rendi yg terpampang di kamarku, tak membuat
aku mengurungkan niatku untuk bunuh diri. Aku menggunakan mobil sedan mewah Lee
Jun Gi, menuju jalan Ahmad Yani Bandung, aku menginjak gas dengan kecepatan
tinggi. Hari itu hujan sangat lebat, sama seperti saat Lee Chi Hoon kecelakaan.
Aku
pun menabrakan mobilku tepat pada mobil mini bus yg sedang melintas dari arah
yg berlawanan. Saat itu aku masih sadar, aku melihat beberapa orang mengerumuniku.
Aku di angkat ke mobil ambulance berbarengan dengan laki-laki dengan luka memar
di kepala, tangan dan kakinya.
Mataku
menutup dengan sendirinya, aku merasa sedang tidur pulas sekali. Sampai
akhirnya aku membuka mataku dan aku menyadari,aku berada di dunia yg lain, ini
bukan duniaku, ini bukan dunia tempat aku hidup, bukan, ini bukan duniaku. Aku
mengelilingi tempat yg asing bagiku, banyak pohon-pohon yg melindungiku dari
sinar matahari, aroma buah yg sangat wangi.
Lalu tanah tempat kakiku berpijak, terbuat dari rumput-rumput yg sangat
hijau. Dimana aku? Ini pertanyaan pertama yg muncul di benakku. Tak lama
kemudian, ada seseorang yang memanggilku dari belakang, “Lightly” serunya, aku
membalikan badanku. Aku melihat sosok yg tak asing bagiku, pria dewasa, memakai
kemeja tangan panjang polos warna hitam. Wajahnya aku sangat hafal, hidungnya
mancung, mirip orang India, bermata belo, dan alis yg tebal. Rambutnya pendek,
telihat ada keriting-keriting di pinggir-pinggir rambutnya.
Pria
itu berjalan ke arahku, lambat-laun terlihat siapa dia sebenarnya.
“dokter
Rendi”
Iya dia dokter muda tampan yang berwajah ke
India-Indiaan itu, si dokter dengan tinggi sekitar 175 cm, kulit putih, beralis
tebal dan rapi, aku pasti tak mungkin salah lihat, dokter Rendi berada di dunia
antah berantah bersamaku. Dia idolaku, si pintar, gagah , ganteng dan menawan
ini sekarang ada di hadapanku. “hai
Lightly, aku Rendi Gunadi” oh my God.. idola yg aku idam-idamkan bisa bertemu
di dunia nyata, akhirnya kita bertemu di dunia yg lain, dunia NO
NAME yg aku tak tahu bagaimana
aku dan dokter Rendi bisa bertemu di sini.
“hai
Rendi, I am Your Big Fans” aku berterus terang tentang diriku yg mengagumi
dirinya. “oh Realy?” ucapnya, mengetahui aku adalah Fans setianya, Rendi sangat
senang, ia bahkan mengajakku berjalan-jalan. aku juga bertemu ibu dan ayahku.
Aku bertanya, dimana ini? mereka hanya menjawab, ini dunia tempat orang
meninggal tinggal. Jadi aku meninggal? Ibu meyakinkanku bahwa aku memang sudah
meninggal.
“ibu, jika aku memang sudah meninggal,
harusnya aku bisa bertemu Lee Chi Hoon”
ibuku
hanya menggelengkan kepala, pertanda Lee Chi Hoon tak ada di dunia ini.
“takdirmu kesini bukan untuk Lee Chi Hoon nak,
bersabarlah. Suatu hari nanti kamu akan bertemu Lee Chi Hoon”
aku
tak mengerti apa yg di bicarakan oleh ibu, aku tak mungkin bertemu Lee Chi
Hoon? Masa iya aku tak bertemu dengan Lee Chi Hoon, tapi tak apalah ada Rendi
yg siap menemaniku. Selama di dunia yg entah berantah ini, Aku selalu di temani
Rendi, kemanapun aku pergi Rendi selalu mengikutiku. Dimana ada Rendi disitu
ada aku. Bagai anak kembar kita menyusuri sungai, yg bening sekali airnya, kita
ke hutan pun hanya berdua. Dunia ini memang asing bagiku, tapi tak apa, aku bahagia
menikmati hidupku di dunia yg lain bersama Rendi.
“dokter,
kenapa dokter ada di sini?”
“aku
mau ketemu kamu”
“eh
serius sih!”
“kamu,
kenapa ada disini?”
“aku….”
Aku
terdiam sesaat ketika Rendi bertanya kenapa aku ada di sini atau mungkin
maksudnya, apa alasan aku mati?
“Aku
ingin bertemu Lee Chi Hoon, calon suamiku”
“oh..
maaf aku gak tahu kalau kamu akan menikah”
“itu
dulu, sekarang..”
Bibirku
seakan berhenti, tiba-tiba aku ingat lagi sosok Lee Chi Hoon, calon suamiku yg
meninggal hampir satu tahun yg lalu. Rendi, menenangkanku. Ia memelukku,
mengusap rambut panjangku. “tenanglah, ada aku disini” ucapnya menghiburku,
untukku itu saja sudah cukup. Rendi Gunadi yg biasa aku lihat hanya di
televisi, kini ia ada di sampingku. Menemaniku kemana pun aku pergi,
jalan-jalan, makan, bahkan tidur. Hal yg biasa aku lakukan dengan Lee Jun Gi,
aku lakukan di sini dengan Rendi.
“terimakasih
banyak ya Ren, disini kamu nemenin aku”
“tak
apalah Lily, hanya ini yg aku bisa lakukan untukmu”
“ah..
aku jadi kangen Lee Jun Gi”
“siapa
Lee Jun Gi?”
“dia
orang yg paling aku sayang di dunia”
“pacarmu?”
“bukan,
dia kakak iparku, dia kakak dari Lee Chi Hoon, calon suamiku”
Aku
bahagia, Rendi Gunadi sangat baik sekali padaku sampai akhirnya ibuku meminta
agar aku menikah saja dengan Rendi, aku pikir ini mustahil terjadi, tapi
menurut ayah dan ibuku, Rendi memang berniat untuk menikahiku disana. seperti
mimpi aku akan di nikahi oleh Rendi Gunadi, si tampan yg sukses dengan 4
pekerjaanya sebagai dokter anak, dosen, model dan Artis. Semasa kuliah Rendi
Gunadi memang artis sinetron atau FTV.
Aku,
aku akan menjadi calon istri Rendi Gunadi, harapan demi harapan menjadi istri
seorang dokter terus berdatangan padaku. Bagaimana rasanya menikah dengan
laki-laki yg di idamkan banyak wanita.
Kebahagiaanku
tak berlangsung lama, Sampai akhirnya, aku mendengar sendiri dengan kedua telingaku,
di bawah pohon beringin yg sangat rindang, aku sedang bermain dengan
kucing-kucing berwarna putih yg sangat lucu, tiba-tiba aku mendengar suara
dokter Rendi di balik pohon besar itu, kita hanya terhalangi bagian tengah
pohon.
Aku
mendengar Rendi berbicara pada teman-temannya.
“gue nikahin Lightly itu Cuma karna kasian
aja, di dunia nyata dia di tinggal mati sama calon suaminya, ya gue sih mau-mau
aja, lagi pula gue bisa ngerasain malam pertama GRATIS.”
Rendi
Gunadi yg aku kira baik sekali, sempurna dan menghargai perempuan, ternyata
bajingan juga, ia menipu aku, ibuku, ayahku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku
tak menerima perlakuan Rendi padaku, ia merendahkan harga diriku dan dia juga
menghinaku. Aku tak tahu harus bagaimana menghadapi ini?
Aku
berdo’a pada sang maha kuasa, sang maha pencipta. Aku tak ingin lagi bertatap
muka dengannya, laki-laki yg terlihat sangat baik padahal aslinya bajingan, aku
tak sanggup lagi berkata-kata. Aku memohon pada sang Maha Pemberi, untuk
mengembalikanku lagi ke dunia nyata, tempat aku dan si Monster Tyrex hidup.
Aku
ingin hidup kembali setelah mencoba bunuh diri demi bertemu Lee Chi Hoon,
sampai di dunia Noname aku kira akan
bertemu calon suamiku, nyatanya aku bertemu penipu ulung yg berhasil menipuku.
Menipu seluruh masyarakat Indonesia, yg menyangka dokter Rendi adalah pria yg
baik.
Do’aku
di ijabah sangat cepat, tiba-tiba aku sudah ada di ruangan rumah sakit,
tepatnya di kamar VVIP, di sana ada tv LED yg menggantung, kulkas, telepon dan
kamar mandi yg ada di dalam kamar, pasiennya hanya aku sendiri. Aku melihat
adik angkatku, Lee Ji Hoon, sedang tertidur di kursi sofa yg bersebelahan
dengan ranjangku. Aku memanggilnya tapi ia tertidur sangat pulas. Aku turun
dari ranjangku, lalu aku menepuk-nepuk pipinya agar ia bangun.
“Lee
Ji Hoon.. Ji Hoon.. “
Lee
Ji Hoon terbangun, ia kaget melihatku ada di hadapannya.
“Lily..
Lightly..”
Lee
Ji Hoon terperanjat sambil memanggilku Lily, dia terbiasa memanggilku dengan
panggilan itu mengikuti ibuku. Lee Ji Hoon berlari menggedor-gedor pintu kamar
mandi, tak lama Lee Jun Gi keluar dari dalam kamar mandi, terlihat setengah
badannya dari pusar ke atas, perutnya sixpack, lengannya berotot, untuk
menutupi bagian bawah tubuhnya ia menggunakan handuk yg menutupi sampai mata
kaki, aku baru melihat Lee Jun Gi telanjang dada hari ini.
“kamu
kenapa sih Ji Hoon? Gedor-gedor pintu”
“
Kakak, lihat Lightly, dia bangun”
Lee
Jun Gi langsung berlari ke arahku, ia memelukku dengan erat, mengelus rambutku
yg panjang. Ia mengusap-usap pipiku, menggenggam tanganku.
“Lightly,
kamu gak apa-apa?”
“aku
gak apa-apa Oppa”
Lee
Jun Gi memelukku lagi, ia bahkan mencium keningku. Hal yg tak pernah ia lakukan
selama ini, aku merasa tambah aneh tapi tak apalah, mungkin saking senangnya
Lee Jun Gi, ia kelepasan mencium keningku. Lee Jun Gi kemudian menelepon
seseorang. Aku menndengar Lee Jun Gi menyebut nama Amanda, seperti nama seorang
gadis. Jun Gi mengabarkan kesadaranku pada orang tersebut.
“Opaa,
itu siapa?”
“oh
itu, dia Amanda Ghonshon sepupunya Rendi, host yg bawa acara Lets Health and Be
Healthy yg sering kamu tonton”
“Amanda
Ghonshon?”
“iya
Amanda Ghonshon, dokter anak perempuan yg cantik itu, dia satu-satunya keluarga
Rendi yg masih hidup, kamu tahu gak? Mobil yg kamu tabrak waktu itu, mobil
dokter Rendi, dan Rendi juga di rawat di rumah sakit ini? dia juga koma selama
40 hari.”
“apa?”
Aku
kaget, setengah berteriak. Selama ini jasad kita satu rumah sakit dan Lee Jun
Gi sudah menemui dokter Amanda untuk sekedar menanyakan apakah korban yg aku
tabrak baik-baik saja. Aku meminta pulang hari itu juga, aku tak mau bertemu
Rendi Gunadi, aku muak dengannya.
“Oppa,
aku ingin pulang, tapi aku mau berlibur dulu di Villa Oppa yg ada di Lembang”
“Lightly,
kamu baru sadar, masa sudah minta pulang, istirahat dulu ya”
Aku
menyetujui permintaan Lee Jun Gi, untuk beristirahat satu hari lagi di rumah
sakit. Esoknya, aku memaksa pulang pada Jun Gi, karena menghindari dokter
Rendi. Jun Gi kemudian meminta dokter untuk mengizinkan aku pulang, Jun Gi
pergi ke kasir untuk membayar biaya perawatanku dan menebus obat di apotik.
Saat
itu, aku melihat Jun Gi sangat bertanggung jawab sekali padaku. ia membayar
semua biaya perawatan dan pengobatanku, tak tanggung-tanggung biaya yg aku
habiskan di ruang VVIP adala 80 juta rupiah. Itu belum termasuk biaya obat. Aku
jadi merasa tak enak pada Jun Gi, belum lagi mobil sedan mewahnya yg bermerk
BMW i8 Hybrid, rusak olehku, karena aku pakai untuk menabrak mobil dokter Rendi
saat itu. Entah berapa biaya yg harus Jun Gi tanggung untukku.
“Oppa,
maafkan aku, aku merepotkanmu”
“Lightly,
ini kewajibanku menggantikan Lee Chi Hoon, ayo kita pergi ke Lembang, kamu
butuh hiburan kan?”
“iya
Oppa, terimakasih. Tapi aku mau minta tolong, tolong copotin semua poster Rendi
Gunadi, angkat juga foto-fotonya yg ada di meja belajarku dan meja riasku”
“kenapa?”
“gak
apa Oppa, aku hanya ingin suasana yg baru”
“baiklah”
Lee
Jun Gi, selalu mengabulkan permintaanku, apa saja yg aku inginkan. Ia kemudian
menelepon Ji Hoon dan menyuruhnya untuk membereskan kamarku. Lee Jun Gi sangat
baik padaku, ia memperhatikanku layaknya Lee Chi Hoon memperhatikanku. Ia menyayangiku
dan menjagaku. Aku sangat menyayanginya sebagai seorang kakak laki-laki atau
mungkin lebih dari sekedar kakak.
Sampai
di villa, aku menemukan suasana yg baru, sejuknya Lembang membuatku ingin
berlama-lama disana tapi, Lee Jun Gi hanya memberi waktu 3 hari 2 malam. Aku
tak ingin menyia-nyiakan waktuku, villa Lee Jun Gi ini mempunyai fasilitas
perkebunan mangga, mangga harumanis disini rasanya sangat segar dan manis,
wanginya pun menggugah seleraku untuk menyantapnya, dulu Tante Jae Ha sering
membawa mangga harumanis dari villa Lee Jun Gi ke rumah untuk di bagikan kepada
tetangga atau pelanggan di toko Roti Chocolee, tapi sayang saat aku kesana,
buah mangga belum musim jadi aku tak bisa menikmatinya. Lee Jun Gi juga punya
peternakan kuda yg dekat dengan villa miliknya.
Aku
bisa mengendarai kuda sesuka hatiku, berjalan-jalan dengan kuda warna putih ras
Arabian horse yg bernama Jigly, kuda itu milik Lee Jun Gi, aku menaikinya
bersama mantan kakak iparku.
Setelah
puas bermain-main di peternakan kuda, aku belajar memerah susu di pabrik susu
pasteurisasi yg terkenal di Bandung, semuanya berkat Lee Jun Gi, aku bisa
melepaskan kesedihanku di khianati Rendi Gunadi. Esok harinya, pagi-pagi
sekali, matahari sudah terbit tapi aku merasa sangat dingin, aku turun ke bawah
berharap ada sesuatu yg bisa menghangatkanku, aku melihat C.E.O Star Multy
Fashion itu sedang membuat teh manis panas. Aku mengucapkan “selamat pagi” tapi
Jun Gi hanya tersenyum sambil menelepon seseorang, kudengar nama Amanda terucap
lagi dari mulut Jun Gi ku.
Kali
ini rasanya aku seperti di nomor duakan, aku di acuhkan oleh Lee Jun Gi. ia
hanya tersenyum dan meninggalkanku di dapur. Setelah matahari agak meninggi,
cuaca agak memanas, aku pergi ke sebuah kolam renang yg terletak di belakang
vila, aku melompat dari darat ke air. Berenang sebebas-bebasnya melakukan
berbagai gaya. Lee Jun Gi, kemudian
datang dan berenang bersamaku, ia membuka kaosnya dan masuk ke dalam
air. Badan Lee Jun Gi yg sixpack, terlihat sangat jelas.
“Lightly,
kamu kok lihatin aku terus?”
“oh,
oppa.. gak apa-apa kok. Badan Oppa sixpack, bikin betah yg litanya”
“aku
heran, Cuma kamu yg gak naksir sama aku, padahal tubuhku sexy banget”
“aku
gak naksir Oppa, karena Oppa nyebelin”
Dengan
jutek, aku memarahi Lee Jun Gi. yg terlihat ke GR an. Selesai berenag aku
membersihkan tubuhku di kamar mandi yg ada di dalam kamarku.
Aku berfikir keras, apakah aku menyukainya?
Tak mungkin, aku tak mungkin menyukai Lee Jun Gi, ia kakak iparku. Tak mungkin
aku mempunyai rasa yg berlebih padanya, lagipula aku siapa? Aku hanya seorang
karyawan di sebuah klinik, gajiku hanya 2,5 juta rupiah per bulan.
Lee Jun Gi mengajakku untuk pulang, di mobil,
menuju jalan pulang, aku memperhatikan Lee Jun Gi dari tempat dudukku yg persis
berada di sebelah kursi sopir yg di tempati Lee Jun Gi, aku memperhatikan
wajahnya yg tampan, tak kalah dengan Rendi Gunadi. Jika Rendi mempunyai wajah
seperti orang India dengan hidung mancungnya, Lee Jun Gi mempunyai wajah-wajah
sangat asia, mata sipit, hidung mancung, kulit putih bersih, bibirnya tipis,
rambut yg tebal dan di tata ala-ala artis Korea kadang-kadang Jun Gi memakai
kaca mata, matanya minus 3 sebelah kiri dan 2,5 sebelah kanan. Setiap kali aku
menatapnya, Lee Jun Gi selalu menatap balik padaku, dan setiap saat itu juga
mukaku terlihat menghindar dari pandangannya.
“Lightly,
kenapa?”
“gak
apa-apa Oppa”
“Lightly,
aku sedang melakukan penjajakan pada dokter Amanda. Bagaimana menurutmu?”
“Oppa,
kamu pacaran sama Amanda?”
Lee
Jun Gi hanya tersenyum saat aku melontarkan pertanyaan padanya. Sampai di
rumah, aku di sambut Paman Jae Joon dan Tante Jae Ha. Aku tahu Lee Ji Hoon
pulang ke Korea kemarin malam menggunakan pesawat dari Bandara Soekarno Hatta
ke Bandara Incheon Korea Selatan. Aku sangat capek sekali, satu bulan berbaring
di tempat tidur membuatku sakit badan dan ingin segera merebahkan badanku. Aku
membuka pintu kamarku dan melihat poster-poster dan foto Rendi Gunadi sudah di
ganti dengan poster dan photo-photo Lee Ji Hoon.
“ahhhhh….
“
Lee
Jun Gi berlari terburu-buru dari kamarnya ke kamarku, begitupun Tante Jae Ha
dan Paman Jae Joon.
“Lightly,
Ada apa?” Paman Jae Joon sangat terlihat khawatir.
“itu
paman, lihat seluruh dinding kamarku, photo Lee Ji Hoon semua”
“Lightly,
tante kira ada apa? ya sudah tidur di kamar Jun Gi dulu”
“Lightly,
tidur dulu di kamarku ya, nanti aku bereskan”
Lee Jun Gi membujuku untuk tidur di kamarnya.
Aku menurut pada Jun Gi, aku tidur di kamarnya dulu, kamar yg selama ini belum
pernah aku lihat isinya, aku hanya melihat bagian dalam kamar ini, jika pintu
kamar milik Lee Jun Gi ini tak sengaja terbuka. Saat masuk ke kamarnya, yg aku
lihat adalah tempat tidur size king dengan ukuran 200x200cm, dengan kasur Spring Bed, 2 bantal
dan 2 guling, 1 selimut berukuran besar yg kelihatannya sangat hangat. TV LED
yg menggantung tepat di depan tempat tidur, 1 buah kulkas mini yg biasa
terlihat di hotel-hotel bintang 5, Lemari 2 pintu dengan ukuran kaca yg sangat
besar, 1 lemari buppet tempat buku-buku fashion dan majalah-majalah, di atas
lemari buppet itu berjejer 2 kunci mobil, satu kunci mobil Nissan All New TEANA
dan 1 kunci mobil Honda Accord 2.4V. juga berjejer 2 jam tangan yg biasa di
pakai Lee Jun Gi merk Rolex.
Di dinding tepat di atas tempat tidur, ada
foto Lee Jun Gi yg sedang di wisuda, lalu ada fotoku dan dia sedang makan Ice
Cream, kenapa Lee Jun Gi memasang fotoku? Lalu di lemari pajangan, juga ada
fotoku yg sedang mencium bunga mawar putih favoritku, padahal foto itu di ambil
oleh Lee Chi Hoon saat itu di taman bunga Bougenvile Lembang dan dulu foto itu
ada di kamar Lee Chi Hoon, hari ini aku melihat foto lawasku saat kuliah di
kamar Lee Jun Gi, mantan Kakak iparku. Tapi aku tak mau banyak bertanya. Saat
ini, tubuhku menyuruhku untuk beristirahat.
Aku
berbaring di tempat tidur Lee Jun Gi, kasurnya sangat empuk sekali dan
selimutnya hangat, aku memejamkan mataku, tapi aku masih sadar, belum tertidur
pulas. Aku sangat jelas mendengar suara pintu terbuka, tapi aku pura-pura tidur
dan seseorang menghampiriku.
Ia
mendekat padaku, aku sebetulnya penasaran siapa yg mendekatiku, tak lama
kemudian aku merasakan ada yg menyentuh rambutku, mengelus-elus rambutku dan
mencium keningku, lalu aku mendengar suara Lee Jun Gi dan ia berkata
“Lightly,aku
sayang kamu”
lalu Lee Jun Gi keluar kamar dan terdengar
suara pintu tertutup. Aku pasti tak salah dengar, Lee Jun Gi mengatakan dia
sayang aku, sayang seperti apa? Sayang yg bagaimana? Aku mulai penasaran dengan
apa yg aku dengar barusan, sampai-sampai aku tak bisa tidur memikirkannya.
Esok
harinya aku bangun tidur, aku masih di kamar yg menurutku mewah ini, jam di
dinding sudah menunjukan pukul 06.00, saatnya aku pergi bekerja. Aku keluar
dari kamar Lee Jun Gi, aku melihat Paman Jae Joon sedang minum kopi di meja
makan, aku mencari Lee Jun Gi, tapi ia tak ada di sekitaran rumah.
“Paman,
Oppa mana?”
“hei
Lightly, ayo sarapan. Lee Jun Gi, dia pergi ke Medan tadi shubuh pukul 04.00”
“apa?
Kok dia ga bilang sama aku, paman?
“Paman
kira, kamu tahu. Kamarmu sudah rapi sekarang, Oppamu yg bereskan”
Aku
berlari, aku mencari handphoneku, aku langsung menelepon Lee Jun Gi, tapi tak
di angkat, aku telepon lagi tapi tak di angkat lagi. Tak berapa lama dia
menelepon balik.
“Lightly,
kamu telepon?”